Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Kontemplasi Sang Guru


Iman tak ternilai harganya, tidak dapat ditukar dengan apapun dan berapapun harganya. Indahnya iman dapat mengalahkan keindahan dunia beserta seluruh isinya. Jika iman telah tertanam dalam jiwa seseorang, maka hati yang keras akan menjadi lunak, jiwa yang sempit akan menjadi lapang. Iman dapat mengubah hati dan jiwa menjadi damai, tenang dan jauh dari keangkaramurkaan. Hanya iman satu-satunya penyelamat manusia menuju ridha Allah Swt 

Hindun binti Utbah yang mendapatkan cahaya keimanan hingga menyelamatkannya dari fatamorgana adalam diantara kisah indah iman. Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam bukunya Biografi 35 Shahabiyah Nabi Saw mengisahkan, saat penaklukan kota Mekah  Rasulullah saw memasuki  Mekah sebagai suatu kemenangan. Ketika beliau dan para pengikutnya melewati di hadapan Abu Sufyan, Abbas berkata kepadanya, "Selamatkan kaummu." Lalu sufyan bergegas dan mengumumkan kepada kaumnya agar menyelamatkan diri. 

Ia berkata, "Wahai kaum Quraisy! Muhammad datang bersama pasukannya yang tidak akan sanggup kalian hadapi. Barangsiapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, ia aman. Barang siapa yang menutup pintu rumahnya, ia aman. Barang siapa yang memasuki Masjidil Haram, ia aman." Kemudian pada saat itu pula  kaum Quraisy berpencar. Ada yang masuk ke rumahnya masing-masing, ada pula yang masuk ke Masjidil Haram.

Tiada yang dapat menduga, kapan dan kepada siapa Allah akan memberikan hidayah-Nya. Membuka pintu hati untuk menerima cahaya kebenaran. Menyinari jiwa dengan lentera Rabbani ke dalam relung hari hamba yang dikehendaki-Nya. Setelah sekian lama berada dalam kekafiran, tiba-tiba Abu Sufyan tersentuh hatinya untuk masuk Islam. Ia mencari Rasulullah saw lalu berkata, "Ya Rasulillah, Quraisy sudah hancur, tidak ada lagi Quraisy sesudah ini. Lalu Rasulullah saw bersabda, "Siapa memasuki rumah Abu Sufyan ia aman, siapa meletakkan senjata ia aman, siapa menutup pintu rumahnya ia aman." 

Syaikh Mahmud Al-Mishri, menulis, selama 20 tahun Hindun dan suaminya Abu Sufyan berada dalam kebencian dan kedengkian terhadap Islam, yang disertai dendam kusumat terhadap agama Rasulullah saw dan para pengikutnya. Kini Allah Swt membuka pintu hati keduanya untuk menerima cahaya kesucian. Allah pula yang telah mengangkat rasa benci dan dengaki dalam sanubari mereka berubah menjadi rasa cinta. Penyesalan dan rasa malu dengan perlakuan mereka terhadap Rasulullah saw  membuat mereka semakin mencintai beliau dan agamanya. 

Apalagi jika Hindun mengenang tentang multilasi terhadap jasat Hamzah paman Rasulullah saw dalam perang Uhud. Hindun merobek dada Hamzah dan mengambil hati kemudian memakannya. Sungguh hal itu menjadi pembelajaran dan renungan suram yang meneteskan air mata.   

Ketika terjadinya penaklukan kota Mekah, tidak ada pilihan lain bagi kaum Quraisy selain tunduk dibawah komando Rasulullah saw dalam Islam. Mereka berbai'at bersama Rasulullah saw untuk tidak  menyekutukan Allah dan setia kepada Rasul-Nya. Rasulullah membai'at kaum lelaki, sementara Umar bin Khathab membai'at para wanita berdasarkan instruksi beliau. Bai'at tersebut disertakan juga Hindun bin Utbah yang telah masuk Islam. 

Ketika itu, Hindun datang dengan penutup diri karena malu dengan Rasulullah saw. Ia khawatir jika Rasulullah mengenalnya dan mengenang masa lalunya yang suram. Namun Rasulullah tetap mengenalnya dan beliau berkata, "Bukankah engkau Hindun binti Utbah?" Dengan  segera ia menjawab, “Benar ya Rasulullah."

Wanita hebat ini memiliki jiwa dan kepribadian istimewa. Ketika hatinya terbuka untuk Islam, kedengkian dan dendam lenyap bersama imannya. Imanlah sebagai penawar kebencian dan membersihkan luka hati dengan peristiwa yang sudah pernah terjadi 20 tahun lalu. Membuka hijab kebodohan dengan akalnya yang sehat dan mencabut kebatilan dengan pengetahuannya yang cemerlang. Suatu hal yang sangat menarik, ketika masuk Islam, ia langsung menghancurkan berhala yang ada di rumahnya dengan kapak hingga hancur berkeping-keping. Lalu ia berkata, "Dulu aku terpedaya karenamu."

Setelah berada dalam naungan Islam,  Hindun mengadukan masalah rumah tangganya kepada  Rasulullah saw. Abu Sufyan seorang suami yang sangat pelit. Ia enggan memberikan nafkah kepada anak istrinya. Suatu hari, Hindun datang menemui Raaulullah saw untuk meminta pendapat beliau. Diriwayatkan oleh Aisyah, ia berkata, "Hindun binti Utbah istri Abu Sufyan masuk menemui Rasulullah saw lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, Sufyan itu orang pelit. Ia tidak memberikanku nafkah yang mencukupi dan anak-anakku selain yang aku ambil dari uangnya tanpa sepengetahuannya. Apakah aku berdosa karena hal itu? Rasulullah saw menjawab, "Ambillah sebagian dari hartanya dengan cara yang patut untuk mencukupimu dan mencukupi anak-anakmu."

Semenjak masuk Islam, Hindun menjadi seorang  ahli ibadah. Shalat malam, puasa, bersedekah dan lainnya menjadi tabiatnya. Hingga tiba hari yang membuat hatinya tersayat pilu. Dunia dan seisinya terasa gelap gulita tanpa cahaya lagi, yaitu wafatnya baginda Nabi saw. Hindun merasa sedih dan menyesal ketika mengenang masa lalu yang kelam baginya. Belum sempat ia membalas dan menebus kesalahannya, kini Rasulullah telah tiada. Sepeninggal Rasulullah, Hindun semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt, karena hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menebus semua kesalahannya. Ia mengorbankan harta, jiwa dan raga untuk menegakkan agama suci ini sebagai pengabdiannya. 

Syaikh Mahmud Al-Mishri menuturkan, ketika terjadi perang Yamuk, Hindun dan suaminya Abu Sufyan ikut serta dengan kaum muslimin lainnya. Mereka bergabung untuk menghancurkan pasukan Rumawi. Banyak sekali musuh yang mereka bunuh. Para wanita dibawah komando Hindun menghalau para lelaki muslim yang ingin melarikan diri dari peperangan. Sambil berkata, "Apakah kalian akan meninggalkan kami untuk orang-orang kafir?" Lalu mereka kembali dan tak seorangpun yang berani meninggalkan medan pertempuran. 

Dalam situasi tersebut, Hindun melihat suaminya Abu Sufyan melarikan diri bersama beberapa pasukan berkuda. Hindun berteriak agar mereka kembali. Wanita tegas ini memukul wajah kuda suaminya dengan kayu. Ia berkata, "Mau kemana engkau wahai anak Shakr? Kembalilah berperang! Korbankan jiwa ragamu untuk membersihkan kesalahan-kesalahan masa lalu kala engkau menghasut untuk melawan Rasulillah saw dulu." Zubair mendengar kata-kata Hindun hingga ia terkenang saat bersama Rasulullah dalam perang Uhud. 

Mendengar ucapan istrinya  Hindun, Abu Sufyan merasa iba dan berbalik kembali berperang. Zibair juga melihat para wanita yang ikut menyerang bersama kaum lelaki muslim. Mereka mendahului pasukan laki-laki, menghampiri dan membunuh musuh dengan semangat dan tidak takut mati. Aksi para wanita ini tak kalah tangguhnya dari pasukan laki-laki. Bahkan, meraka berhasil membunuh seorang kafir Rumawi penunggang kuda dengan postur tubuh yang tinggi besar. Mereka menggempurnya hingga terjatuh dari kudanya. Ia terkapar di tanah hingga tewas. Sungguh hebat srikandi-srikandi Islam ketika itu, termasuk Hindun binti Utbah sebagai seorang  komandan perang wanita. 

Setelah melewati masa-masa yang penuh teka teki kehidupan, akhirnya Hundun wanita mulia dan berkah ini kembali kepada Sang Yang Maha Mematikan. Ia pergi dengan membawa sejuta kenangan indah setelah masuk Islam. Menjadi kebangaan Rasulillah saw dunia hingga akhirat. Ia telah membuktikan wujud penyesalan masa lalu dengan pengabdiannya terhadap agama mulia ini. Semoga Allah Swt memberikan kebahagiaan kepadanya di syurga yang tinggi.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top