Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah dan Sahabat


Tidak sedikit sahabat di masa Rasulullah saw yang mati syahid. Dengan berbagai tragedi dan peristiwa yang membuat mereka kehilangan jiwanya. Pengorbanan demi pengorbanan yang terjadi semata-mata untuk menyelamatkan akidah dan manisnya iman. Ada yang shahid dalam peperangan, penyiksaan, bahkan dibunuh secara histeris. 

Mati di tiang gantungan atau kayu salip tak menjadi persoalan bagi para pejuang Islam. Karena, yang demikian itu sungguh dirindukan mereka. Surga telah menanti dengan segala keindahan dan kenikmatannya. Mereka mendambakan indah pada waktunya. Pengorbanan yang mereka lakukan tidaklah sia-sia, kerena Allah Swt selalu menepati janjinya dengan ganjaran yang setimpal.

Kali ini, kita akan mengupas kisah mengharukan, yang membuat mata kita menangis, hati terkoyak dan jiwa menjerit. Bagaimana tidak, kisah ini menceritakan tentang seorang guru besar yang zuhud dan ahli ibadah mati di tiang kayu salip. Belum lagi kita memasuki dunia tersebut, hati  telah merasakan betapa sakitnya adegan penyiksaan itu.

Khalil Muhammad Khalil dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Nabi Saw mengisahkan, Khubaib bin Adi seorang sahabat di kalangan Anshar yang selalu mendampingi Rasulullah saw mendakwahkan Islam. Ia  ksatria sejati, sosok yang lapang dada, tegas dan konsekuen. Ia cukup dikenal oleh masyarakat Madinah, karena berjiwa bersih dan berhati mulia. 

Khubaib selalu ikut setiap peperangan. Ketika terjadi perang Badar, ia tampil sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa dan pemberani. Saat seorang musyrik  Quraisy  bernama Al-Harits bin Amir bin Naufal menghalangi  jalan, ia tebas hingga tewas. Dan ternyata, orang tersebut pemimpin Quraisy yang berpengaruh. 

Kaum Quraisy mengetahui siapa yang membunuh pemimpin mereka. Setelah perang usai, kaum musyrik Quraisy kembali ke Mekah, sedangkan kaum muslimin balik ke Madinah. Namun, Quraisy terus mengingat nama itu dan akan menuntut balas pada pertempuran selanjutnya. 

Khalil Muhammad Khalil menulis, setelah peperangan itu, Rasulullah saw melakukan pembinaan terhadap penduduk Madinah. Khubaib seorang ahli ibadah dan berkarakter khusyuk. Ia memanfaatkan waktu untuk mensucikan diri dengan menegakkan shalat malam, berpuasa, dan berdakwah. Hingga suatu  ketika ia diberikan misi oleh Rasulullah saw bersama sepuluh sahabat lainnya. Mareka ditugaskan menyelidiki rahasia orang-orang Quraisy yang sedang melakukan langkah persiapan perang mereka.

Maka, berangkatlah tim penyelidik menuju kota Mekah. Ketika tiba di suatu tempat antara Usfan dan Mekah mereka dicegat. Ternyata, kehadiran mereka tercium oleh suku Bani Hayyan yang tinggal di kampung Hudzail. Lalu, musyrik Quraisy mengirim seratus orang pemanah untuk menyusul dan  mengikuti jejak mereka dari belakang. 

Quraisy mengetahui jejak kaum muslimin, karena menemukan biji kurma yang tercecer di sepanjang perjalanan yang dilalui kaum muslimin. Dengan firasat yang tajam dan luar biasa, mereka mengetahui biji kurma tersebut berasal dari Yastrib. Dengan petunjuk biji kurma itu, mereka menyusul dan menemukan jejak kaum muslimin yang sedang melakukan perjalanan rahasia. 

Sebagai prajurit yang terlatih kepekaan, Ashim selaku pemimpin tim penyelidik merasakan jika mereka sedang diincar musuh. Lalu, ia memerintahkan para sahabat, agar naik ke atas bukit mencari tempat aman. Tetapi,  para pemanah semakin dekat. Kaum musyrik Quraisy mengelilingi kaum muslimin dan mengepung mereka dengan sangat ketat. Mereka meminta, agar kaum muslimin menyerahkan diri dengan jaminan tidak menganiaya.

Mendengar pernyataan tersebut, mareka saling menatap. Akan tetapi, Ashim bin Tsabit Al-Anshari selaku pimpinan berkata, "Demi Allah, aku tidak akan turun untuk mendapatkan  perlindungan orang-orang musyrik. Ya Allah, sampaikanlah keadaan kami kepada Nabi-Mu."

Mengetahui hal tersebut, tanpa memberi kesempatan kaum musyrik menghujani kaum muslimin dengan anak panah. Sehingga, Ashin dan yang lainnya menjadi sasaran dan tewas sebagai syahid. Quraisy kembali meminta agar kaum muslim yang tersisa menyerahkan diri dan dijamin keselamatan. Lalu, khabaib dan dua sahabatnya pun turun dari bukit. 

Para pemanah mendekati Khubaib dan Zaid bin Ad-Datsinnah, lalu mengikat keduanya. Menyaksikan hal tersebut, teman yang ketiga memutuskan untuk melawan. Akhirnya, ia pun gugur menyusul tujuh sahabat yang lebih dahulu syahid. Kini, tinggallah Khubaib bersama Zaid yang terikat tali. Mereka mencoba melepaskan diri, namun tiada berdaya. Keduanya  menyerahkan diri kepada ketentuan Allah dengan sabar. Kemudian mereka pun digiring ke Mekah. 

Penangkapan Khubaib tersiar ke seluruh kota Mekah hingga ke telinga keluarga Al-Harits bin Amir yang tewas di perang Badar. Mereka masih mengingat Khubaib yang menewaskan Harits. Dendam dan kebencian telah merasuki pikiran keluarga besar ini. Lalu, mereka membeli Khubaib dengan tujuan menyiksa dan menganiaya, menjadikannya sebagai budak untuk melampiaskan dendam. Tak hanya kepada Khubaib, tetapi juga sahabatnya Zaid bin Ad-Datsinnah, hingga membuatnya gugur. 

Kini, tinggallah Khubaib sendiri yang menyerahkan hidup kepada Rabbnya sambil terus beribadah. Ia merasa nyaman, karena Allah selalu bersamanya. Jiwanya terasa sejuk, tanpa ada rasa takut walau sedikit. 

Suatu hari putri Harits datang melihat Khubaib di penjara. Namun, tiba-tiba ia berteriak keras, karena melihat Khubaib sedang memakan anggur di tangannya. Padahal, tidak ada seorangpun yang memberi makanan kepadanya. Itulah di antara tanda kekuasaan Allah terhadap hamba yang taat kepada-Nya.  

Khalil Muhammad Khalil menyebutkan, bujukan Quraisy terus menguji keimanan Khubaib untuk menghkianati Rasulullah saw dan agamanya. Akan tetapi, iman dan akidahnya tetap tegar. Usaha Quraisy hanyalah sia-sia, sehingga eksekusi pun dilakukan. Quraisy mempersiapkan tiang gantungan berupa salip yang terbuat dari batang kurma. Khubaib digiring ke tempat kematiannya di Tan'im. 

Sebelum eksekusi, Khubaib minta izin shalat dua rakaat. Ia beribadah dengan kusyuk dan berdoa, "Ya Allah, hitunglah jumlah mereka dan binasakan satu persatu." Lalu tubuhnya disandarkan ke palang salip dan diikat kuat.  Dengan buasnya musyrik Quraisy melepaskan anak panah mereka ke tubuh Khubaib. Sungguh kekejaman di luar batas, namun Khubaib tetap tegar meskipun tubuhnya telah dipenuhi tancapan anak panah dan sobekan pedang hingga nyawanya melayang. 

Di tempat eksekusi tersebut burung-burung bangkai dan burung buas lainnya sedang menanti prosesi pembunuhan. Mereka siap mengerumuni tubuh yang sudah menjadi mayat sebagai santapan. Namun, suatu keanehan terjadi. Burung-burung berkumpul seakan berembuk sesuatu. Lalu, tiba-tiba semuanya terbang ke angkasa, seolah-olah mencium bau harum lelaki saleh ini. Mereka segan menghampiri tubuhnya.  

Firasat peristiwa berdarah ini dirasakan Rasulullah saw. Beliau merasakan dan terbayang musibah yang menyayat hati. Lalu, mengutus Miqdad bin Amr dan Az-Zubair bin Awwam memastikan peristiwa yang terjadi. Dengan petunjuk Allah, jasad Khubaib ditemukan di tiang salip dan telah syahid. Mareka menurunkan tubuh sahabatnya, lalu  membawanya ke Madinah. 

Khubaib telah menemukan kebahagiaannya di sisi Allah Swt. Hingga sekarang tidak ada seorangpun yang mengetahui keberadaan makam Khubaib. Mungkin Allah hendak memberi ketenangan kepada pahlawan yang syahid di kayu salip ini. 

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top