Penulis: Alin lizia Anggraeni, SE

(Muslimah Peduli Generasi) 


Badan kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Balikpapan menyelenggarakan Sosialisasi Pendidikan Politik bagi ratusan  siswa SMA/K se Balikpapan, Selasa (26/8/2025). Lewat kegiatan ini para pelajar diajak memahami bahwa politik bukan sekedar perebutan kekuasaan, tetapi juga tentang suara, partisipasi dan masa depan bangsa. 

Esoknya Kesbangpol juga menggelar sosialisasi pendidikan politik bagi organisasi perempuan dengan tema Perempuan Berdaya Indonesia Berjaya pada Rabu (27/8/2025). Kegiatan ini diikuti oleh para pengurus dan anggota PKK dari berbagai kecamatan, serta organisasi perempuan dengan tujuan memperkuat pemahaman masyarakat terkait pentingnya berpolitik secara sehat dan bertanggung jawab. 

Adanya sosialisasi yang diadakan Kesbangpol menunjukan Kondisi masyarakat saat ini. Bisa dikatakan jauh dari kata melek politik. Politik dipahami hanya sekedar pemilu lima tahun sekali. Masyarakat terlihat kurang peduli dengan yang terjadi dan terindra olehnya, baik di lingkungan rumah maupun masyarakat. Para pemuda sibuk dengan urusan dan permasalahan pribadi. Sehingga abai terhadap fakta yang ada. Ini adalah tabiat dari sistem Demokrasi. 

*Politik dalam Demokrasi

Sistem Demokrasi, adalah sebuah sistem  yang berasal dari Yunani kuno, dimana  jalannya pemerintahan  di atur dengan  meletakan kekuasan ditangan rakyat. Sistem ini ketika diterapkan banyak menimbulkan masalah serius seperti politik uang dan korupsi, pembatasan kebebasan sipil, penegakan hukum yang tidak adil, pemilu yang tidak bebas dan adil, serta lemahnya akuntabilitas pejabat publik. Isu-isu ini melemahkan institusi politik, menghambat partisipasi publik, dan berpotensi mengikis kualitas demokrasi serta menciptakan ketidakpercayaan terhadap sistem politik. 

Demokrasi tidak layak untuk diperjuangkan sebab kerusakan tatanan kehidupan saat ini justru lahir dari sistem politik demokrasi. Buktinya, sejak awal kemerdekaan hingga hari ini, demokrasi tidak mampu membawa rakyatnya pada kesejahteraan. Sebaliknya persoalan kehidupan umat kian rumit. Harga kebutuhan hidup semakin tinggi, pengangguran, kebodohan, kelaparan, hingga kriminalitas, angkanya terus naik.

Untuk itu, pemuda hendaknya jangan terkecoh dengan mulut manis  para pejuang demokrasi yang menjanjikan kekuasaan di tangan mayoritas rakyat, sebab realitasnya tidaklah demikian. Semua itu adalah dusta demokrasi yang terus ditutupi oleh para punggawanya.  

Hal ini karena “politik” yang nampak di mata pemuda dan juga masyarakat umum tak lepas dari bagaimana para elite parpol yang berebut suara untuk mendapatkan  kursi jabatan. Jelas, sama sekali tidak berkorelasi dengan perbaikan kehidupan masyarakat. 

Sistem politik demokrasi saat ini menjadikan para pemudanya berpikir pragmatis sehingga mereka menjauh dari politik alias apolitis. Banyak drama dari parpol peserta pemilu. Saat ada kepentingan bersama akan berkoalisi, tetapi saat berbeda kepentingan maka akan menjadi oposisi. Lucunya, di satu wilayah berkoalisi tetapi di wilayah lain beroposisi.  Tragisnya , partai Islam malah berkoalisi dengan partai sekuler yang pemimpinnya kerap melecehkan ajaran Islam.

Oleh karena itu, ketika kerusakan politik demokrasi kian terindra oleh para pemuda, hal itu bukanlah sebuah kemunduran demokrasi melainkan kecacatan demokrasi yang memang layak membuatnya ditinggalkan. Solusi dalam hal ini pun bukan dengan memperbaiki sistem, melainkan membuang dan menggantinya dengan sistem sahih yang mampu membawa kesejahteraan dan keadilan yang nyata pada umat.

Selain itu, sistem ini juga menampakkan bagaimana politik adalahalat  kekuasaan untuk kepentingan para kapitalis, bukan kemaslahatan rakyat. Karena setiap kritik yang membela kepentingan rakyat dianggap ancaman bagi kepentingan kapitalis dan merongrong kekuasaan . Maka sejatinya peran politik pemuda dalam demokrasi, justru melanggengkan hegemoni oligarkis-kapitalis.

Oleh sebab itu, hendaklah para pemuda jangan mau menjadi corong penguasa dengan turut menjaga eksistensi demokrasi. Hal itu sama saja dengan menjaga kepentingan para elite yang berkuasa, bukan kepentingan rakyat banyak. Sebaliknya, Generasi muda yang dianggap memiliki kepekaan yang tinggi terhadap isu sosia. seharusnya mampu membawa perubahan fundamental pada politik Indonesia, yakni perubahan dari politik demokrasi menjadi politik Islam. . 

*Pemuda dan Politik Islam

Berbeda dengan Islam,  negara akan membentuk pemuda yang memahami peran politik mereka, yakni sebagai politisi negarawan. Mereka memiliki tanggung jawab besar dalam berkontribusi untuk memastikan negara selalu dalam koridor penerapan syariat Islam secara kafah. Jika pemerintah, dalam hal ini khalifah atau penguasa lainnya melakukan pelanggaran syariat, lanjutnya, maka menjadi kewajiban masyarakat termasuk pemuda untuk melakukan koreksi dan meluruskan. Aktivitas koreksi atau muhasabah ini dilakukan semata menjalankan perintah Allah Swt  dalam QS An-Nisa ayat 59 tentang perintah penguasa agar tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Islam adalah salah satu pilihan politik bagi generasi muda. Di tengah praktik politik yang hanya pandai mengumbar janji, Islam punya konsep yang jelas sehingga remaja aktif terlibat dan tidak pasif dalam melihat realitas masyarakat. Dalam rentang sejarah peradaban Islam, banyak  pemuda dan pemudi Islam yang mampu tampil menjadi pemimpin yang bervisi dan disegani musuh. Sebut saja Ali bin Abu Thalib, Mush’ab bin Umair, Amr bin Ash, dan Khalid bin Walid. Keberanian mereka diwariskan kepada para generasi penerus Islam selanjutnya.

Pilihan politik Islam jauh dari realitas politik hari ini yang penuh trik dan polesan untuk memuluskan kepentingan kelompok semata. Dalam Islam, konsep politik berjalan bersama visi pengurusan urusan rakyat. Penguasa adalah pelayan rakyat, bukan sebaliknya. Kontrolnya adalah ketakwaan penguasa. Seluruh masyarakat terlibat dalam mengontrol pelaksanaannya. Inilah konsep khas politik ala Islam. Sungguh jauh dari realitas hari ini, bukan?

Jadi jika pemuda bingung melihat fakta politik saat ini, mulailah mengkaji Islam. Dalam prosesnya, kita akan melihat betapa Islam tidak ngomong masalah spiritual belaka. Lebih dari itu, Islam punya konsep tata negara dan memiliki konsep khas untuk mencetak politisi ulung nan visioner. Tertarik menjadi politisi ulung ala Islam?  mari mengkaji Islam secara kaffah.

SHARE :

0 facebook:

 
Top