Sudah menjadi tradisi muslim Indonesia, mudik setiap menjelang hari raya. Mudik ke kampung halaman, karena sangat rindu kepada orang tua, keluarga dan sanak saudara. Setiap orang yang hendak mudik pasti mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibawa pulang, baik sebagai bekal di perjalanan, maupun untuk bekal selama berada di kampung  halaman. Fasilitas perjalanpun sangat tergantung pada tingkat ekonomi yang dimiliki, apakah dengan menggunakan kenderaan cepat seperti pesawat terbang, kereta api, kapal laut, mobil atau hanya dengan menggunakan motor tua.

 Mudik tahun ini agak berat, khususnya biaya transportasi yang sangat tinggi, harga tiket pesawat yang tidak terjangkau, naik bus tidak sanggup untuk perjalanan jauh, naik mobil pribadi capek nyetir, mau naik motor apalagi. Di samping itu juga membutuhkan biaya yang banyak untuk bekal di perjalanan dan oleh oleh untuk dibawa pulang ke kampung. 

Setiap orang yang sangat lama tinggal di perantauan pasti merindukan kampung halaman, apalagi kampung asal. Kita pasti sangat rindu ingin mudik ke kampung asal dan tidak ingin kembali lagi ke perantauan. Karena kampung asal memang paling nikmat. Kampung asal kita adalah kampung asal nenek moyang kita, dimana mereka dulu tinggal yaitu surga. Sudah pasti kita semua ingin kembali kesana. 

Melihat fenomena mudik yang terjadi saat ini begitu sulit, membutuhkan biaya yang banyak dan bekal yang cukup, situasi di perjalanan sangat melelahkan dikarenakan jalannya macet, alat transportasi terbatas harus dibooking jauh jauh hari. Untuk itu bekal yang cukup pun harus dipersiapkan jauh jauh hari karena perjalan jauh dan membutuhkan waktu yang lama. Ini hanya fenomena mudik di dunia, maka bagaimana suasana ketika kita mudik besar, mudik yang sesungguhnya, mudik untuk selama lamanya, dan tidak akan pernah kembali ke tempat tinggal kita yang sekarang kita tempati. Sudahkah kita menyiapkan bekal yang cukup. 

Untuk mudik ke kampung halaman di dunia yang sementara saja butuh bekal yang cukup banyak. Apalagi untuk mudik ke kampung asal di akhirat yang kekal baqa. Pasti membutuhkan bekal yang benar benar cukup. Karena tidak mungkin kembali ke dunia untuk mengambil atau berusaha kembali untuk menutupi kekurangan bekal yang dibawa. Untuk itu sebelum waktu mudik itu tiba, wajib memperhatikan apa saja kebutuhan yang harus dibawa. Tidak boleh ada yang kekurangan apalagi ketinggalan. Sudah pasti kehadiran kita tidak akan diterima. Maka perhatikanlah sebaik baiknya, sebagaimana firman Allah SWT: 

‎يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ ١٨

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.59:18)

‎ ۗ وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰاب١٩٧

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (Q.S.2:197)

Hidup di dunia adalah mazra’ah, tempat bercocok tanam, ladangnya sangat luas untuk mencari bekal yang akan dibawa pada saat mudik besar nanti. Modal utamanya adalah taqwa. Karena berulang ulang Allah menyuruh kita bertaqwa. Allah telah memberikan berbagai fasilitas kepada kita. Pergunakan baik baik fasilitas tersebut dan perluaslah lapangan dan jaringan usaha, serta kelolalah sebaik mungkin agar mendapatkan hasil yang berlipat ganda. Allah SWT berfirman, 

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ 

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”.(QS.Al-Qashash: 77). 

Cukup banyak anugerah Allah kepada kita untuk kehidupan dunia ini, yang semua ini bisa kita gunakan untuk menjadi fasilitas dan bekal mudik ke kampung akhirat. Pastikan perjalanan mudik kita aman, tidak macet di jembatan penyebrangan “sakratul maut”, dan semoga tidak menghabiskan biaya besar pada penyeberangan tersebut. Pilihlah jalan yang baik dan lurus, sertakan bekal yang cukup, karena perjalanan panjang selama di “alam barzah” sangat membutuhkan bekal amalan yang banyak dan berkualitas. Kenali dan taati seluruh rambu dan aturan yang telah ditentukan oleh pengatur jalan (Allah SWT). Jangan coba coba menyalahi aturan tersebut, jika ingin selamat sampai ke tujuan. 

Al-Quran dan As-Sunnah adalah sebaik baik rambu, peta atau GPS (petunjuk jalan) yang paling jelas, nampak mana jalan yang lurus dan mana jalan yang berliku, mana jalan tol dan mana jalan yang macet, maka patuhilah. Pakailah sabuk pengaman agar aman bila terhempas, dan sebaik-baik ‘sabuk pengaman’ adalah iman. Berhati -hatilah di jalan  kehidupan. Jangan lupa lihat kiri dan kanan, karena kita khawatir ada orang yang sedang ugal ugalan di jalan, sehingga sengaja atau tidak dia menyenggol kita, yang membuat kita jatuh terjerembab ke lembah dosa. Perhatikan baik baik mana jalan yang dibolehkan masuk dan mana jalan yang dilarang masuk, jangan coba coba melawan arah nanti bisa terjadi kecelakaan, sehingga menghempaskan kita ke jurang neraka jahannam. Selamat bagi yang mudik, hati hati di jalan. Sampai jumpa, semoga kita bertemu di kampung halaman nanti, kampung asal kita, warisan nenek moyang kita, yaitu surga jannatun na’im.
SHARE :
 
Top