Oleh: Zarkasyi Yusuf **

Kata bijak mengajarkan dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni membuat hidup menjadi indah, seni berperan penting dalam memperindah sesuatu dalam kehidupan ini, hidup ini akan terasa hambar tanpa seni. seni berkomunikasi adalah fokus dalam tulisan singkat ini. Mengapa kita membutuhkan seni berkomunikasi? Dalam hidup ini kita sering mendengar yang namanya informasi, ada beberapa hal yang termasuk dalam katagori sebuah informasi diantaranya fakta, berita, gosip dan fitnah. Setiap informasi pasti memunculkan dua kutub yaitu positif dan negatif serta akan memberikan dampak dalam kehidupan ini. Dalam konteks ini, dibutuhkan kelihaian kita dalam mengelola setiap informasi sehingga berbuah kebaikan yang bernilai amal saleh.

Komunikasi pada intinya adalah sebuah hubungan sosial, hubungan tersebut dipengaruhi oleh sistem komunikasi yang akan mempererat, mempersatukan serta mengurangi dan melenyapkan perselisihan dan sengketan apabila muncul, atau malah terjadi sebaliknya. Rasulullah mengingatkan bahwa keselamatan hidup manusia bermula dari keselamatan lidah. Untuk itu, belajar berkomunikasi sangatlah penting dalam kehidupan ini, sehingga fungsi dari komunikasi sebagai infomasi, sosialisasi, motivasi, diskusi, pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan, dan integrasi akan benar-benar terwujud, sehingga kelanggengan dalam sebuah hubungan akan selalu terjaga.

Komunikasi dalam hidup ini begitu penting dalam mempertahankan dan mengokohkan silaturrahmi, apalagi dengan fungsi manusia sebagai makhluk yang membutuhkan dan dibutuhkan oleh orang lain. Seni berkomunikasi dalam hidup menjadi penentu kualitas seseorang dalam pergaulan, apakah pergaulan akan selalu damai atau selalu diselubungi oleh benih-benih konflik yang sewaktu-waktu bisa meledak memunculkan api yang membakar semangat persaudaraan, silaturrahmi dan hubungan saling ketergantungan.

Islam menawarkan konsep-konsep berkomunikasi agar kehidupan ini tetap langgeng dengan semangat ukhuwah, semangat yang mempersatukan seluruh ummat tanpa membedakan ras dan warna kulit, tanpa memandang latarbelakang dari mana dia datang. Ada beberapa hal yang sejatinya terus hidup dan berkembang dalam masyarakat, sehingga komunikasi akan tetap berjalan pada jalurnya, sehingga kebenaran akan terus hidup dan kebathilan akan sirna.

Diantara hal tersebut adalah, pertama selalu mengatakan kebenaran walau itu pahit. Dalam sebuah hadist Rasulullah berpesan katakanlah kebenaran sekalipun itu pahit (HR. Imam Baihaqi). Berkata dan bertindak benar adalah cermin pribadi bersih dan taqwa, sebab benar dalam kata dan perbuatan adalah pekerjaan sulit, pekerjaan yang banyak diterpa cobaan dan ujian. Meski demikian, kehidupan ini akan berjalan sesuai dengan aturan syariat jika manusia benar dalam kata dan perbuatan.

Sebuah cerita menarik yang terjadi pada Abdullah bin Kaab bin Malik, pada saat perang Tabuk Abdullah bin Kaab bin Malik tidak hadir ke pertempuran, sedangkan beliau tidak memiliki uzur (halangan) untuk menghadiri perang. Setelah perang selesai, Rasulullah kembali ke Kota Madinah dan Abdullah bin Kaab bin Malik menghadap Rasulullah untuk menyampaikan alasan mengapa ia tidak turut hadir ke pertempuran perang Tabuk. Di depan Rasulullah beliau berkata Demi Allah, sesungguhnya tidak ada uzur yang membuat saya tidak ikut serta berperang. Demi Allah, saya tidak berdaya sama sekali kala itu meskipun saya mempunyai peluang yang sangat longgar untuk ikut berjuang bersama kaum Muslimin. Mendengar pernyataan tersebut Rasulullah berkata Orang ini telah berkata jujur dan benar, oleh karena itu berdirilah hingga Allah memberimu keputusan. Hukuman yang dijalankan oleh Abdullah bin Kaab bin Malik adalah diisolir dari pergaulan umum selama 50 hari lamanya, saat saat tersebut sungguh berat dirasakan oleh Abdullah bin Kaab bin Malik, tetapi ia mampu melaluinya dengan baik.

Kisah ini mengajarkan (lesson learn) bahwa kejujuran dan kebenaran tentu memiliki konsekuensi, namun konsekuensi tersebut akan berhasil dijalankan oleh orang-orang yang taqwa. Berkata benar dan jujur adalah pekerjaan berat, banyak halang rintang yang menghadang di depan. Dalam buku Tabir Hidayah (10 Penghalang Untuk Mengikuti Kebenaran) yang ditulis oleh Fariq Gasim Anuz disebutkan bahwa ada 10 faktor penghalang seseorang mengikuti kebenaran, yaitu kurangnya ilmu dan lemahnya pemahaman tentang kebenaran, hati yang kotor akibat maksiat, sombong dan dengki, lebih mencintai kehormatan dari pada kebenaran, syahwat dan harta, cinta kepada keluarga dan karib kerabat melebihi cintanya kepada kebenaran, lebih mencintai negara dan tanah air dari pada mencintai kebenaran, mencintai nenek moyang melebihi cintanya kepada kebenaran, adanya permusuhan antara seseorang dengan yang lain, kemudian musuhnya mengikuti kebenaran, yang terakhir adalah adat istiadat.

Mencermati fenomena sekarang, orang tidak lagi memperjuangkan kebenaran karena takut hilang jabatan, takut hilang penghasilan apalagi berhadapan dengan orang kuat (penguasa). Sejatinya, keberanian membela yang benar adalah keharusan dan pertolongan Allah pasti akan datang bagi para pembela kebenaran. Jika kebenaran dan kejujuran dalam hidup ini telah sirna, maka hidup laksana jasad yang telah kehilangan ruh. 
Kedua, menjaga lisan dari menyakiti. Lidah memang tidak bertulang, tetapi dampaknya sangat luar biasa. Pepatah mengibaratkan bahwa lidah itu bagaikan harimau, dan keselamatan manusia pun tergantung dari kemampuannya menjaga lidah. Dalam sebuah hadist Rasulullah menyatakan bahwa seorang Muslim adalah yang tidak menyakiti saudaranya yang lain baik dengan lidahnya maupun dengan tangannya. Jika hati telah tersakiti oleh lisan, maka jurang perpisahan dan kesatuan akan menganga lebar yang berujung hancurnya persaudaraan.

Ketiga selalu bijak dalam menyikapi informasi. Informasi akan selalu memuat dua muatan yang berbeda, positif dan negatif, muatan ini akan memberikan pengaruh berarti kepada seseorang dalam memaknai sebuah informasi yang diperoleh dan disampaikan kepada orang lain, satu sisi akan menjadi mashalat sisi lain akan mendatangkan mudharat. Mari melakukan tabayyun untuk menjaga lisan agar tidak tersalah dalam menyampaikan informasi. Salah satu golongan yang dirindukan surga adalah mereka yang menjaga lisannya. Semoga Allah pelihara lisan kita.

Islam memerintahkan kita untuk melakukan kofirmasi (tabayyun) terhadap sebuah informasi, sehingga kita tidak terjebak dalam posisi ghibah (mengupat) dan fitnah. Salah satu sifat mukmin sejati adalah berkata baik atau diam. Untuk itu, sebuah informasi yang kita dengar dan sampaikan kembali sejatinya mencerminkan bahwa kita adalah pribadi mukmi yang taqwa, berkata benar atau lebih baik diam.

Komunikasi yang kita bangun dalam kehidupan ini menjadi perekat ukhuwah islam, hubungan dan komunikasi yang baik akan melahirkan kelanggengan dalam ukhuwah, hilangnya segala bentuk ghibah dan fitnah serta meredam api permusuhan yang berdampak pada perpecahan. Jadilah manusia bijak dengan terus belajar seni berkomunikasi dalam hidup, sehingga setiap kata yang keluar dari mulut kita akan bernilai mutiara, selalu ada kesejukan dan mampu memadamkan panasnya bara api permusuhan dan perpecahan.

** Penulis adalah Staf Pada Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. (Majalah Santunan Edisi 4 Tahun 2016)
 
SHARE :
 
Top