Sudah hampir sebulan kita menjalani ibadah puasa Ramadhan, ditambah lagi dengan ibadah ibadah sunnah yang lain. Siangnya berpuasa, malamnya qiyamullail, shalat tarawih ditambah dengan i’tikaf, tadarus, berzikir, bersedekah dan sebagainya. Allah SWT memberikan banyak bonus pahala yang berlipat ganda untuk ibadah di bulan yang agung ini. Kita berharap semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita, karena jika tidak diterima maka sungguh kita menjadi orang yang muflis (rugi). 

Terbayang gak ya, besok pagi kita mau panen padi seluas beberapa hektar, padinya sudah menguning, bagus dan merata. Begitu kita datang membawa perlengkapan alat untuk memanen, ternyata padi yang kemarin kita lihat cukup bagus, sekarang habis dimakan hama wereng. Bagaimana perasaan kita ? Tentu sangat menyedihkan kan ? Pasti labih sedih lagi ketika datang menghadap Allah dengan membawa banyak amalan terbaik, ternyata amalan kita hilang tertransfer kepada orang lain tanpa ada sisa yang tertinggal dan tidak ada lagi kesempatan untuk beramal kembali. Begitulah orang yang bangkrut. 
Rasulullah SAW bersabda, 

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?” Para sahabat menjawab,”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.” Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka”.

Rasulullah SAW bertanya kepada para shahabat, siapakah orang yang bangkrut, orang yang sial, yang tidak beruntung, orang yang merugi ? Kita mendengarnya saja sudah ngeri. Apalagi mengalaminya. Para shahabat menjawab, orang yang bangkrut adalah orang tidak punya uang dan tidak punya harta. Apalagi hampir lebaran begini, orang yang tidak punya uang hidupnya benar benar sulit. Begitu juga kemungkinan pendapat kebanyakan kita. 

Ternyata jawaban Rasulullah, orang yang bangkrut (pailit) bukanlah orang yang tidak mempunyai harta, akan tetapi orang yang bangkrut adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa segudang pahala shalat, puasa, zakat, sedekah dan sebagainya. Di satu sisi dia datang menghadap Allah dengan membawa banyak pahala, namun di sisi lain dia datang kepada Allah membawa segudang kesalahan (dosa). Karena ketika di dunia suka mencaci maki orang lain, mencela, menfitnah serta menuduh, makan harta orang lain tanpa hak, dan menzhalimi bahkan sampai membunuh dan menumpahkan darah. 

Kalau ini yg terjadi, nanti saat dia membawa pahala kepada Allah, maka datang orang yang pernah dizhaliminya ketika di dunia, meminta pertanggung jawaban terhadap perbuatannya. Maka pahala puasanya diberikan kepada orang tersebut. Datang orang lain lagi mengadu bahwa dia pernah mengambil haknya, maka pahala zakat dan sedekahnya diberikan kepada orang tersebut. Kemudian datang yang lain lagi dan ternyata banyak orang yang dizhaliminya, sehingga habis semua pahala yang dimilikinya diberikan kepada mereka. Rupanya pahalanya tidak cukup untuk membayar dosa kezhalimannya, maka dosa dosa mereka dibebankan kepadanya, akhirnya dia dilemparkan ke dalam neraka, karena tidak lagi memiliki pahala sedikitpun. 

Kadang kita melihat banyak orang rajin beribadah, baik wajib maupun sunnah, setiap malam shalat tahajjud, mengikuti zikir kemana mana, namun dia menyakiti hati tetangganya, kata Rasulullah tempatnya di neraka. Rajin mengikuti pengajian di majlis majlis ta’lim, namun menggunjing temannya di belakang, secara diam diam menfitnah saudaranya. Rajin shalat berjamaah namun suka mencuri sandal bahkan sampai ke tingkat korupsi. Dia banyak bersedekah namun membunuh orang. Maka pahala ibadahnya akan terkikis perlahan lahan bersamaan dengan aksi keburukannya tersebut. Pahalanya otomatis tertransfer kepada orang yang dizhalimi. Tanpa disadari pahalanya sudah habis tidak ada saldo yang tersisa karena sudah ditransfer kepada orang tersebut.  Ini betul betul bangkrut, sial dan rugi, sudah pahalanya diambil, dosa mereka diberikan pula kepadanya. Sudah jatuh tertimpa tangga. 

Betapa banyak juga orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan apa apa keculi hanya lapar dan dahaga saja. Sebagaiman sabda Rasulullah SAW, 

كم من صائم ليس له من صومه إلا الجوع والعطش".
“Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga." (HR. An Nasa’i dan Ibnu Majjah)

Betapa ruginya orang yang sudah hampir sebulan melakukan amal ibadah Ramadhan dengan mengharap pahala yang berlipat ganda, namun pahalanya hilang begitu saja dengan pengurangan secara perlahan lahan, diambil pahala terbaiknya diberikan kepada orang (korban) yang pernah dizaliminya. 

Memasuki akhir akhir Ramadhan, saatnya kita introspeksi diri, sepanjang Ramadhan kita dilatih, digembleng dengan menahan lapar dan dahaga, serta segala hal yang dapat menghilangkan pahala puasa, agar pada akhirnya ada hasil yang didapat. Untuk bisa memperoleh kemenangan. 

Mari kita introspeksi diri secara lebih mendalam, bagaimana hubungan kita dengan Allah selama Ramadhan. Barangkali hubungan dengan Allah cukup bagus namun dengan manusia ( tetangga, saudara, teman) tidak pernah baik. Perbaiki juga hubungan kita dengan manusia agar ada keseimbangan antara hablum minallah dan hablum minannas, jika kita tidak mau jadi orang yang bangkrut di akhir Ramadhan.
SHARE :
 
Top