Puisi


Karya Davina Kalila Siswa SMA Negeri 1 Lhokseumawe


Tanah Rencong, diselimuti awan hitam
bukan hanya jejak sejarah yang panjang
tapi tanah yang menampung rindu dan pilu

Namun di balik damai bukit yang berderet
ada sungai yang beralih menjadi jelmaan ombak keruh
bukan lagi air bening yang jernih menetap
melainkan lumpur cokelat penuntut keadilan

November 2025 menangis
dan langit pun pecah
menumpahkan bejana tanpa jeda
seminggu penuh ia merintih
Dari hulu, jeritan hutan yang gundul
mengirim air bah sebagai duta murka

Ia datang merangkak cepat dan senyap
mencium lantai rumah
merenggut segalanya
mengangkat nyawa dari pelukan lelap
meninggalkan jejak kotor di bingkai jendela

Rumah panggung
saksi bisu yang tegak sabar
menjadi pulau di lautan cokelat pekat
Sementara di bawahnya kenangan tersamar
buku sekolah, mainan, hanyut hanya dalam sekejap

Sebuah harap merayap
bahwa air akan surut, dan tangis diredakan

Kami memungut sisa
membersihkan lumpur tebal
menanam kembali benih
menegakkan tiang yang patah
Sebab Sumatera, meski sering dicabik badai
adalah janji ketabahan di atas aroma tanah

Banjir boleh datang merubuhkan membasuh
namun tak pernah sanggup melenyapkan satu hal
semangat untuk mendirikan kembali
dari Aceh hingga seluruh penjuru nusantara

Lhokseumawe, 6 Desember 2025

Editor : Hamdani Mulya

SHARE :

0 facebook:

 
Top