lamurionline.com -- Di SMAN 1 Lhokseumawe, sosok Muklis Puna dikenal bukan hanya sebagai guru Bahasa Indonesia, tetapi juga sebagai penulis yang produktif. Ia menyalurkan gagasan, keresahan, dan harapan lewat puisi, esai, serta buku pendidikan. Salah satu karyanya yang paling dikenal adalah antologi puisi “Lukisan Retak”, sebuah kumpulan sajak yang merekam kegelisahan manusia sekaligus menyalakan cahaya di balik retakan kehidupan.
Lahir pada 5 Februari 1974 di Pulo Naleung, Kec. Peusangan, Kab. Bireuen dan besar di Aceh, Muklis tumbuh dalam lingkungan yang sarat tradisi. Sejak muda ia akrab dengan dunia kata, hingga akhirnya menempuh pendidikan di bidang bahasa dan sastra. Pilihan itu membawanya menjadi guru, sekaligus membuka jalan panjang sebagai penulis.
Jejak Perjalanan Muklis Puna
- Awal kehidupan. Tumbuh di Aceh dengan kecintaan pada bahasa dan sastra.
- Tahun 2000-an mulai aktif menulis puisi dan esai, dimuat di berbagai media lokal dan nasional.
- 2015 menerbitkan antologi puisi Kupinjam Resahmu.
- 2016 menerbitkan buku Kutitip Rindu Lewat Angin.
- 2017 menulis buku esai Sastra, Pendidikan, dan Budaya dalam Esai.
- 2018 menerbitkan buku Teknik Penulisan Puisi: Teori, Aplikasi, dan Pendekatan.
- 2019 meluncurkan buku antologi puisi Lukisan Retak.
- Kini ia menjadi Guru di SMAN 1 Lhokseumawe, pendiri Sastrapuna.com, dan pegiat literasi aktif di Aceh.
- Sambil menjalani kesibukannya mengajar dan menulis artikel di Kompasiana.com dan Surat Kabar Waspada Medan, ia saat ini sedang menempuh Pendidikan Program Doktor (S3) Konsentrasi Manajemen Pendidikan di UIN Sultanah Nahrasyiah Lhokseumawe.
Berikut petikan wawancara dengan Muklis Puna
Apa arti puisi bagi Anda?
"Puisi adalah lukisan jiwa. Retak sekalipun, ia tetap menyimpan keindahan dan makna."
Mengapa menulis Lukisan Retak?
"Saya ingin merekam kegelisahan manusia dalam bentuk simbol dan kata. Retakan itu bukan kehancuran, melainkan ruang untuk cahaya masuk."
Bagaimana peran Anda sebagai guru memengaruhi karya menulis?
"Di kelas, saya belajar dari siswa. Mereka adalah cermin zaman. Dari mereka, saya menemukan inspirasi untuk menulis."
Kutipan Puisi Lukisan Retak
`Di retakan dinding waktu
aku melihat bayangan yang pecah
namun tetap menyimpan cahaya
meski redup, ia tak pernah padam.
`
Sosok yang Inspiratif
Meski produktif menulis, Muklis tetap sederhana. Ia lebih suka disebut guru yang menulis daripada tokoh besar. Namun pengaruhnya nyata: ia membuka ruang literasi lewat kelas, buku, situs sastra, dan pelatihan menulis. Ia menyalakan api sastra di Aceh, menginspirasi generasi muda untuk mencintai bahasa dan budaya.
Muklis Puna adalah sosok yang membuktikan bahwa guru bisa menjadi penulis, penulis bisa menjadi pejuang kata, dan pejuang kata bisa menjadi inspirasi lintas generasi. Lewat Lukisan Retak dan karya-karyanya yang lain, ia menjaga semangat literasi tetap hidup di Aceh, sekaligus menyalakan cahaya sastra bagi masa depan.
(Penulis : Hamdani Mulya)

0 facebook:
Post a Comment