Oleh: Juariah Anzib S.Ag

Penulis Buku Kontemplasi Sang Guru


Indahnya persahabatan jika memiliki kesamaan prilaku, akhlak yang baik, dan watak mulia dalam kehidupan dunia.  Kepribadian mempesona menjadikan mereka bagaikan saudara kembar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

Dua nama yang sangat populer dan terkesan indah  dalam sejarah peradaban Islam, yang selalu disandingkan oleh Rasulullah saw.  Begitu serasi dua sahabat mulia ini. Siapakah mereka? Mari kita ikuti kisahnya!

Setiap nama Thalhah disebutkan, maka nama Zubair pun selalu disertai. Nama yang seakan tidak dapat dipisahkan, karena Rasulullah saw telah mempersaudarakan mereka  di dunia hingga akhirat kelak. Rasululullah saw bersabda, "Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga."

Kedua sahabat sejoli ini memiliki nasab keturunan dengan Rasulullah saw. Nasab Thalhah bertemu pada Murrah bin Ka'ab, sedangkan Zubair bertemu pada Qusai bin kilab. Keduanya kerabat keturunan, sekaligus sahabat terdekat  Rasulullah saw. 

Dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Nabi Saw Khalid Muhammad Khalid menyebutkan, Thalhah bin Ubaidullah dan Az-Zubair bin Awwam memiliki banyak persamaan dalam kepribadiannya. Mereka sama-sama memiliki kekayaan dan harta berlimpah yang disumbangkan seluruhnya untuk fakir miskin dan perjuangan dakwah Islam. Tidak ada yang tersisa dari harta yang begitu banyak, hingga Thalhah diberi gelar oleh Rasulullah "Si baik Hati, si pemurah dan si dermawan." Kedermawanan Thalhah dan Zubair digantikan oleh Allah Swt dengan berlipat ganda. 

Keteguhan iman dan kesucian hati dua sejoli ini tak dapat dianggap remeh. Sejak usia muda belia, dua sahabat sejati ini sudah memeluk Islam, sehingga mereka tergolong kepada  orang-orang yang pertama masuk Islam. Tantangan, hambatan bahkan siksaan sudah mereka jalani walau tidak berlangsung lama karena adanya perlindungan dari Naufal bin Khuawailid,  paman Sayyidah Khadijah istri Rasulullah saw yang disebut sebagai si Singa Quraisy. 

Dua pemuda hebat ini adalah pemberani yang tangguh dan tak kenal rasa takut. Keberanian mereka dapat dibuktikan disetiap peperangan. Dalam pertempuran, Thalhah dan Zubair selalu berada di barisan paling depan. Sehingga sekujur tubuh Thalhah terdapat lebih dari 70 luka tusukan tombak, sabetan pedang dan tancapan panah, bahkan jari jemarinya terputus. Demikian juga dengan Zubair, tubuhnya penuh dengan luka yang tak  terhitung jumlahnya.       

Untuk membela Rasulullah saw dalam perang Uhud, pedang Thalhah bagaikan kilat. Menusuk dan menyabet kesana kemari bagaikan singa yang sedang murka. Sementara Az-Zubair menghalau tentara Quraisy agar mereka menganggap kaum muslimin masih memiliki kekuatan dan tidak akan mati konyol. Dalam kondisi yang terjepit, berkat keberanian para pahlawan Islam yang hebat ini, musuh mempercepat perjalanannya kembali ke Mekkah. 

Dalam kisahnya, Khalid Muhammad Khalid menyebutkan bahwa persamaan Thalhah dan Az-Zubair yang terindah diantara yang indah adalah mereka termasuk golongan  orang-orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw. Syahid merupakan dambakan setiap umat Islam sampai kapanpun. Demikian dengan dua sejoli ini. Cita-cita mereka dikabulkan Allah Swt berkat kesucian dan keteguhan beragama. Mereka syahid dalam pertempuran perang Jamal, yang merupakan  pertempuran dua pasukan saudara. Yang satu menuntut bela atas terbunuhnya Utsman bin Affan, dan yang satu lagi mendukung kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. 

Pertempuran tersebut membuat Ali menguraikan air mata. Apalagi saat melihat Aisyah binti Abu Bakar sang ibunda umat sebagai pemimpin perang untuk menyerangnya. Ali  menyempatkan bertemu dengan Thalhah dan Az-Zubair, lalu berkata, "Wahai Thalhah, pantaskah engkau membawa-bawa istri Rasulullah saw untuk berperang, sementara istrimu engkau tinggalkan di rumah?" Selanjutnya Ali berkata kepada Zubair, "Wahai Zubair, masih ingatkah kamu ketika Rasulullah saw berkata kepadamu, 'Wahai Zubair, tidakkah engkau cinta kepada Ali?' Maka engkau menjawab, bagaimana aku tidak cinta kepada sepupuku, anak paman dan bibiku serta orang yang satu agama denganku.' Maka beliau bersabda, Wahai Zubair, demi Allah, jika engkau memeranginya, berati engkau berlaku zalim kepadanya." Zubair menjawab, "Iya, aku ingat. Aku hampir lupa. Demi Allah aku tidak akan memerangimu."\

Menurut Khalid Muhammad Khalid, Thalhah dan Az-Zubair menarik diri dari perang saudara tersebut karena mereka telah mengetahui duduk persolalan yang sebenarnya. Thalhah juga teringat dengan sabda Rasulullah saw bahwa Ammar akan syahid dibunuh oleh orang-orang yang melampaui batas. Andaikan Thalhah dan Az-Zubair tidak mengundurkan diri, maka sungguh mereka sudah  tergolong orang-orang yang melampaui batas. 

Kemunduran Thalhah dan Zubair tidak semudah yang dibayangkan, mereka harus menggantikannya dengan nyawa. Setelah menarik diri dari pasukan, Az-Zubair dibuntuti oleh Amr bin Jarmuz dan membunuhnya ketika sedang mengerjakan  shalat. Sedangkan Thalhah di panah oleh Marwan bin Al-Hakam hingga tewas. Sempurna sudah persabatan dua sejoli ini. Mereka sehidup semati dalam menjalani kehidupan yang penuh liku-liku perjuangan Islam. Kini berakhir dengan kebahagiaan dan kedamaian sejati menjadi tetangga Rasulullah saw dalam surga. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top