"Kalau di Jawa, babi itu seperti domba, atau kambing. Bahkan di Tolikara kita orang bisa lihat babi itu ada di mana-mana toh," imbuhnya

Seorang lelaki berkulit hitam tanpa mengenakan alas kaki tengah fokus memandangi sebuah panci aluminium berdiameter sekitar 50 centimeter.
Kedua tangannya memegangi gagang sebuah kayu coklat panjang, seperti dayung perahu. Berulang-ulang ia menggerakkan kayu dan mengaduk isi dalam panic berlawanan dengan arah jarum jam.
Entah siapa nama gerangan, namun, pastinya pria berjaket kuning dengan paduan hijau muda itu terlihat sedang sibuk memasak sesuatu. Dari dalam panci yang diletakkan di atas drum berkarat, sesekali asap membumbung tinggi dari dalam panci ke atas udara.
Tetapi, pria tersebut tak peduli dengan asap tersebut, dan tangan cekatannya terus memutar kayu yang dipegang –secara perlahan dan terus perlahan.
Dari pantauan awak wartawan yang beberapa menit mengamatinya, wajah lelaki tersebut tak menoleh ke sama sekali –selama mengaduk-aduk isi yang ada di dalam panci– wajahnya terus menunduk.
“Itu orang sedang memasak sarapan buat babi peliharaan,” jawab Hamka. Sambil menunjukkan jarinya, Hamka segera menimpali perkataannya, “itu kandang babinya. Itu dipelihara sama Brimob yang tinggal di perumahan sini toh.”
Sebelum mentari bergeser jauh dari titik terbitnya, Sabtu (25/07/2015) pagi, awak Wartawa bersama salah satu pengurus PWNU Papua itu ngobrol di depan pintu rumah dinas Kepala Dinas Sosial Tolikara, La Bansi.

Tanpa sengaja komentar muncul dari awak Wartawan –seolah begitu saja terucap dari bibir– ketika kamera digital yang dipeganginya diarahkan ke lelaki yang tengah sibuk memasak sarapan untuk sejumlah babi yang ada di kandang itu.
Hamka membenarkan jika babi yang ada di Papua, seperti di Tolikara, seolah seperti hewan yang disakralkan oleh warga.
“Jumlahnya lumayan banyak warga yang ternak babi di sini, toh” cetusnya.
Bahkan, Hamka menyatakan bahwa sudah menjadi hal yang wajar jikalau babi menjadi hewan ternak terbanyak di Tolikara. Harga babi, lanjutnya, bisa mencapai dari 10 juta, 15 juta bahkan hingga 20 juta per ekor, tergantung dari ukuran berat badannya.
“Itu orang sedang masak sampah, sisa-sisa makanan yang sudah basi toh, dicampur jadi satu,” jelas Hamka.
Menurut Hamka, babi itu merupakan hewan yang paling jorok Sementara, dalam waktu dan tempat terpisah, salah satu pegawai dari dinas Kementerian Agama yang berkantor di Puncak Jaya mengungkapkan bahwa, zaman semasa kecilnya dulu –sebelum mengerti halal dan haram daging babi, ia mengakui pernah makan daging babi.
“Tapi setelah kelas 2 SD sampai sekarang ini, Alhamdulillah saya tidak pernah makan daging babi lagi,” katanya.
Apalagi, tegasnya, daging babi itu ternyata di dalam syariat ajaran Islam haram hukumnya. “Bahkan kalau saya tahu babi itu mau makan kotorannya sendiri, saat itu saya nggak pernah mau makan daging babi,” pungkasnya.*
harga babi, lanjutnya, bisa mencapai dari 10 juta, 15 juta bahkan hingga 20 juta per ekor. Siapa saja yang menabrak babi, baik itu menyebabkan babi luka atau mati maka harus membayar denda [wahyu]
Menurut Hamka, babi itu merupakan hewan yang paling jorok bahkan babi sanggup memakan kotorannya sendiri
Tabrak Babi, Bayar Denda Ganti Rugi
Lain halnya, pengakuan dengan adik ipar dari sopir yang mengantar awak rombongan Tim Pencari Fakta Komite Umat untuk Tolikara (Komat Tolikara).
Ia mengungkapkan bagi siapa saja yang menabrak babi, baik itu menyebabkan babi luka atau mati maka harus membayar denda sebagaimana nilai yang diucapkan oleh pemiliknya.
“Kalau kita tabrak babi, itu kita harus bayar denda buat ganti rugi untuk si pemiliknya toh. Apa yang dibilang itu yang harus kita bayar,” kata pria yang  pekerjaaannya jasa transportasi kalur Wamena-Tolikara menggunakan mobil Strada  4WD warna hitam type Ranger 3600 ini.
” Memang seperti itu sudah adatnya,” jawab lelaki kelahiran Sulawesi itu.
Sejauh pantauan hidayatullah.com, babi memang menjadi hewan piaraan bagi warga di Tolikara. Sebagaimana halnya di Jawa, babi itu seperti domba atau kambing yang bisa terlihat di pelataran sawah, tanah lapang, kebun, ataupun kandang-kandang seperti di daerah Jawa.
“Kalau di Jawa, babi itu seperti domba, atau kambing. Bahkan di Tolikara kita orang bisa lihat babi itu ada di mana-mana toh,” imbuhnya saat berbincang dengan awak media ini.*ahkan babi sanggup memakan kotorannya sendiri.
“Yah.. Kotoran sendiri dimakan!” seru awak wartawan sambil menepukkan telapak tangan kanan ke jidatnya.
Sementara, dalam waktu dan tempat terpisah, salah satu pegawai dari dinas Kementerian Agama yang berkantor di Puncak Jaya mengungkapkan bahwa, zaman semasa kecilnya dulu –sebelum mengerti halal dan haram daging babi, ia mengakui pernah makan daging babi.
“Tapi setelah kelas 2 SD sampai sekarang ini, Alhamdulillah saya tidak pernah makan daging babi lagi,” katanya.
Apalagi, tegasnya, daging babi itu ternyata di dalam syariat ajaran Islam haram hukumnya. “Bahkan kalau saya tahu babi itu mau makan kotorannya sendiri, saat itu saya nggak pernah mau makan daging babi,” pungkasnya.*
Menurut Hamka, babi itu merupakan hewan yang paling jorok bahkan babi sanggup memakan kotorannya sendiri
Tabrak Babi, Bayar Denda Ganti Rugi
Lain halnya, pengakuan dengan adik ipar dari sopir yang mengantar awak rombongan Tim Pencari Fakta Komite Umat untuk Tolikara (Komat Tolikara).
Ia mengungkapkan bagi siapa saja yang menabrak babi, baik itu menyebabkan babi luka atau mati maka harus membayar denda sebagaimana nilai yang diucapkan oleh pemiliknya.
“Kalau kita tabrak babi, itu kita harus bayar denda buat ganti rugi untuk si pemiliknya toh. Apa yang dibilang itu yang harus kita bayar,” kata pria yang  pekerjaaannya jasa transportasi kalur Wamena-Tolikara menggunakan mobil Strada  4WD warna hitam type Ranger 3600 ini.
” Memang seperti itu sudah adatnya,” jawab lelaki kelahiran Sulawesi itu.
Sejauh pantauan hidayatullah.com, babi memang menjadi hewan piaraan bagi warga di Tolikara. Sebagaimana halnya di Jawa, babi itu seperti domba atau kambing yang bisa terlihat di pelataran sawah, tanah lapang, kebun, ataupun kandang-kandang seperti di daerah Jawa.
“Kalau di Jawa, babi itu seperti domba, atau kambing. Bahkan di Tolikara kita orang bisa lihat babi itu ada di mana-mana toh,” imbuhnya saat berbincang dengan awak media ini.*
Hidayatullah.com

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top