Lamurionline.com--Banda Aceh- Penampakan salah seorang anggota suku Mante beberapa hari yang lalu kepada sejumlah crosser di sebuah track moto cross di salah satu kawasan hutan di Aceh membuat heboh dunia maya di Indonesia.
Keberadaan suku itu hingga saat ini ramai diperbincangkan. Namun siapa tahu bahwa suku yang bertubuh kerdil dan bermata sipit itu telah dahulu mendiami Aceh daripada suku pendatang lainnya. Jumlahnya kini berada pada kisaran lebih dari 50 orang.


Arkeolog Universitas Syiah Kuala Dr.Husaini Ibrahim, M.A saat ditemui wartawan di Banda Aceh pada Senin 27 Maret 2017 menceritakan perihal asal mula keberadaan Suku Mante di Aceh, berdasarkan literasi sejarah Husaini menyebutkan bahwa Suku Mante termasuk suku bangsa melayu kuno yang diperkirakan datang ke Aceh sejak 3000 tahun sebelum masehi.
“Pada awalnya mereka hidup di pedalaman Aceh Besar yang sering disebut dengan rumoh 12, dulu ada dua belas rumah di daerah hutan Aceh Besar, dan ini tentu ada kaitannya dengan suku bangsa Melayu Kuno, jadi proto Melayu yang datang ke Aceh dulu, sehingga mereka waktu itu mencari lokasi yang bisa memenuhi kehidupan mereka,” kata Husaini.
Suku Mante menurut Husaini berasal dari Campha (Kamboja) saat ini, sejak dahulu memang kebiasaan suku Mante menyendiri di hutan raya. Awalnya Suku Mante mendiami hutan di kawasan hutan Aceh Besar di daerah Jantho, namun kemudian menyebar di sejumlah hutan di Aceh termasuk hingga ke Tangse, Geumpang, Pidie, bahkan hingga belantara Aceh Tengah. Bahasa yang digunakannya juga tidak dapat diketahui oleh orang lain, bahkan di saat dikunjungi oleh orang lain mereka  menggunakan bahasa isyarat.
Suku Mante terbilang unik, mereka tidak bersosialisasi dengan manusia lainnya.  Mereka bahkan sangat menghindari kontak langsung dengan manusia lainnya.
“Bahkan pernah kejadian di Lokop saat seorang anggota suku Mante tertabrak dan pingsan, kemudian diberikan air oleh orang yang menemukannya hingga siuman, begitu sadarkan diri anggota suku tersebut langsung lari ke hutan,” kata Husaini.
Ukuran tubuh Suku Mante juga terbilang sangat kecil dibanding manusia pada umumnya, tinggi tubuh mereka rata-rata pada kisaran 60-70 Cm, hanya sedikit saja yang memiliki tinggi hingga 1 meter, berbanding jauh dengan manusia dewasa pada umumnya, namun kulitnya persis seperti kulit orang Aceh pada umumnya, sawo matang, rambutnya lurus. Namun hidup mereka sring berpindah-pindah tempat.
“Kalau yang di Aceh Besar hidupnya di dalam gua, tapi yang di daerah lainnya mereka mencari tempat yang ada bahan makanan, kalau makanan habis mereka turun bisa ke sungai, dimana mereka merasa nyaman,” kata Husaini.
Tentang agama suku Mante Husaini belum bisa menyebutkan dengan jelas, namun yang jelasnya menurut Husaini, keberadaan Suku Mante menjadi ladang dakwah bagi da’i muslim di Aceh.
“Perkembangan berikutnya pada kedatangan Hindu-Budha mereka terdesak, termasuk pada proses Islam mereka akan diislamkan tapi mereka tidak mau, sehingga mereka lari ke beberapa kawasan, termasuk ke daerah Gayo, juga di sana ada di daerah Lokop juga ada,” kata Husaini.
Penampakan suku Mante beberapa waktu lalu, bukanlah  pertama kalinya, menurut Husaini, mereka sering diketemui para pelintas jalan di kawasan hutan.
"Mereka seperti manusia biasa, namun karena mereka hidup di hutan, jadi mereka merasa asing," kata Husaini. []

Sumber : 
http://mediaaceh.co/2017/03/27/21428/suku-mante-duduki-aceh-sejak-3000-tahun-sebelum-masehi
SHARE :
 
Top