Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat


Keadaan umat manusia saat ini cerminan di masa lampau. Setiap kejadian yang terjadi dalam kehidupan umat manusia sudah lebih dahulu ditampakkan oleh Allah Swt sebagai bayangan. Akan tetapi manusia wajib berusaha menghindari setiap peristiwa yang buruk. Meskipun pada hakikatnya takdir yang telah menentukan. 

Dosa manusia bersumber dari keangkuhan mereka sendiri. Sifat takabur dan durhaka berawal dari kesombongan belaka. Ada yang merasa memiliki segalanya termasuk nikmat jiwa sehingga lupa kepada yang telah memberikan nikmat. Berkenaan dengan itu, mari kita kupas sebuah kisah tentang kedurhakaan istri nabi Luth dan nabi Nuh.

Dalam Drah Pengajian  Muslimah dayah Thalibul Huda mingguan, Abi Hasbi Albayuni mengisahkan bahwa ada dua orang istri Rasulullah yang durhaka, yaitu istri nabi Luth as dan nabi Nuh as. Kisah ini tentu menggetarkan hati kaum wanita yang takut akan laknat Allah Swt. 

Wanita yang beriman pasti akan mengikuti ajaran yang benar. Apalagi yang membawa risalah adalah suaminya sendiri. Namun apa yang terjadi dengan istri nabi Nuh. Ia malah menentang ajaran nabi Nuh  dengan sangat keras. Tatkala nabiyullah Nuh diperintahkan oleh Allah membuat kapal, istrinya justru memaki Nuh as. 

Istri nabi Nuh memprovokasi orang lain agar tidak ikut bergabung bersama Nuh.  Bahkan ia mempengaruhi anaknya agar menetang ayahnya sendiri. Sehingga dikala Allah melaknat kaum Nuh, dia masih berusaha menyadarkan istri dan anaknya. Namun sayang, kesombongan telah menutup cahaya hati mereka dan kaum Nuh yang lain. Akhirnya air bah telah menenggelamkan mereka dalam keangkuhan yang nyata. 

Sementara istri nabi Luth yang bernama Wahilah tak berbeda jauh dengan istri nabi Nuh. Dalam berdakwah nabi Luth selalu mendapatkan penghinaan dari istrinya sendiri. Bukannya membantu dakwah suaminya, bahkan bersikap memusuhi nabi Luth dan kaumnya. 

Suatu ketika, nabi Luth kedatangan empat orang tamu yang tidak dikenal. Ketika sampai di perbatasan, nabi Luth memerintahkan anaknya untuk menjemput para tamu. Anak nabi Luth merahasiakan kedatangan tamu tersebut. Karena kondisi ketika itu sangat mengerikan. Jika ada yang mengetahuinya pasti akan terjadi kekacauan. Karena kaum Sodom tidak bisa melihat orang laki-laki ganteng, mereka menyukai lawan sesama jenis, Nauzubillah. 

Ketika tamu sampai di rumah, Luth menyuruh istrinya agar menjaga rahasia tersebut. Akan tetapi malah istrinya berkhianat. Ia menyampaikan keberadaan tamu di rumahnya kepada siapa saja yang dia temui. Sehingga  berdatanganlah mereka ke rumah nabi Luth.  Negeri Sadung dan Samurah yang indah dilaknat oleh Allah Swt. Karena ternyata empat orang tamu tersebut adalah para malaikat yang sedang menyamar. 

Allah Swt mengazab kaum Sodom yang menyukai   sesama pria. Mereka menentang dakwah nabi Luth termasuk istrinya sendiri. Akhirnya negeri tersebut rata dengan tanah. Mereka dikutuk dan diazab tanpa ada yang tersisa kecuali mereka yang beriman kepada Allah dan mengakui kerasulan nabi Luth. 

Kisah ini menunjukkan bahwa keshalihan seorang suami belum tentu istri dapat mengikutinya. Demikian juga dengan anak. Ayah yang shalih belum tentu anak menjadi shalih. Akan tetapi jika ibu shalihah, kebanyakan anak mengikutinya. Jika ayah shalih, anak belum tentu shalih seperti yang terjadi dengan anak nabi Nuh. Akan tetapi jika ibu baik, maka anak akan menjadi baik, seperti nabi Ibrahim. Ia memiliki ayah tidak baik, akan tetapi memiliki ibu yang baik,  sehingga anaknya menjadi baik. 

Mari kaum perempuan berhijrah menjadi lebih baik, agar generasi kita menjadi baik. Anak-anak adalah cerminan masa depan sebagai investasi bagi kedua orang tua. Bagi kaum suami membimbing kaum Istri ibarat merundukkan bambu, pelan tapi pasti. Mereka akan menurut dengan kelembutan dan perlahan. Jika dipaksa justru akan menjadi patah tak berguna lagi. Rasulullah saw seorang yang sangat lemah lembut kepada istri-istrinya, sehingga patut dijadikan suri teladan dalam kehidupan umat manusia.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top