Oleh: Juariah Anzib, S.Ag
Penulis buku Wakaf di Aceh: Tradisi, Inovasi dan Keberkahan
Rasulullah saw dianugerahi sebelas orang istri sepanjang hidup beliau. Dua di antaranya Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah wafat semasa beliau masih hidup. Karena itu, ketika Rasulullah saw meninggal dunia, beliau meninggalkan sembilan orang istri yang dikenal sebagai Ummul Mukminin. Mereka adalah wanita-wanita istimewa, mulia, dan terpilih, yang akhlak, keteguhan iman, serta keteladanan hidupnya menjadi rujukan bagi umat manusia, khususnya kaum perempuan.Masing-masing dari mereka memiliki kelebihan dan karakter mulia yang membedakan satu sama lain. Tentu tidak mungkin istri-istri Rasulullah saw adalah perempuan biasa tanpa keistimewaan; mereka adalah pilihan Allah. Namun, di antara mereka terdapat empat wanita yang secara khusus disebut memiliki keutamaan luar biasa hingga Rasulullah saw menjanjikan surga bagi mereka. Siapakah mereka?
Dalam pengajian muslimah Ahad pagi di Dayah Thalibul Huda Bayu Lamcot, Dr. Tgk. H. Hilmi Imran, MA, Pimpinan Dayah MUDI Samalanga, menjelaskan bahwa empat istri Rasulullah saw yang dijamin masuk surga adalah:
Khadijah binti Khuwailid, Zainab binti Jahsy, Aisyah binti Abu Bakar, serta Hafshah binti Umar al-Khathab.
Keempat Ummul Mukminin ini mendapatkan jaminan surga tanpa hisab, karena keistimewaan, keteguhan iman, dan amal saleh mereka yang tidak tertandingi.
Pertama, Khadijah binti Khuwailid: Penyejuk Hati, Sang Penyabar, Sang Pendukung Dakwah
Khadijah adalah seorang wanita terhormat, saudagar sukses, dan perempuan terkaya di Jazirah Arab kala itu. Meski kaya raya, penampilan dan sikapnya sederhana serta sangat menjaga kehormatan. Ia adalah istri pertama Rasulullah saw dan satu-satunya perempuan yang menjadi penopang utama dakwah di fase paling kritis.
Cinta Khadijah kepada Rasulullah saw adalah cinta yang dibangun atas dasar iman dan kesucian jiwa. Kesabaran dan keteguhannya tidak ada bandingannya. Ia selalu hadir sebagai penenang di saat Rasulullah saw menghadapi tekanan, ejekan, dan penindasan kaum Quraisy. Ketika wahyu pertama turun dan Rasulullah saw pulang dengan tubuh gemetar, Khadijah-lah yang menenangkan beliau dengan kalimat keyakinan yang terkenal:
“Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu…”
Khadijah adalah penyejuk hati, penyokong dakwah, dan tempat kembali bagi Rasulullah saw. Seluruh hidupnya dipersembahkan untuk iman dan perjuangan. Karena kesuciannya, ia digelari Ath-Thahirah, perempuan suci.
Kedua, Zainab binti Jahsy: Ummul Masakin, Teladan dalam Kedermawanan
Zainab binti Jahsy adalah sepupu Rasulullah saw, wanita berakhlak tinggi, kreatif, dan pekerja keras. Ia pandai menjahit dan menyamak kulit, lalu hasil karyanya ia sedekahkan kepada fakir miskin. Karena sifat dermawan dan kedekatannya dengan kaum dhuafa, ia dijuluki Ummul Masakin, ibu bagi orang-orang miskin.
Sebelum menikah dengan Rasulullah saw, ia pernah menjadi istri Zaid bin Haritsah, anak angkat beliau. Setelah perceraian terjadi karena alasan syar‘i, Allah menurunkan wahyu yang memerintahkan Rasulullah saw untuk menikahinya, sebagai penegasan bahwa anak angkat tidak memiliki kedudukan hukum seperti anak kandung, termasuk dalam hal larangan menikahi mantan istri mereka.
Zainab adalah perempuan mulia yang hidupnya penuh kedermawanan, kekuatan karakter, dan keteguhan iman.
Ketiga, Aisyah binti Abu Bakar: Cerdas, Lincah, dan Istri Tercinta
Aisyah adalah istri termuda Rasulullah saw, satu-satunya yang dinikahi dalam keadaan perawan. Ia dikenal sangat cerdas, pandai berdebat, lincah, dan kuat hafalan. Lebih dari 2.200 hadis diriwayatkan melalui dirinya, menjadikannya sumber ilmu yang sangat penting bagi umat Islam, terutama terkait persoalan perempuan.
Ia dijuluki Ash-Shiddiqah, sebagai bukti ketinggian iman dan kecerdasannya.
Aisyah dikenal memiliki sifat pencemburu, namun kecemburuan itu muncul dari rasa cinta yang mendalam kepada Rasulullah saw. Meski begitu, cintanya tidak pernah menghalangi peran dakwah Rasulullah saw yang menikahi para janda dan perempuan lemah untuk melindungi mereka dan memperluas dakwah Islam.
Betapa besar kecintaan Rasulullah saw kepada Aisyah. Ketika sakit menjelang wafat, beliau meminta untuk dirawat di rumah Aisyah. Dan di pangkuannya lah, Rasulullah saw menghembuskan napas terakhir. Pemandangan haru yang selalu dikenang umat hingga kini.
Keempat, Hafshah binti Umar al-Khathab: Penghafal al-Qur’an, Tegas, dan Berilmu
Hafshah adalah putri Umar bin Khathab, seorang wanita tegar dan berkarakter kuat. Ia pernah menjanda sebelum dinikahi Rasulullah saw. Hafshah dikenal sebagai perempuan ahli ibadah, banyak berpuasa dan bangun malam. Karena itu, ia digelari Sawwamah Qawwamah.
Keistimewaan terbesar Hafshah adalah kemampuan hafalannya yang kuat terhadap al-Qur’an. Mushaf asli yang ditulis pada masa Abu Bakar disimpan di rumah Hafshah. Ketika Utsman bin Affan hendak menstandarkan mushaf al-Qur’an, Zaid bin Tsabit meminjam mushaf tersebut dari Hafshah untuk proses penyalinan.
Hafshah bukan hanya penghafal al-Qur’an, tetapi juga memahami makna dan qawaid-nya. Banyak sahabat dan pemimpin berkonsultasi kepadanya untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an. Ia adalah perempuan berilmu, berwibawa, dan tanpa cela.
Inilah sekilas sejarah tentang empat istri Rasulullah saw yang dijamin masuk surga. Mereka adalah wanita pilihan Allah, dengan karakter, perjuangan, dan keteladanan luar biasa. Keempatnya menunjukkan kepada umat, khususnya kaum perempuan, bahwa kemuliaan bukanlah hasil keturunan atau status, tetapi buah dari iman, ilmu, kesabaran, dan pengabdian kepada Allah.
Surga bukan hanya milik sebagian orang. Surga adalah milik semua yang bertakwa. Jika kita ingin seperti mereka, maka teladanilah akhlak, perjuangan, dan keteguhan para Ummul Mukminin ini.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mengikuti jejak agung perempuan-perempuan mulia tersebut. Aamiin.

0 facebook:
Post a Comment