Oleh : Ahmad Faizuddin 

Beberapa tokoh Quraisy (Al Walid bin Mughirah, Al 'Ash bin Wail, Al Aswad Ibn Al Muthalib, dan Umayyah bin Khalaf) pernah menawarkan kepada Nabi Muhammad SAW toleransi dalam beragama. M e r e k a b e r k a t a , “ Wa h a i Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (Muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya” (Tafsir Al Qurthuby, 14: 425). 

Permasalahan yang sering kita jumpai dalam masyarakat adalah kebanyakan kita kurang memahami tentang ajaran agama kita sendiri. Jadinya kita sering ikut-ikutan mencampuradukkan antara satu agama dengan agama lainnya. Sebagian kita juga tidak mampu m e n a h a n d i r i s e h i n g g a k u r a n g menghormati dan memandang rendah orang lain. Dan kebanyakan kita juga tidak berpegang teguh terhadap keyakinan agama sendiri sehingga dengan mudahnya mengikuti ajaran agama-agama lain. Kalau kita ingin hidup dengan penuh toleransi seperti yang telah dicontohkan oleh Rasul SAW, maka permasalahanpermasalahan tersebut perlu kita atasi terlebih dahulu Bagaimana sebenarnya prinsip toleransi dalam Islam? Toleransi dalam Islam dikenal dengan istilah tasamuh (dari bahasa Arab yang bermakna sikap pemurah, penderma, atau mempermudah). Kata ini biasanya diartikan dengan tolerance dalam bahasa Inggris. 

Konsep tasamuh juga mengandung makna rahmah (kasih sayang), 'adalah (keadilan), salam (keselamatan), dan tauhid (mengesakan Allah). Sika p toleransi i n i mencakup m a s a l a h a q i d a h , ibadah dan mu'amalah . I s l a m t o l e r a n dalam hal a q i d a h . Konsep Al- Q u r ' a n a d a l a h tidak ada pemaksaka n a g a m a kepada orang lain. Rasul SAW mengajarkan untuk berda'wah dengan hikmah dan mau'idhah hasanah (contoh teladan yang baik). Namun bagi orang yang sudah berikrar dengan kalimat syahadat dan mengaku dirinya Muslim, maka wajib mengerjakan semua perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Islam toleran dalam hal ibadah, tidak ada unsur memberatkan. Kalau tidak ada air ketika wudhu' maka boleh ber-tayammum. Kalau seorang Muslim tidak sanggup berdiri dalam shalat maka boleh duduk atau sambil baring. Jika seorang Muslim sakit ketika berpuasa maka boleh berbuka dan di qadha (ganti) pada hari lain, dan berbagai macam kemudahan lainnya. I s l a m j u g a t o l e r a n d a l a m bermasyarakat (mu'amalah). 

Prinsip sosial Islam adalah tolong-menolong dan berbuat baik kepada semua orang, baik Muslim atau non-Muslim. Nabi SAW bersabda, “Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran pahala” (H.R. Bukhari no. 2363 and Muslim no. 2244 dari Abu Hurairah). Toleran yang dimaksudkan disini tidak masuk ranah aqidah dan ibadah. Allah melarang untuk mencapuradukkan antara yang haq dan yang bathil (Q.S. Al Baqarah: 42). Islam menjunjung tinggi toleransi selama tidak ada sangkut pautnya dengan aqidah beragama. Tuntunan Islam dalam toleransi adalah sebagaimana Firman Allah SWT, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk m e n g u s i r m u . D a n b a r a n g s i a p a menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (Q.S. Al Mumtahanah: 8-9). Nabi SAW bermu'amalah dengan semua orang t e r m a s u k Y a h u d i d i M a d i n a h . Beliau pernah menggadaikan baju perangnya kepada seorang Y a h u d i bernama Abu Syahm. Kaum Muhajir in dan Anshar dibawa h pimpinan Nabi SAW juga pernah mengadakan perjanjian (Piagam Madinah) dengan kaum Yahudi untuk menjaga perdamaian, harta benda serta mengakui keberadaan agama masing-masing. 

Jadi secara umum toleransi bermakna pengakuan berbagai macam perbedaan dengan sikap terbuka dan lapang dada. Allah SWT menciptakan kita berbeda-beda untuk saling kenal-mengenal dan manusia yang terbaik diantara kita adalah yang paling bertaqwa (Q.S. Al Hujurat: 13). Kita dianjurkan untuk berbuat baik dengan orang kafir selama mereka tidak mengganggu kita, maka lebih-lebih lagi dengan sesama Muslim. Firman Allah SWT, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al Hujurat: 10). Bahkan lebih luas lagi, toleransi bukan hanya dengan manusia saja. Kita juga perlu bertoleransi dengan lingkungan sekitar, binatang dan alam semesta. Tujuannya adalah untuk menjaga eksistensi semua makhluk hidup. Itulah bentuk toleransi dalam Islam. Toleransi adalah menghormati orang lain, bukannya mencampur adukkan agama dengan saling memeriahkan perayaan agama lain atau malah mempraktekkan ajaran mereka. Prinsip Islam itu tegas, “lakum dinukum waliya din” (untukmu agamamu, dan untukku agamaku, Q.S. Al Kafirun: 6). 


© Akhi, 2014 (Gombak: 22/03, 9:30 a.m.)
SHARE :
 
Top