Lamurionline.com--Tidak kalah dengan Sabang, Aceh Besar juga memiliki pantai indah yang menawan. Walau akses jalannya masih sedikit sulit, namun sesuai dengan keindahannya.


Kunjungan pertama saya lakukan beberapa tahun lalu bersama dua orang sahabat dengan jalur yang ekstrim dan masih tertutup untuk umum. Bersusah payah plus tersesat, kami akhirnya sampai juga ke lokasi ini.

Berbekal informasi dan penasaran dengan situasi terkini, saya berkunjung lagi ke Lokasi ini dengan teman yang berbeda dari trip terdahulu dengan asumsi jalan yang masih sama. Kami berangkat sedikit pagi dari Banda Aceh, seperti biasa kami menyiapkan bekal yang akan digunakan di sana nantinya.

Kali ini kami berkendara dengan 5 buah sepeda motor bersama beberapa orang teman yang hanya mengetahui sedikit informasi mengenai tempat tersebut dan belum pernah ke sana.

Berbekal papan nama petunjuk jalan, kami sampi ke desa terakhir sebelum kami memasuki wilayah yang sedikit berhutan dan jalan yang sempit. Desa Lamlhom merupakan desa yang terakhir kami lalui sebelum mulai memasuki hutan tipis.

Sedikit berbeda dari jalur yang saya lalui beberapa tahun lalu di mana kita harus memarkirkan kenderaan di sebuah pos yang nantinya kita teruskan berjalan kaki. Kali ini sepertinya jalur tersebut sudah terbuka dan bisa di lalui dengan kenderaan roda 2. 

Sedikit mendapat info mengenai hal tersebut dari rombongan yang baru pulang dari Lange dengan bersepeda. Saya sedikit senang, setidaknya kami tidak perlu berjalan kaki. Tetapi saya sama sekali tidak punya gambaran bagaimana bentuk dan jalur yang nantinya akan kami lalui.

Setelah berdiskusi kami memutuskan melanjutkan perjalan dengan membawa roda dua sampai ke lokasi seperti informasi yang telah kami dapatkan sebelumnya. Jalanan menurun dan mendaki rupanya lebih rumit dari dugaan kami sebelumnya. 

Beberapa kali kami harus turun dari kenderaan yang kami tunggangi dan membantu teman kami yang lain. Langit pun mulai tak bersahabat sepertinya dengan mulai menggelapkan diri meskipun hujan belum turun.

Jalur akses ke lokasi memang sudah lebar tetapi dengan kemiringan dan tanjakan yang sedikit ekstrim butuh kemahiran lebih jika Anda ingin berkendera ke lokasi.

Setelah melalui jalur yang agak sedikit kejam tersebut, kami mulai menemukan jalur yang landai dan mudah untuk dilalui. Dan kami juga bertemu beberapa masyarakat yang berkebun di jalur yang kami lalui. Kami bertegur sapa ramah dengan perkebunan yang kami temui di sepanjang jalur menuju Lange. 

Benar saja, suara deburan ombak menghantam bibir pantai menambah penasaran saya dan teman-teman yang lain mengenai keadaan Pantai Lange sekarang ini. Jalur yang kami lalui tidak terlalu membuat kami kepanasan dan terbakar terik matahari, karena pepohonan yang tinggi menjulang membuat sedikit dari cahaya matahari yang bisa masuk ke dalam hutan yang kami lalui. 

Di penghujung hutan kami melihat sebuah gundukan besar dan hanya ditumbuhi rumput dan asumsi saya di balik gundukan itulah suara ombak yang menghadap pantai itu berasal dan artinya kami sudah sampai ke Lange.

Terdapt sebuah bangunan shelter yang di bangun oleh masyarakat setempat sebagai tempat singgah dan bermalam bagi masyarakat yang pergi memancing dan bermalam di sini. Setelah memarkirikan kendaraan kami mulai berjalan-jalan sekeliling tempat. 

Ternyata masih seindah dahulu ketika pertama datang kemari gumam saya dalam hati yang berbeda mungkin hanya gugusan pohon yang sudah tidak sebanyak dahulu dan sampah di tepi pantai juga yang sudah mulai banyak.

Berjalan ke arah kanan dari tempat kami parkir sepeda motor menyusuri bibir pantai ada sebuah perbukitan yng ditumbuhi oleh pohon-pohon kecil dan di dinding bukit itu terdapat sebuah gua. 

Saya sendiri menyebutnya gua bang jack (terinspirasi dari jack sparrow di serial Pirates of Caribbean) gua itu digunakan sebagai tempat berteduh para nelayan atau tempat bermalam para pemancing yang menginap di Pantai Lange sebelum ada bangunan dari shelter tempat kami memarkirkan kenderaan tadi. 

Masuk ke dalam gua tersebut kami menurunkan semua bawaan yang berisi perlengkapan masak untuk makan siang dan beberapa tas ransel yang berisi kamera. Sementara saya menyiapkan makan siang beberapa teman yang datang bersama mulai mengambil beberapa foto dengan berbagai sudut yang bagus di Pantai Lange ini.

Sambil menunggu makan siang dan matahari mulai kembali menyengat, mereka menyusuri pantai sekitar gua yang di penuhi karang – karang yang berjejer dan memanjakan mata. Kalau beruntung air tidak terlalu padang dan hempasan ombak tidak terlalu kencang kita bisa menyusuri pantai tersebut dan menuju  arah air mancur yang keluar di antara batu karang tersebut. 

Tapi kami sedikit tidak beruntung, karena arus terlalu kuat air sedang pasang jadi tidak bisa menuju kelokasi air mancur tersebut karena terlalu beresiko.

Waktu makan siang tiba dan tim konsumsi juga telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kami berkumpul di gua bang Jack untuk makan siang bersama. Menikmati pasir pantai yang putih dengan angin sepoinya sambil makan siang ala kadarnya merupakan sebuah kenikmatan tersendiri bagi saya dan teman- teman. Sambil bercanda dan tertawa.

Selesai makan siang kami menyusuri kembali pantai yang berbatu karang di seberang sisi gua tersebut untuk mengambil beberapa foto dan menikmati pemandangan yang ada di depan kami. Dan kami lanjutkan ke sisi lainnya dimana hamparan pasir putih di sepanjang pantai tersebut.

Langit kembali tak bersahabat dengan menggelar awan hitamnya, pertanda hujan sepertinya akan turun. Kami masih asyik dengan kegiatan masing- masing ada yang mengabadikan gambar, ada yang memancing dan ada yang hanya menikmati pemandangan yang ada di depan kami.

Bertemu beberapa penduduk lokal yang sedang memancing. Kami bercakap- cakap dengan mereka dan mereka memberitahu susahnya saat ini mendapatkan tangkapan yang bagus dengan suaca seperti ini. 

Dan dari informasi yang kami dapatkan dari mereka ternyata ada jalan alternatif yang bisa digunakan untuk menuju kemari dan jalan itu lebih bersahabat dari jalan yang kami lalui tadi.

Selesai packing dan merapikan semua perlengkapan dan peralatan yang dibawa, kami memungut sisa sampah yang kami bawa supaya jangan tertinggal di lokasi. Kami meninggalkan sisa jatah makanan yang masih bisa dimakan di goa bang jack untuk dapat di gunakan oleh tamu siapa yang datang nantinya, dengan asumsi kalau kami bawa hanya akan memberatkan barang bawaan kami.

Kembali menuju tempat kami parkir sepeda motor, kami bergegas meninggalkan tempat tersebut karena langit pun semakin gelap. Sepertinya hujan bakal turun dengan lebat.  

Tidak meleset dari dugaan kami, ternyata hujan turun mulai turun. Kami melindungi tas yang berisi kamera dan masih terus melanjutkan perjalanan. Karena kami tidak mau bermalam di hutan tersebut.

Jalan yang kami lalui menjadi lebih licin dan rawan dari sebelumnya. Kami menggunakan jalur baru yang tadi di beritahu oleh nelayan setempat. Ternyata jalur tersebut termasuk baru dan masih ada bekas pembukaan lahan untuk membuat jalur tersebut, hal itu membuat jalan yang kami lalui menjadi lebih licin dan kami harus berhati-hati mengemudikan sepeda motor kami.

Bersusah payah kami berusaha membuat sepeda motor kami mendaki tanjakan yang licin dan kadang harus turun dari sepeda motor yang kami tunggangi. Hari sudah mulai gelap dan hujan pun turun dengan lebatnya. 

Jarak pandangan mulai menjadi terbatas. Kami berkendara dengan sangat hati-hati karena melewati jalan licin dan sempit, bahkan yang berboncengan terpaksa turun dan berjalan kaki mengikuti dari belakang.

Memutuskan untuk berhenti sejenak di gubuk tempat kami bertemu dengan pesepeda saat kami datang tadi. Kami beristirahat sejenak sambil mengecek barang bawaan masing-masing, apakah masih utuh dan tidak. 

Lebih kurang 15 menit menunggu gelap semakin pekat dan hujan juga tidak menunjukkan tanda akan berkurang. Kami memutuskan melanjutkan perjalanan dan kembali menunggangi sepeda motor kami. 

Kali ini jalurnya tidak terlalu sulit tapi tetap masih licin dan sempit. Setengah jam melalui jalur itu kami sampai di pedesaan. Rasa lega sedikit ada paling tidak sudah keluar dari hutan dan hujan pun masih lebat kami bergegas menuju rumah masing-masing. 

Cuma klakson sepeda motor sebagai salam perpisahan karena kami semua berbeda arah pulang. Tapi kami cukup senang dan menikmati perjalanan kali ini walau situasi yang terjadi sedikit diluar kendali. detikTravel Community 
SHARE :
 
Top