Syedara Meutuah, Pergantian hari, minggu, bulan dan tahun selalu kita lalui, dua bulan yang lalu pergantian tahun Hijriah, ke depan kita juga akan pindah ke tahun Masehi berikutnya. Hampir bersamaan memang, pertanyaannya apakah ada perubahan pada diri kita dari tahun sebelumnya, tahun depan dan tahun-tahun berikutnya ? Selain itu umur kita juga setiap tahun bertambah yang berarti kita semakin melangkah menuju akhir kehidupan yaitu kematian. Begitupun bumi ini, juga akan menuju ke suatu saat yang disebut kehancuran atau yaumul qiyamah, setelah itu kehidupan kita akan berganti dengan kehidupan lain yaitu akhirat. Pertanyaan satu lagi, apa yang telah kita perbuat di dunia ini untuk secuil kebaikan dan apakah kita telah mengevaluasi atau mengkaji ulang apa yang telah kita lakukan ? Jika belum, mari sama-sama kita evaluasi. Evaluasi terhadap berapa banyak amalan kita yang baik dan berapa amalan kita yang buruk walaupun Allah SWT Maha Mengetahui akan amalan kita yang sebenarnya, evaluasi akan tingkah laku kita yang mungkin masih sangat jauh dengan kebenaran, evaluasi akan ibadah kita yang banyak kekurangan sambil mengharap Ridho Nya Allah SWT. Begitupun pemimpin negeri ini sudah sepatutnya mengevaluasi akan programprogram yang telah dicanangkan. Apakah menyentuh segi-segi keislaman atau masih banyak yang bersifat fana tanpa tujuan.

Kembali kita dengan kata “evaluasi”. Evaluasi diri sesuai dengan firman Allah SWT “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan“. (QS. 59: 18) 

Evaluasi diri penting untuk peningkatan kualitas diri setiap mukmin. Dalam hal ini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan : 

Pertama, melakukan muhasabah (perhitungan), minimal secara umum terhadap berbagai aktivitas selama ini. Kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan, diantaranya apakah umur, harta, kesempatan dan waktu yang terpakai sudah maksimal digunakan untuk mengabdi kepada Allah? Ini perlu diperhatikan karena kesempatan hidup semakin terbatas, dan setiap orang semakin dekat dengan kematian. 

Kedua, melakukan muraqabah (pengawasan) terhadap sisi lahiriyah dan batiniyah. Ibadah dan kebaikan yang telah dilaksanakan dari sisi lahiriyah, perlu dikaji ulang, apakah amal dan ibadah tersebut telah sesuai dengan petunjuk al- Quran dan hadits. Dari sisi batiniyah, perlu diteliti kembali tentang keikhlasan melaksanakan berbagai ibadah dan kebaikan itu. Apakah pelaksanaan ibadah itu karena menjalan perintah dan mengharapkan keridhoan Allah atau m a s i h b e r c a m p u r d e n g a n r i y a ' . Keikhlasan menentukan nilai ibadah disisi Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap amal tergantung kepada niat, dan setiap orang dibalas sesuai dengan niatnya“. (HR. Bukhari). 

Ketiga, memberikan mu’aqabah (sanksi) terhadap diri ketika melakukan pelanggaran dan dosa. Ini perlu dilakukan karena mengingat azab Allah yang dahsyat dan sebagai peringatan agar tidak mengulangi dosa itu. Seperti sahabat-sahabat Rasul ketika berbuat dosa mereka segera bertaubat dan memberi sanksi terhadap diri mereka dengan banyak beribadah dan berbuat baik kepada sesama. Nabi bersabda, “Iringi dosa yang kamu lakukan dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik dapat menghapus dosa“. (HR. Tirmidzi). 

Keempat, Mujahadah (berjuang dan berusaha) keras melakukan perubahan dan meningkatkan kualitas diri dengan membuat program yang rapih. Allah tidak hanya menilai hasil akhir dari amal yang dilakukan seseorang. tetapi sejak proses awal upaya itu telah dinilai dan dihargai- Nya. Orang-orang bersungguh-sungguh pada jalan Allah, termasuk untuk m e n i n g k a t k a n k u a l i t a s d i ri a k a n d i t u n j u k k a n A l l a h j a l a n u n t u k mendapatkan keridhoan-Nya. Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang ber jihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik“. (QS. 29: 69). K e l i m a , M u a t a b a h ' a l a n n a f s i (mengkritik diri) untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan kita dalam m e n j a l a n k a n I s l a m . K r i t i k a n i n i berpedoman pada Al-Quran dan hadits. Misalnya, kenapa kita tidak mampu bersikap amanah, jujur, disiplin, mau bersedekah, membiasakan membaca Al- Quran, sementara orang lain mampu m e l a k u k a n n y a . P a d a h a l A l l a h memberikan potensi dan peluang yang sama kepada setiap orang. Kritikan ini m e n y a d a r k a n k i t a u n t u k s e g e r a memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri dimasa depan, sekaligus mendorong diri meneladani orang yang lebih baik dan taat dari kita. 

M e l a l u i e v a l u a s i d i r i d e n g a n beberapa langkah diatas, insya Allah peningkatan kualitas diri pada tahun depan dapat tercapai. “Jak ta hudeep lam bumoe Tuhan, ta hiroe paban bak buet nyang beuna, ta meujroh ngon rakanrakan, ta teumimang got deungon hana”
SHARE :
 
Top