Lamurionline.com-- Rumah kami dinaungi empat orang: saya, istri saya, Lia Meliana (35), putra-putri kami, Ahmad Kayyis (12) dan Syahadah Tsaqila (7). Alhamdulilah, saat ini Ahmad dan Tsaqila sudah hafal 4 juz, juz 28, 29, 30, dan 1. Tsaqila sendiri sudah menyelesaikan juz 30 sewaktu masih duduk di bangku TK. Sedangkan abangnya, rampung juz 30 ketika kelas 1 SD.

Komitmen untuk menghidupkan Al-Qur'an di rumah sudah saya tetapkan saat menikah. Istri saya pun menyambut baik niat saya. Hal pertama yang kami lakukan untuk memulai 
program
 ini adalah meniadakan pesawat televisi di rumah.

Bagi saya dan istri, televisi lebih banyak memberikan mudharat daripada manfaat, khususnya terhadap pembentukan kepribadian anak-anak. Di TV banyak kata-kata tidak layak bagi anak-anak seusia mereka. Dengan tidak adanya televisi saya juga lebih mudah mengontrol paparanmedia pada mereka. Saya tidak perlu melarang-larang mereka menonton TV, sebagai gantinya kami belikan mereka banyak CD tentang cerita anak yang bisa mereka tonton di laptop.

Sehari-hari, Ahmad dan Tsaqila me-muraja'ah hafalan mereka di dua waktu, yaitu setelah shalat Subuh dan usai shalat Maghrib. Ibunyalah yang membimbing muraja'ah mereka. Sedangkan saya lebih fokus pada memotivasi dan menyediakan seluruh alat penunjang pendidikan.

Ahmad selalu saya ajak ke masjid kalau subuh, se-ngantuk apa pun dia. Kalaupun dia nanti tertidur di masjid atau tersandung di jalan, tidak apa, yang penting dia biasa ke masjid saat Subuh. Setelah shalat Maghrib mereka kembali ber-muraja'ah dan ditambah hafalan ayat baru. Pada pagi harinya, Tsaqila harus menyetorkan ayat yang hafal waktu maghrib pada ustadznya di sekolah. Kami memang sengaja memasukkan Tsaqila di sekolah dasar Al-Qur'an agar hafalannya terus terpantau.

Memang perlu usaha yang menyeluruh agar anak terus termotivasi untuk menghafal Al-Qur'an. Sebab, karena anak-anak punya kecenderungan sendiri, yang paling sering adalah bermain dan jajan. Strategi yang saya jalankan, saya baru bersedia memberi uang saku pada mereka kalau mereka mau menyetor hafalan ayat baru. Tidak ada hafalan baru, tidak ada uang saku. Ini efektif, sampai-sampai kalau mereka minta uang jajan bilangnya bukan “Bi, minta duit” melainkan “Bi, mau setor hafalan.”

Selain itu, kami juga terus memotivasi mereka dengan dongeng. Hampir setiap malam sebelum tidur anak-anak mendengar dongeng dari ibunya. Isi dongengnya tentang kisah-kisah sahabat dan kehebatan orang-orang yang hafal Qur'an. Anak-anak senang sekali mendengar dongeng dari ibu mereka.

Kami juga sadar anak-anak perlu bermain. Karena itu, kami selalu membuka rumah agar teman-teman Ahmad dan Tsaqila mau main di rumah kami. Dengan begitu kami bisa mengawasi mereka. Terkadang teman-teman mereka juga ikut mengaji di rumah.

Kami bersyukur sampai saat ini masih bisa menjalankan program ini. Target kami, lulus SD nanti Tsaqila bisa selesai 30 juz, sedangkan kakaknya bisa selesai saat lulus SMP, insya Allah.
Islamedia.co
Suratno - Mampang, Jakarta Selatan
Dipublikasikan pertama di ummi-online.com
SHARE :
 
Top