lamurionline.com, Munira (74) masih mengingat jelas momen ketika keinginan untuk menunaikan ibadah haji pertama kali terbersit dalam hatinya. Waktu itu, di kampung halamannya di Gampong Lheue Cureh, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, ia kerap pergi ke sawah bersama kakak iparnya. Hampir ke mana pun mereka melangkah, selalu berdua.
Kenangan tahun 2006 masih lekat di ingatan. Saat itu, Munira mengantarkan kakak iparnya ke Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, untuk berangkat ke Tanah Suci. Dari balik pagar bandara, Munira—yang kala itu berusia 55 tahun—hanya bisa melambaikan tangan dengan mata berkaca-kaca, mengiringi keberangkatan orang yang dekat di hatinya.
Sepulang dari bandara, Munira kembali ke rutinitasnya. Ia adalah seorang janda sejak tahun 2002, mengurus dua petak sawah peninggalan mendiang suaminya, sembari membesarkan lima anak—empat laki-laki dan satu perempuan.
Anak-anaknya mendukung penuh impian sang ibu. Setelah suaminya wafat, Munira tinggal bersama anak-anaknya. Anak perempuan satu-satunya sudah lama terbaring sakit. Sementara itu, uang hasil penjualan padi diserahkan kepada anak keduanya, lalu diteruskan kepada anak ketiga yang tinggal rumah terpisah dengannya. Uang tersebut tak hanya disimpan, tetapi juga diinvestasikan dalam bentuk emas dan sapi.
Makin hari tabungan Munira pun bertambah. Pada 2012, ia merasa cukup yakin bahwa simpanannya mencukupi untuk mendaftar haji. Oleh anak bungsunya, Almuzanni, resmi mendaftarkan Munira sebagai calon jemaah haji.
Kala itu, petugas memperkirakan keberangkatannya akan terjadi pada tahun 2018. Namun, takdir berkata lain. Renovasi Masjidil Haram yang berlangsung pada tahun itu mengurangi kuota haji, dan nama Munira tak termasuk dalam daftar keberangkatan. Tahun berikutnya, juga terjadi pandemi COVID-19 melanda dunia. Munira pun hanya bisa bersabar dan terus menunggu panggilan.
Titik terang itu akhirnya datang. Seorang saudaranya yang bekerja sebagai petugas haji di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Besar memberi kabar menggembirakan—nama Munira tercantum dalam daftar calon jemaah haji tahun 2025.
“Alhamdulillah, tahun ini saya mendapat panggilan, setelah lama menunggu” ujar Munira dengan mata berkaca-kaca.
Munira tergabung dalam Kloter 11, bersama jemaah dari Banda Aceh dan Pidie Jaya. Mereka dijadwalkan berangkat ke Arab Saudi pada 29 Mei 2025. Yang membuatnya semakin bersyukur, anak sulungnya, Syahrial Fardi, juga bisa berangkat untuk mendampingi dirinya, berkat regulasi Kementerian Agama yang mengizinkan percepatan keberangkatan bagi pendamping lansia.
Tak hanya itu, kebahagiaan Munira makin lengkap ketika mengetahui bahwa adik kandungnya dari Takengon serta seorang keponakannya dari Aceh Besar juga akan berangkat haji tahun ini.
Almuzanni, anak bungsunya, menuturkan bahwa seluruh biaya keberangkatan haji sang ibu murni berasal dari hasil menjual padi, yang ditabung dan diinvestasikan sedikit demi sedikit selama hampir dua dekade.
Kisah Munira adalah cerita tentang kesabaran, ketekunan, dan keyakinan. Doa yang dimohonkannya dari pematang sawah akhirnya diijabahkan oleh Allah Swt, seorang ibu sederhana menuju rumah-Nya di Tanah Suci.(Cek Man)
0 facebook:
Post a Comment