Oleh : Mukam Zahri, S.Ag 

Beberapa hari lagi kita akan menuju ke bilik suara untuk memilih anggota legislatif yang katanya memilih wakil rakyat yang akan duduk di kursi DPR, DPRA dan DPRK. Nah sebagai bahan inspirasi bagi kita, mari ikuti kisah kehidupan Kerajaan Belantara. Di sebuah rimba raya terdapat masyarakat hewan. Masyarakat hewan itu terdiri dari berbagai jenis hewan. Ada hewan kecil ada pula hewan besar, gajah termasuk hewan yang besar, sedangkan kucing termasuk hewan kecil. Di rimba itu tidak ada keamanan dan kedamaian, warga r i m b a s e t i a p h a r i m e n g e l u h , m e r e k a t i d a k memperoleh perlindungan. Tidak ada pemerintahan di dalamnya, raja yang berkuasa dan yang memperhatikan nasib warga rimba itu pun tidak ada. Hukum yang berlaku di rimba itu adalah hukum rimba. Siapa kuat dialah yang menjadi raja dan berkuasa. Siapa yang jagoan dialah yang menang. Warga yang lemah selalu menja dimangsa yang menyedihkan. Mereka diburu, mereka dikejar-kejar, mereka dimangsa, dibunuh, dijadikan pengganjal perut. Melawan tidak lebih baik dari menyerah, menyerah berarti kalah, sedang kalah berarti mati konyol. Setiap hari pasti ada saja warga yang mati mendadak. Suasana tak aman itu sudah sampai pada puncaknya .

Pada suatu hari beberapa warga rimba yang sering mengalami penindasan dari kelompok besar, mereka berkumpul dan malaporkan tentang kejadian yang dialami oleh anak dan keturunannya, kita ini kelompok hewan yang tidak punya kekuatan dan tenaga untuk melawan, coba lihat model p o s t u r t u b u h kit a, kata kijang dan lihat itu kambing, kancil, rusa, marmut , arnab dan lainnya. Yang mereka bicarakan adalah tentang keganasan warga rimba yang b u a s . K i j a n g d e n g a n m e n a n g i s menceritakan anaknya yang hilang dua hari sebelumnya, begitu ditemukan yang tinggal cuma tanduk dan kulitnya saja, darah berceceran di sana-sini, Kambing pun terisak- isak menceritakan nasib cucunya hilang, setelah diselediki ternyata dimangsa harimau. Banyak lagi laporanlaporan yang lain, ada yang mengatakan anaknya diterkam serigala, adak keponakannya digigi tular berbisa, ada yang adiknya dilarikan beruang. Macammacam keluhan yang mereka kemukakan. Akhirnya diambillah keputusan, di rimba itu perlu diangkat seorang pemimpin yang melindungi rakyat dari segala penindasan dan kejahatan. Tetapi pekerjaan itu tidak mudah, warga lain mungkin tidak setuju. Pengumuman segera dijalankan. Memang ada warga rimba yang tidak setuju jika di rimba itu diangkat pemimpin yang akan melindungi rakyat lemah. Mereka adalah harimau yang bergelar raja rimba, kemudian ular piton dan ularular besar yang berbisa, begitu pula beruang, ia pun kurang setuju. Namun mereka yang kurang setuju itu akhirnya setuju juga setelah mengemukakan syarat. Kata mereka pemimpin yang diangkat harus pemimpin yang kuat, galak, pemberani, disegani, ditakuti, berwibawa dan terkenal. Karena meraka disegani, usul meraka diterima saja, tiada yang berani membantah sebab bahayanya besar. 

Pemilihan pemimpin akhirnya dia dakan. Harimau yang sealin galak juga licik diam-diam sebelumya telah menghubungi beberapa warga rimba, mereka diancamnya, katanya mereka harus memilih dirinya nanti di dalam pemlihan raja. Siapa tidak memilihnya akan dihukum, Awaskalian, jika nanti tak memilih aku saat pemilu akan kuhabiskan satu persatu,ingat itu. Karena merasa terancam dan takut maka mereka harus memilihnya. Ketika tiba pada hari pemilihan raja berlangsung, para pemilih memberikan suarat erbanyak dengan terpaksa kepada harimau. Dalam hati mereka sangat bencip ada harimau. Akan tetapi disisi lain, karena mereka telah diancam dengan kata-kata yang menakutkan dan memang mereka sangat takut, apa lagi sampai mati sia-sia, akhirnya mau tak mau terpaksa juga harus memilihnya sebagai raja. Ular piton, beruang dan binatangbinatang buas lainnya merasa iri dan tak senang atas terpilihnya harimau menjadi pemimpin di rimba itu. Keinginan mereka adalah merekalah yang memimpin itu, bukan untuk tujuan melindungi rakyat lemah melainkan untuk kepentingan mereka sendiri. Menjadi amankah rimba itu setelah warganya mempunyai pemimpin? Ternyata tidak. Warga rimba yang lemah masih juga mengeluh. Kambing masih sering kehilangan anaknya, begitu juga kelinci, urnab, marmot dan binatang-binatang lemah lainnya. Setelah di selediki ternyata bangkai anak-anak warga rimba yang hilang itu ditemukan di dapur rumah pemimpin mereka. Rupanya pemimpin mereka diam-diam m e n y u r u h a n a k b u a h n y a menculik anak kambing, anak k e l i n c i , a n a k u r n a b d a n sejenisnya untuk disantapnya. M e r e k a m a r a h s e k a l i t e r h a d a p pemimpinnya itu, tetapi mereka takut kepadanya. 

A k h i r n y a d i a d a k a n l a g i pemilihan pemimpin kedua kalinya, pemimpin lama dianggap tak benar. Syarat pemimpin kedua ini adalah bukan penggemar darah segar, tetapi ia harus disegani, ditakuti, dan berwibawa, pilihan jatuh kepada ular piton. Setelah ular piton menjadi pemimpin rakyat kecil yang lemah tidak juga merasa aman. Memang darah tidak lagi berceceran di sana sini seperti ketika hari mau menjadi pemimpin. Tetapi anak warga rimba banyak yang hilang tidak ketahuan. Setelah diselidiki ternyata pemimpin mereka yang menelannya. Diam-diam pemimpin mereka menyuruh anak buahnya untuk menculik anak warga rimba yang enak dimakan. Seperti anak kijang, anak kambing, anak kelinci dan sejenisnya. Rakyat kecil yang lemah kembali mengeluh. Akhirnya diadakan lagi pemilihan pemimpin ketiga kalinya. Syarat calon ialah bukan pemakan darah dan harus lemah lembut sifatnya. Pilihan jatuh kepada gajah, gajah memang tak suka darah, iapun tak buas seperti harimau dan tak kejam seperti ular. Rakyat kecil yang lemah mulai merasa lega setelah gajah menjadi pemimpin, sebab anak mereka tidak lagi hilang, rupanya pemimpin mereka itu tidak suka darah, ia tak suka makan daging hewan. Tetapi rupanya perasaan lega itu tidak berlangsung lama. Sebab beberapa bulan kemudian rakyat kecil yang lemah k e m b a l i m e n g e l u h . D i z a m a n pemerintahan harimau dan pemerintahan ular mereka tak pernah menderita kelaparan. Tetapi di zaman pemerintahan gajah, mereka diserang musim paceklik. Bahan makanan ternyata yang terdiri dari rumput dan tumbuhan lain semuanya disabit oleh petugas raja. Gajah bersama anak buahnya dengan belalai mereka yang besar dan panjang ternyata menyabit semua rumput di hutan itu. Rumput itu kemudian ditimbun di belakang istana pemimpin sebagai persediaan bahan makanan untuk persiapan hari-hari mendatang. Sebagai akibatnya bagian sikecil dan silemah tak ada lagi. Rakyat kecil dan lemah kembali mengeluh, “Pemimpin kita kali inipun masih belum benar, tidak memperhatikan kepentingan rakyat “, kata mereka di dalam pertemuan. 

Akhirnya diadakan lagi pemilihan pemimpin keempat kalinya. Dalam pemilihan kali ini disyaratkan calon pemimpin tidak boleh buas, bukan pemakan daging mentah, cerdik, akan tetapi mempunyai perikebinatangan. Ia harus mengutamakan kepentingan rakyat diatas kepentingan dirinya sendiri. Sehingga pemimpin yang terpilih kali ini ialah sang kancil yang terkenal akan kecerdikannya. Lagi pula ia tidak buas seperti harimau dan tidak ganas seperti babi serta tidak suka menelan mangsa seperti ular, demikian pula tidak serakah seperti gajah. Sejak kancil menjadi pemimpin rakyat kecil yang lemah merasa terlindung, sebab kancil telah lama menderita ditindas oleh pemimpinnya dahulu. Jadi setelah ia menjadi pemimpin ia teringat akan penderitaannya dulu, ia tak mau lagi menyakiti hati rakyatnya yang kecil dan lemah, ia tak mau memeras rakyatnya yang lemah. Segala-galanya diaturnya dengan baik, musyawarah diutamakan, Segala tugas dibaginya dengan adil dan b i j a k s a n a . U n t u k a n g k a t a n d a r a t diangkatnya harimau, angkatan laut buaya, angkatan udara elang, untuk mata-mata diangkatnya burung hantu. Semuanya mendapat tugas dan tanggungjawab, ia sendiri memimpin di rimba dengan jujur, dengan demikian warga rimba hidup aman dan bahagia. 

Penulis adalah PAIF Kemenag kabupaten Aceh Besar.
SHARE :
 
Top