Oleh Sayed Muhammad Husen

Sayed M Husen
Orang tua tempo dulu di Aceh sering mendoakan anaknya supaya beumalem, beukaya dan meubahgia (supaya alim, kaya dan bahagia).

Tiga hal itu sering didoakan pada banyak kesempatan, terutama ketika berjumpa dengan anak kerabat atau anak-anak lain.

Doa itu sekaligus sebagai motivasi bagi anak hendaknya memimpikan hidup alim, kaya dan bahagia.

Kata yang digunakan dalam doa beumalem (supaya alim), bukan beucarong (supaya pandai).

Kita dapat membedakan arti malem yang lebih berkonotasi memiliki ilmu-ilmu agama dengan kata carong yang kita artikan memiliki ilmu-ilmu umum.

Malem, pendekatannya hati sementara carong pusatnya di pikiran.

Mari kita lihat rumusan Aceh Carong Gubernur dan Wagub Irwandi-Nova: Aceh Carong adalah menghilangkan gap antara kebutuhan pembangunan daerah dengan output pendidikan, sehingga menghasilkan strategi dan aksi pembangunan sumberdaya manusia.

Menjadikan anak-anak Aceh yang cerdas, mampu bersaing dan siap menghadapi dunia kerja.

Anak Aceh Cerdas (ACC) diartikan mampu bersaing dan mengukir prestasi di tingkat nasional dan regional dapat dicapai melalui pendidikan yang berkualitas.

Programnya antara lain penguatan keterampilan melalui pendidikan vokasional; penyediaan fasilitas pendidikan dan pemberian keterampilan; pemerataan rasio guru seluruh bidang studi di seluruh Aceh.

Mewujudkan Aceh Carong dilakukan juga melalui peningkatan kompetensi guru; penyediaan beasiswa bagi anak yatim dan anak orang miskin; pengiriman putra-putri terbaik Aceh untuk mendapatkan pendidikan di universitas-universitas yang bergengsi di tingkat international.

Dari rumusan itu, kita melihat Aceh Carong belum memberi muatan terwujudnya Aceh Malem seperti doa orang tua Aceh tempo dulu.

Aceh Carong mestinya tak berdiri sendiri dan semata-mata menggunakan pendekatan kecerdasan akal, namun harus dipadukan dengan kecerdasan hati dan kecerdasan spritual.

Aceh Carong akan lebih berenergi apabila diintegrasikan dengan Aceh Malem.

Aceh Malem dalam dataran praktis dapat kita saksikan sekarang pada sistem pendidikan yang dibangun dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama.

Misalnya dalam bentuk dayah modern, dayah tahfidz, sekolah Islam terpadu, madrasah, hingga jenjang perguruan tinggi seperti STAI, IAIN dan UIN.

Aceh Malem, tentu saja, tak cukup hanya belajar ilmu fardhu ‘ain (ilmu agama), tapi harus dilengkapi dengan ilmu-ilmu fardhu kifayah (ilmu umum). Jadi Aceh Carong mestilah sekaligus Aceh Malem.

Sumber: Gema Baiturrahman, 13 Oktober 2017/23 Muharram 1439
SHARE :
 
Top