Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Wawasan Relegius Dan Inspirasi


Hidup suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah jauh sebelum seseorang  dilahirkan. Lauhil mahfudh suatu tempat dimana qadha qadar ditentukan sesuai perjanjian masing-masing. Menjalani kehidupan dunia yang tidak meleset dari ketetapan tersebut. Takdir yang meliputi langkah, rezeki, pertemuan dan maut telah diberlakukan. Semua hanya tinggal menjalani sesuai sekenario Allah. 

Kehidupan pada dasarnya hanyalah bersusah payah. Karena kegembiraan yang ada di dalamnya hanyalah insidental. Suka cita sesuatu yang sangat jarang terjadi. Jika dibandingkan keresahan jauh lebih sering dirasakan ketimbang kegembiraan. Manisnya hidup di dunia dibatasi, karena Allah tidak ridha menjadikannya sebagai tempat tinggal bagi wali-walinya. 

Dunia hanyalah tempat ujian semata. Di dalamnya terkandung berbagai  problematika yang beragam. Cobaan demi cobaan akan datang menimpa umat manusia tanpa pilih bulu. Bahkan terkadang mereka yang lebih taat akan mendapat ujian jauh lebih besar. Allah menguji hamba-Nya agar bersabar menghadapi resah hidup. Gelombang kehidupan muncul silih berganti. Yang satu belum pecah namun yang lain telah menyusul di belakang, demikian seterusnya. 

Dalam bukunya La Tahzan, Dr.'Aidh al-Qarni menuliskan, seandainya saja dunia ini bukan tempat ujian, maka sudah pasti tidak akan ada rasa sakit dan sulit. Kesedihan dan keresahan sebagai pakaian kehidupan yang selalu melekat dalam perjalanan kehidupan manusia. Keluh kesah saling bersahutan di setiap waktu. Air mata sebagai curahan rasa sakit di saat sedih datang melanda. Hanya keimanan dan kesabaran sebagai penguat jiwa. 

Dr.'Aidh al-Qarni menuturkan bahwa hal ini akan dialami oleh setiap umat manusia, termasuk kepada para nabi sebagai wali Allah. Mereka akan didera dengan tekanan dan kesengsaraan. Sejak dari nabi Adam as diciptakan selalu berada dalam ujian hingga akhir hayatnya. Berbagai persoalan datang silih berganti tanpa henti. Sejak Adam as hidup di surga sudah berada dalam cobaan hingga dipindahkan ke dunia. 

Demikian juga dengan nabi Nuh as yang memiliki anak dan istri durhaka. Didustakan dan diejek oleh kaumnya sendiri yang sangat menyakitkan. Nabi Ibrahim as yang diuji dengan api dan perintah menyembelih anaknya. Nabi Ya'qob as yang kehilangan putranya Yusuf. Sehingga ia menangis sampai kedua matanya menjadi buta.  

Tak kalah sedihnya lagi dengan nabi Musa as. Untuk menyelamatkannya dari fitnah Fir'aun Allah mentakdirkan ia dibesarkan oleh Asiah istri Fir'aun sendiri. Ketika diangkat menjadi Rasul, Musa as harus menghadapi kekejaman dan kekafiran Fir'aun sang ayah angkatnya sendiri, sungguh suatu hal yang sangat menyedihkan. Demikian juga Isa putra Maryam yang hidup dalam kemiskinan. Isa lahir tanpa seorang ayah sehingga  dituduh sebagai anak zina. Padahal ibunya Maryam binti Imran seorang wanita suci. 

Ujian terberat juga menimpa Rasulullah saw. Sejak lahir beliau dalam keadaan yatim, dan tak lama kemudian menjadi piatu pula. Hidup dalam kemiskinan dan bergonta ganti pengasuh karena satu persatu dari mereka meninggal dunia. Yang lebih menyedihkan lagi ketika diangkat menjadi rasul beliau difitnah dan tentang oleh kaumnya, termasuk para pamannya. Bahkan beliau diancam untuk dibunuh hingga datang perintah Allah agar hijrah ke Madinah.

Orang-orang yang dicintai serta pembela dakwahnya meninggal dunia secara teratur. Seperti istrinya Khadijah binti Khuwailid, pamannya Abu Thalib, putra putrinya serta pamannya Hamzah yang terbunuh dalam perang Uhud lalu jasatnya dimultilasi. Sungguh pemandangan yang sangat menyayat hati. Demikian juga dengan ujian-ujian menyedihkan yang menimpa para nabi lain dan wali Allah lainnya dalam menegakkan kalimat  tauhid kepada umat manusia. Berbagai macam delema yang harus dijalani mereka namun tetap bersabar dan tabah hingga Allah membuktikan janjinya.  

Andaikan dunia ini diciptakan dalam kelezatan, maka orang mukmin tidak akan mendapatkan kelezatan tersebut. Karena Rasulullah saw pernah bersabda, "Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang-orang kafir." Hadits ini bermaksud  bahwa dunia adalah tempat orang-orang shalih dan para ulama diuji, tempat para wali disengsarakan. Mereka kelak akan mendapatkan kebahagiaan sejati di alam akhirat. 

Demikian bayangan bahwa dunia hanyalah sebagai tempat berpayah-payah dan akhirat tempat bersenang-senang. Semoga kita tergolong orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top