Lamurionline.com-- Selama 30 tahun terakhir, sepertinya Imaculata Umiyati merayakan hari Peduli Autisme Sedunia yang sebenarnya dirayakan setiap 2 April. Wanita 47 tahun ini memang sudah 30 tahun mengajari anak-anak autis berkebutuhan khusus di sekolah khusus anak autis yang dipimpinnya, Sekolah Imaculata.
Menurut Ima, banyak orang tua anak autis yang merasa kesulitan menenangkan anaknya. Ima pun memberikan beberapa tipsnya. Kepada anak berkebutuhan khusus yang belum bisa tenang bahkan sering menyakiti dirinya sendiri, Ima menyarankan untuk memberikan kegiatan yang menguras tenaga si anak.
“Bisa kegiatan berkebun, lari di treadmill, atau memintanya mengepel,” katanya kepada Tempo Rabu 1 April 2015 di Pejaten Village.
Ima mengatakan, kegiatan itu akan membuat si anak lelah dan akhirnya makan dan minum dalam jumlah banyak.
Selain membuat anak berkebutuhan khusus itu tenang, Ima juga mengajarkan anak anak muridnya untuk mandiri. Caranya dengan melakukan ritual kegiatan yang berpola.
“Setiap hari, anak itu harus diajarkan untuk melakukan berbagai kegiatan sehingga bisa menjadi kebiasaan bagi mereka,” katanya memberikan tips terapinya. Sehingga saat ada kegiatan yang tidak dikerjakan si anak, dia akan merasa ada yang kurang.
Disiplin pun harus diajarkan kepada anak-anak spesial itu. Ima mencontohkan, ketika anak melanggar aturan ia harus diberikan hukuman. Ia mencontohkan pengalamannya. Sekolah yang dipimpin Ima, memiliki model seperti asrama. Sehingga anak itu hanya boleh pulang sekali dalam sebulan.
Pernah suatu kali, anak autis itu melakukan kesalahan yang membuat Ima melarangnya untuk pulang. Sebaliknya, pemberian hadiah pun perlu diberikan dalam mendidik anak anak autis ini. Ima pernah memberikan waktu untuk bermain lebih banyak saat si anak memiliki prestasi.
Tindakan disiplin itu, kata wanita berbaju ungu itu, juga perlu diikuti para orang tua. “Apa yang kami terapkan di asrama juga harus dilakukan di rumah agar menjadi kebiasaan,” katanya.
Ima mencontohkan, orang tua anak autis harus paham bahwa anaknya tidak boleh mengkonsumsi permen. Dengan begitu, di rumah tidak boleh ada permen sama sekali. Orang tua harus mengikuti aturan itu. Ia mengatakan selama ini para orang tua malah menyembunyikan permen di suatu tempat di dalam rumah. “Anak pasti akan mencari dan akhirnya mendapatkannya karena anak autis sebenarnya itu pintar,” katanya.
Gigitan, cakaran, tendangan dan pukulan dari anak muridnya sudah menjadi makanan sehari-hari Ima. Namun ia enggan menyerah.
Ima merasa bangga dan bahagia saat anak muridnya sudah bisa mandi sendiri, mencuci baju sendiri, mengerjakan beberapa pekerjaan rumah, dan mengontrol emosinya sendiri. Tiga muridnya, tahun ini pun terdaftar akan mengikuti ujian paket C.
Bahkan, setelah mengikuti pengajaran yang diberikan wanita berlatar belakang psikologi itu, ada salah satu anak muridnya yang sudah masuk salah satu murid sekolah khusus perancang busana di Jakarta. ACEHXPress 
SHARE :
 
Top