lamurionline.com -- Padangpanjang – Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang mengadakan diskusi bertajuk "Sastra Pariwisata" pada Sabtu, 18 Mei 2024, di Sekretariat Komunitas Seni Kuflet. Acara ini menghadirkan Aidil sebagai pemateri utama dengan moderator Oppiyanda Riska. Diskusi ini dibuka oleh Ketua Komunikasi Seni Kuflet, Akbar.

Aidil memaparkan konsep "Fiksi Pariwisata" sebagai genre fiksi yang mengangkat cerita-cerita imajinatif tentang perjalanan dan petualangan di berbagai destinasi wisata. "Dalam fiksi pariwisata, pembaca akan dibawa dalam sebuah dunia khayalan di mana tokoh-tokoh utama menjalani pengalaman-pengalaman menarik dan seru selama perjalanan wisata," jelas Aidil. Ia menambahkan bahwa genre ini seringkali menggunakan latar destinasi wisata eksotis untuk menciptakan cerita yang memikat. "Fiksi pariwisata adalah sastra yang mempromosikan pariwisata, dilengkapi dengan panduan dan tautan untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang budaya dan tempat yang dikisahkan."

Dalam sesi tanya jawab, Tika bertanya tentang alasan memilih cerpen sebagai bentuk sastra dalam fiksi pariwisata. Aidil menjawab, "Cerpen lebih mudah dibuat dibandingkan karya lain karena hanya memerlukan satu tema ringkas dan cerita pendek yang bisa diselesaikan dalam 3 atau 4 halaman."

Hasanah Nasution mengajukan pertanyaan mengenai cara menangani karya yang mungkin tidak dibaca oleh orang lain atau jika cara penyampaian kurang tepat. Aidil menjawab, "Itu sepenuhnya hak pembaca. Kita tidak bisa mengendalikan bagaimana karya kita diterima. Sastra di luar negeri lebih diminati karena minat baca yang lebih tinggi dibandingkan di Indonesia. Fiksi pariwisata memberikan panduan dan tautan dalam cerita untuk membantu pembaca mengenal lebih jauh tentang tempat-tempat tersebut."

Sidiq menambahkan bahwa penting bagi sastra Indonesia untuk tidak bersikap egois dan terbuka terhadap inovasi. "Ada keseimbangan antara melestarikan nilai-nilai tradisional dan mengadopsi inovasi yang dapat memperkaya sastra," ujarnya.

Dr. Sulaiman Juned M.Sn, selaku Penasihat Komunitas Seni Kuflet, memberikan pandangan bahwa puisi dan cerpen tradisional tidak mengandung panduan atau tautan. "Ketika cerpen sudah dimasukkan link pariwisata, itu bukan lagi karya sastra murni, tetapi lebih mirip berita. Genre sastra yang diakui adalah drama, puisi, dan prosa," tegasnya.

Diskusi ini diakhiri dengan kesimpulan bahwa meskipun terdapat perbedaan pandangan tentang definisi sastra, inovasi seperti fiksi pariwisata dapat menjadi jembatan untuk mempromosikan budaya dan pariwisata melalui karya sastra. (*/Maharani Saputri).

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top