Jinoe lon kisah Aceh Seulatan
Tapak Tuan geuboh nan kota
Leupah that cidah alam disinan
Ngon peumandangan laot hindia
Anda penikmat musik Aceh tentu tidak asing lagi dengan potongan lirik lagu tersebut. Ya, itu lirik lagu Aceh Selatan yang dinyanyikan oleh Syah Loetan. Alunan perpaduan musik tradisional Aceh dan Melayu menjadikan lagu tersebut sangat digemari. Liriknya yang padat dan detail serta garapan musiknya yang menarik membuat lagu ini bertahan hingga lebih 20 tahun dan meninggalkan kesan pada setiap pendengarnya. Lagu ini juga seolah-olah sudah menjadi mars Aceh Selatan.
Syah Loetan lahir di Kampung Jawa Belakang, Langsa, 10 Oktober 1957. Nama aslinya Isa Muhammad Syah Loetan. Syah Loetan merupakan nama orangtua yang dicantumkan di belakang namanya. Nama tersebut dipakai sebagai nama artisnya sebagai wujud kebanggaannya terhadap orang tua.
Syah Loetan mulai mengenal musik sejak masih anak-anak. Setelah lulus SMP pada tahun 1970, ia berniat melanjutkan pendidikan ke sekolah musik di Jawa. Berasal dari keluarga yang agamis, niat Syah Loetan tidak mendapat dukungan dari orangtuanya. Mereka ingin Syah Loetan melanjutkan sekolahnya ke SMA  atau STM. Tidak sepakat dengan pilihan kedua orangtua, ia memutuskan berhenti sekolah dan mencoba belajar musik melalui media-media yang ada saat itu, misalnya dari radio, dari teman-temannya, atau dari siapa saja yang memiliki pengetahuan tentang musik.
Laki-laki yang saat ini bekerja sebagai pencipta lagu, operator, dan teknisi di Studio Musik Macro, Medan ini mengaku sangat mengagumi lagu-lagu Ibnoe Arhas.
“Saat itu lagu-lagu Ibnoe Arhas sedang populer. Saya mendengar lagu-lagunya dan belajar menyanyi dari sana. Kami bertemu di salah satu acara, dia mengajak saya rekaman. Tapi itu tidak jadi, karena saya tidak mau menyanyikan lagu-lagu yang iramanya tidak orisinil,” katanya.
Setelah lama mencari pengalaman bermusik secara ototidak, Syah Loetan mulai merintis karir di dunia musik pada tahun 1985. Saat itu ia meluncurkan album perdana yang berjudul ‘Kuah Pliek’.Meskipun lirik lagu berbahasa Aceh, namun lagu-lagu ia tertuju ke ranah nasional. Ia menciptakan syair-syair dengan menggunakan bahasa sastra yang memiliki makna mendalam dan musik yang diciptakan sendiri.
 “Yang dinamakan sebuah karya ialah yang memiliki proses. Ia bermula dari sebuah perenungan. Sebuah karya yang baik mampu melahirkan kesan. Tidak sekedar lahir begitu saja, lalu hilang,” ujarnya kepada wartawan.
Dalam menciptakan sebuah lagu, terkadang Syah Loetan membutuhkan waktu sampai dua atau tiga tahun. Ia suka memadukan berbagai budaya yang serumpun, seperti perpaduan Melayu dan Aceh. Kebanyakan lagu-lagu yang diciptakan memasukkan unsur Melayu dalam musiknya sehingga melahirkan sebuah karya yang unik dan mudah diterima penikmat musik saat itu.
Lagu ia yang masih populer sampai saat ini ialah lagu `Aceh Selatan`, sebab syair dan musik pada lagu tersebut memiliki makna yang mendalam dan menceritakan realita. Tidak hanya masyarakat Aceh yang menggandrungi lagu tersebut melainkan masyarakat luar daerah Aceh juga menyukainya, sebab musiknya sangat nyaman didengar.
“Ide lagu Aceh Selatan itu saya dapatkan di bus dalam sebuah perjalanan. Saya mengingat iramanya, lalu ketika sampai di Aceh Selatan barulah liriknya saya kumpulkan. Saya bertanya pada orang-orang tua di sana tentang kebiasaan dan kearifan masyarakat di Aceh Selatan. Itu membutuhkan waktu lama,” kenangnya.
Syah Loetan mengaku telah menerbitkan tiga album, di antaranya, Kuah Pliek, Pilehan Hatee, dan yang terakhir Ratna. Rata-rata lagu itu diciptakan dan dinyanyikannya sendiri. Ia selalu berusaha detail setiap menciptakan lagu. Tak jarang ia melakukan meditasi sebelum menciptakan lirik atau musik bagi lagu-lagunya.
“Saya tidak suka menyanyikan lagu yang iramanya jiplakan. Jika kita bisa menciptakan lagu sendiri, untuk apa harus jiplak? Sekecil apa pun yang namanya mencopot karya orang lain itu tidak baik. Itu bukan pekerjaan musisi. Musisi menciptakan lagu sendiri, irama sendiri, musik sendiri,” kata pelantun lagu ‘7 Uroe 7 Malam’ tersebut.
Berbanding terbalik dengan kondisi perkembangan musik saat ini yang dominan menjiplak musik orang lain dengan mengganti liriknya saja. Syah Loetan prihatin dan kecewa dengan hal tersebut. Menurutnya, musisi Aceh saat ini sudah kehilangan jati diri dalam bermusik sebab materi yang dibuat berbentuk komersil bukan sebuah karya sejati.
Syah Loetan saat ini sedang mempersiapkan sebuah album baru. [AMB] LintasAbas.com.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top