Lamurionline.com--Kota Langsa Siang itu matahari terik sekali dengan baju lusuh, celana panjang semata kaki dan perut yang keroncongan ia duduk di tepi trotoar jalan sambil sesekali matanya terlihat mencari adakah pemarkir yang memarkirkan sepeda motornya di lapak parkiran miliknya. Tanpa keluh kesah bocah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Gampong Meutia Langsa ini bekerja sebagai tukang parkir sepulang sekolah hingga adzan maghrib berkumandang.


Biasanya ia dipanggil Fikar oleh teman-temannya, anak yang kini berusia 10 tahun itu sudah mencari nafkah sejak duduk dikelas 3 Madrasah. Setiap hari selepas bersekolah, fikar membantu ibu dan ayahnya menjadi tukang parkir di kawasan jalan Rel Kota Langsa.

Fikar  harus berjalan sejauh dua kilometer untuk sampai ketempat parkiran yang terletak dijalan rel kereta api Kota Langsa bersama ibunya. Di usianya yang masih tergolong anak-anak, fikar mampu membantu ibu dan ayahnya memarkirkan sepeda motor disepanjang rel.

Walaupun demikian ia tetap bersyukur dan berharap esok hari akan mendapatkan rezeki yang lebih baik lagi.Selama  beberapa tahun terakhir fikar menjadi tukang parkir membantu ibunya yang sudah renta, resiko tidak pernah lepas dari pekerjaannya. fikar pernah terjatuh atau bahkan terkena knalpot panas yang baru saja diparkirkan oleh pemarkir lainnya.

“Ya gak apa-apa bu, paling cuma diusap-usap aja nanti kan kering sendiri,” ungkap fikar. Dengan postur tubuhnya yang kecil untuk ukuran anak kelas 5 SD, Fikar beberapa kali terjatuh saat mengejar pemarkir yang bergegas pergi yang tak ingin bayar. Rasa sakit ataupun lelah yang ia dapatkan terbayar ketika berhasil membantu pekerjaan ibu serta ayahnya yang sudah renta.

Fikar adalah anak ke 7 dari 7 bersaudara. Ditengah kesulitan ekonomi keluarga, Fikar membantu mencari nafkah semampunya. Pendapatan ayah yang bekerja sebagai tukang parkir bersama sang ibu tidak pernah mencukupi biaya kehidupan sehari-hari keluarga mereka. Malah salah satu kakaknya dititipkan dipanti asuhan dan salah satu kakak Fikar yang lain juga sedang sakit kakinya patah terserempet kendaraan saat menyeberang jalan.

Fikar tidak pernah merasa iri hati ketika melihat teman-temannya bermain sepulang sekolah. Seringkali ia hanya bisa menelan ludah dan mengusap dada ketika melihat teman-temannya membeli jajanan tetapi ia tidak bisa. Ia harus bekerja dan mencari uang.
Walaupun tidak banyak seluruh uang hasil menjadi tukang parkir ia serahkan kepada ibunya. “Uangnya saya kasih mamak buat tambahan beli lauk makan sehari-hari dan buat bantu biaya sekolah saya sama saudara saya yang lain jugan buk,” ujar Fikar dengan lapang dada. Ketika adzan maghrib berkumandang Fikar pun menyelesaikan pekerjaannya.

Walaupun keluarganya mengalami kesulitan ekonomi, Fikar tidak pernah berpikir untuk meninggalkan sekolahnya. Setelah lelah dan letih bekerja, Fikar tetap menjalankan kewajibannya sebagai pelajar. Ia tetap menyempatkan diri untuk belajar dengan giat pada malam harinya. Berharap dengan giat belajar, ia akan mendapat kehidupan keluarganya yang jauh lebih baik.

Kedua orangtua dan saudaranya menjadi motivasi utama bagi Fikar untuk terus giat belajar dan mencari nafkah disaat bersamaan. Ia tidak ingin putus sekolah seperti abangnya. Ia juga berharap dapat terus melanjutkan pendidikannya sampai kejenjang perkuliahan. Semangat inilah yang membuat Fikar tetap ceria menjalankan kehidupan sehari-harinya sebagai tukang parkir cilik.

Nasib Fikar hanya segelintir potret kehidupan anak-anak “perkasa” Indonesia yang mencari nafkah demi membantu keperluan ekonomi keluarganya. Cara berpikir mereka yang jauh lebih dewasa dibandingkan umur mereka menjadi pembelajaran bagi kita semua. Keinginan mereka untuk bermain selayaknya anak-anak tidak berbeda dengan yang lain, hanya nasib yang belum mengizinkan. Semoga fikar dapat menggapai cita-citanya.

Bersyukurlah karena kita tak memiliki semua yang kita inginkan karena jika iya, apalagi yang hendak kita cari? Bersyukurlah saat kita tak mengetahui sesuatu, karena itu memberi kita kesempatan untuk belajar. Bersyukurlah atas masa-masa sulit yang kita hadapi, karena selama itulah kita akan tumbuh dewasa. Bersyukurlah atas kesalahan-kesalahan yang kita perbuat, karena itu memberi motivasi untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Saudaraku, mensyukuri nikmat Allah berarti kita memanfaatkan segala anugerah Allah syukuri kenikmatan yang sudah diberikan, jangan hanya berkeluh kesah tentang penderitaan yang baru datang. Sebab kurangnya bersyukur merupakan cacat yang harus dibersihkan karena bisa jadi cobaan datang kepada kita karena kurangnya kita bersyukur kepada Allah. Karena orang yang paling bahagia ialah orang yang pandai bersyukur. Fikar kisahmu menjadi inspirasi bagi kita semua! [yyy] Erlisa]  
SHARE :
 
Top