Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat


Doa salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan berdoa manusia akan merasa dirinya rendah di hadapan Allah. Ketidakberdayaan dan lemah selaku hamba. 

Orang yang jarang berdoa tergolong sombong. Merasa diri mampu dan tidak bergantung kepada Sang Yang Maha Bergantung. Kesombongan akan membawa kepada kekufuran dan takabur. 

Berdoa sangat dianjurkan sebagai wujud menghambakan diri kepada Sang Khaliq. Termasuk saling mendoakan kepada sesama dalam kebaikan. Islam tidak memperkenankan umatnya  mendoakan yang tidak baik kepada sesama. Baik disebabkan karena sakit hati maupun dendam kusumat. Karena kita tidak akan pernah tahu terkadang dengan tiba-tiba pintu langit  dibukakan oleh Allah. Apalagi doa orang tua terhadap anaknya yang langsung diterima tanpa hijab. 

Berkenaan dengan hal tersebut, mari kita buka tabir  sebuah kisah tentang doa. Dalam pengajian rutin di Dayah Darul Washilin al-Amiriyah Lamtheun Aceh Besar, Teungku Syaikh Mukhtaruddin menyurahkan sebuah kisah menarik yang dapat membukakan mata hati dalam berdoa.

Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib pergi bertawaf di ka'bah bersama anaknya Sayyidina Hasan. Mereka melihat seorang laki-laki sedang berdoa di bawah ka'bah dalam waktu yang sangat lama. Ia tidak beranjak dari tempat duduknya hingga menimbulkan perhatian Ali.

Menyaksikan hal tersebut, Ali menyuruh anaknya Hasan untuk melihat siapakah gerangan. Hasan beranjak sambil mendekati sang lelaki misterius. Ia bertanya kepada lelaki itu, "Apa yang sedang engkau lakukan?" Laki-laki itu menjawab, "Saya sedang berdoa."

Betapa prihatin Hasan ketika melihat kondisinya. Ternyata  laki-laki tersebut lumpuh sebelah. Hasan menyampaikan hal tersebut kepada ayahandanya. Lalu Ali mendekati laki-laki dan bertanya, 'Mengapa kondisimu seperti ini dan apa yang terjadi?" Laki-laki itu diam hingga Ali kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. 

Teungku Syaikh melanjutkan surahnya bahwa sambil menoleh sang laki-laki itu bercerita tentang sebuah peristiwa malang yang menimpa dirinya. Wahai Ali, aku hidup bersama ayahku. Suatu hari ayah melarangku berbuat maksiat. Yang perbuatan itu sudah menjadi kebiasaanku. Lalu aku menampar ayahku dengan sangat keras. Aku marah karena ia selalu melarangku. 

Setelah menerima tamparan dari anaknya, sang ayah sangat bersedih hingga  meneteskan air mata. Lalu dengan segera ia menunggang kudanya dan pergi ke Ka'bah. Kemudian ia bersimpuh dihadapan ka'bah sambil berdoa kepada Allah atas perbuatan anaknya. 

Doa orang tua terhadap anak tanpa hijab, apalagi ia  sedang teraniaya. Tiba-tiba saja aku yang sedang berada di rumah mengalami kelumpuhan dan mati sebelah. Aku menangis dan menyesali perbuatanku. Tak lama kemudian ayah kembali. Lalu ia melihat kondisiku yang menyedihkan, ayah pun  menyesal. Emosi yang tidak dapat dibendung membuatnya anaknya menjadi cedera.  

Aku meminta agar ayahku  kembali ke ka'bah dan mencabut doanya. Dengan penuh rasa peduli ayahku kembali untuk mendoakan kesembuhanku. Namun sayang, di tengah perjalanan menuju ka'bah ia mengalami kecelakaan terjatuh dari kudanya. Ia meninggal seketika sebelum sempat mendoakan kesembuhanku. 

Mendengar kematian ayah, aku semakin merasa bersalah dan bersedih. Dalam kondisiku yang tidak berdaya, tidak ada yang dapat aku lakukan. Setelah beberapa waktu, dengan terseok-seok aku berjalan menuju ka'bah untuk mohon ampun kepada Allah atas dosa dan kesalahanku. Aku ingin bertaubat sambil mendoakan ayahku. 

Teungku Syaikh menuturkan, mendengar kisah tersebut Ali ikut bersedih. Lalu ia menawarkan, "Maukah engkau aku doakan?" Laki-laki itu menjawab, "Dengan senang hati wahai sahabat Rasulullah." Maka Ali mendoakan kesembuhannya. Alhamdulillah keesokan harinya laki-laki tersebut sembuh dari lumpuhnya. 

Setelah sembuh, laki-laki itu berdoa agar dapat bertemu dengan Rasulullah saw. Lalu ia menceritakan kisah yang terjadi. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah,  "Doa apakah yang dibacakan Ali untukku, sehingga dalam sekejap aku dapat disembuhkan. Rasulullah saw menjawab, "Itu adalah doa Ismul A'dham. 

Hikmah yang dapat kita petik dari kisah ini adalah jangan terlalu mudah menyakiti orang lain, terutama kedua orang tua. Karena doa mereka maqbul. Demikian juga selaku orang tua jangan terlalu mudah mendoakan yang tidak baik terhadap anak-anaknya. Jika pintu langit sedang terbuka, dalam sekejap ia akan durhaka. 

Mari memperbanyak doa yang baik-baik kepada sesama. Karena Allah akan membalas dengan limpahan kebaikan kepadanya. Semoga kita tergolong orang-orang yang selalu dalam kebaikan.

Editor: Sayed M. Husen 

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top