lamurionline.com -- Banda Aceh – Di tengah terjangan banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah Aceh pada akhir November 2025, bencana besar ini melumpuhkan akses dan meluluhlantakkan kawasan pesisir timur serta wilayah tengah Aceh. Di saat jalur darat terputus dan kendaraan roda empat tak mampu melintas, panggilan kemanusiaan justru dijawab oleh para pencinta motor trail.
Berangkat dari empati dan kepedulian, komunitas trail (trabaser) dari berbagai daerah menunjukkan aksi kemanusiaan yang menginspirasi. Medan berat berupa lumpur, jalan rusak, dan tanjakan ekstrem tidak menyurutkan langkah mereka untuk menjangkau warga di daerah terisolasi.
Aksi ini bermula dari perubahan judul grup WhatsApp menjadi “Trail Peduli Banjir Aceh”, yang kemudian menjadi wadah koordinasi puluhan anggota komunitas trail Aceh. Rombongan berangkat dari Banda Aceh dengan titik awal penurunan bantuan di Kilometer 28 Gempang, Kabupaten Pidie, lalu melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Pameu hingga Rusip Antara, Kabupaten Aceh Tengah. Perjalanan ekstrem tersebut ditempuh selama sekitar delapan jam menggunakan motor trail.
Bantuan kemanusiaan yang disalurkan berasal dari komunitas trail Aceh, Semarang, Yogyakarta, Jawa Tengah, serta para donatur lainnya. Logistik yang dibawa meliputi paket sembako, beras, air bersih, obat-obatan, hingga perlengkapan untuk anak-anak dan lansia.
Selama lebih dari empat hari, para trabaser secara bergantian menembus lumpur dan jalur rusak untuk memastikan bantuan tiba di titik-titik yang sebelumnya belum tersentuh tim distribusi resmi. Tak hanya menyalurkan logistik, mereka juga membantu mengevakuasi warga yang sakit dan membutuhkan penanganan medis segera.
“Kami tidak bisa tinggal diam. Ketika melihat banyak warga terjebak tanpa akses bantuan, kami sepakat menurunkan tim ke lapangan,” ujar Koordinator Aksi, Z. Karmidi, yang akrab disapa Bang Jack.
Aksi solidaritas ini mendapat apresiasi luas dari masyarakat Aceh Tengah yang merasa sangat terbantu di tengah kondisi darurat. Bang Jack berharap pemerintah segera membersihkan dan membuka jalur alternatif agar distribusi bantuan berjalan lancar serta aktivitas ekonomi warga kembali pulih.
“Jika akses terbuka, masyarakat bisa kembali menjual hasil bumi ke pasar dan harga kebutuhan pokok tidak melonjak seperti sekarang,” tambahnya.
Inisiatif komunitas trail ini menjadi bukti bahwa kepedulian dapat lahir dari mana saja, bahkan dari sebuah hobi yang dipadukan dengan jiwa kemanusiaan. Komunitas Trail Aceh berharap langkah kecil mereka mampu menggerakkan lebih banyak pihak untuk bersama-sama membantu pemulihan pascabencana.(Azhari)



0 facebook:
Post a Comment