Oleh : Abrar, S.Pd

Sebelumnya saya ingin memaparka n arti manajemen dari berbagai sumber yang s a y a b a c a . M a s i h menurut WIKIPEDIA I n d o n e s i a , K a t a Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno m é n a g e m e n t , yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur”. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W.Griffin mendefinisikan manajemen sebagai s e b u a h p r o s e s p e r e n c a n a a n , pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. 

Nah, dari situ kita lebih sedikitnya tahu akan arti manajemen walaupun berasal dari teori orang asing. Namun Ureung Awai di Aceh (Raja-raja tempoe dulu) sebagai pemimpin juga punya manajemen untuk memimpin rakyatnya, supaya kesejahteraan merata termasuk dalam hal syariat Islam. Di sini saya ingin memberikan cuplikan sebuah translaterisi manuskrip dari kerajaan Islam Aceh Bandar Darussalam telah ditemukan di perpustakaan Universiti Kebangsaan Malaysia. Manuskrip ini merupakan 'Wasiat Sultan Aceh' kepada pemimpin-pemimpin Aceh pada 913 Hijriah pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal hari Ahad bersamaan 23 Juli, 1507 yang pernah saya baca di sebuah website yang diposting oleh Zallivan D'Willbert. Isi buku tersebut ialah sebuah kunci untuk rakyat yg di simpan oleh Raja-Raja Aceh terdahulu untuk generasi Aceh di masa yang akan datang, isi dalam buku tersebut hanyalah seuntaian wasiat sekaligus nasehat yg dipersembahkan kepada anak cucu generasi Aceh selanjutnya. Apa yang dilakukan oleh Rakyat Aceh dahulu dalam keseharian mereka sehingga Aceh punya hari yang indah nan gemilang. Satu hal yang perlu dicermati bersama adalah pada saat Kerajaan Aceh Bandar Darussalam berdiri, Sultan Ali Mughayat Syah mengistiharkan “The Aceh Code” atau "Pohon Kerajaan Aceh". "Aceh Code" ini merupakan 21 kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh rakyat Rakyat Aceh pada saat itu. Ke 21 Pesan Wasiat Raja Ajeh di masa silam itu untuk rakyat aceh dan generasi selanjutnya, sedangkan dalam buku tersebut masih sangat banyak nasehat-naseha tlain dan hikayat Atjeh dimasa silam sebagai mana seorang ulama yg disebutkan dalam buku tsb, telah menulis sebuah hikayat yg intinya dalam hikayat tsb ulama itu memprediksi akan kondisi atjeh di masa akan datang akhir dari hikayat ulama tsb mengatakan yg intinya "Aceh akan kembali maju pada suatu masa, pada masa itu jika lamiet akan kembali kepada lamiet dan yg hak akan kembali kepada mereka yg berhak menerimanya". 

Dari 21 wasiat tersebut mengandung 5 nilai hidup utama yang Islami yg menjadi falsafah dan prinsip yaitu : AMANAH, BERANI, DISIPLIN, RAJIN dan SETIA. Dari kelima pesan inilah terlukiskan seberapa sayangnya raja-raja dan ulama-ulama atjeh di masa silam dalam menjaga Hak tanah yg suci yg sudah lama mereka perjuangkan dan sebagai rasa cintanya kepada generasi selanjutnya mereka mempersembahkan untaian nasehat yg sangat bermanfaat dan yang tak ternilai harganya dengan kata syair yang amat dalam maksudnya lagi nasihat yang sangat baik tujuannya dan amat luas maknanya, 

Jituka alem dengan jahee; Jituka adee dengan inaya, Jituka murah dengan bakhee, Cita kan zahee bak raja-raja, Jituka taat dengan maksiet; Jiboh aneuk miet keu ureung tuha, Jituka yang la jimita yang miet, Tamsee aneuk miet yang tuha-tuha, Jituka iman jitung murtad, Asai na pangkat meugah ngon kaya, Jituka yang trang jitung yang seupot, Jitem meureubot tuwo keu desya, Jituka, makmu jitem tung deuk troe, Ureng yang bako tekala wala, Jituka senang jitem tung susah, Peuget fitnah meuseunoh kada, Jituka meugah jitung hinaan, Inong ngon agam male jih hana, Jituka luwah jitem tung picek, Tanda mubalegh keurajeun raja, Jituka qanaah jitem lubha, Alamat tanda akai tan lisek, Jituka sihat jitung peunyaket, Jitem meusaket dengan hareuta, Jituka aman jitem tung kacho, Nibak bala peubala dengan saudara, Ouh akhee nanggroe lee that ban macam, Saboh yang asai saboh yang hana, Dalam syuruga sideh yang asai, Penolong Tuhan keu mukmin dumna, Yang dalam donya sinoe tan asai, Meunajih badan meu ubah rupa 

Sejarah telah membuktikan tatkala Manajemen Ureung Awai diimplementasikan secara terus menerus, ia membawa kegemilangan bagi Aceh. Manakala Manajemen Ureung Awai diabaikan, sedikit demi sedikit Aceh mengalami kemunduran sampai pada titik nadir. Melihat situasi di Aceh sekarang, sudah waktunya Manajemen Ureung Awai sebagai warisan endatu kita yang sangat berharga untuk kembali disosialisasikan dan diaplikasikan tentunya setelah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi terkini dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh. Bila hal ini dilakukan, Insya Allah kegemilangan yang telah dicapai Aceh dalam bidang politik, ekonomi, agama dan budaya di masa lampau akan kembali terulang.
SHARE :
 
Top