Oleh Sri Suyanta Harsa


Muhasabah 12 Jumadil Awal 1441 
Tema muhasabah hari ini  merupakan bagian dari prinsip yang ada dalam kehidupan manusia, terutama terkait urusan duniawiyah. Di antara prinsip yang efektif diyakini dalam hal ini adalah bahwa berlaku seperlunya (baca sedehana) saja sehingga aman dan nyaman. Sederhana itu tidak berada pada ekstremitas. Misalnya dalam hal makan, berdandan dan berpakaian benar-benar harus sederhana atau seperlunya saja.

Dalam hal makan, coba perhatikan keseharian kita, baik sebagai anggota dalam keluarga maupun sebagai makhluk sosial bagian dari masyarakat. Berbagai agenda tidaklah lengkap bila tidak disertai dengan acara makan-makan, apalagi pesta, kenduri, rapat, atau pertemuan-pertemuan lainnya. Dan biasanya dalam acara-acara seperti kenduri (walimatul 'ursy, khitanan, aqiqahan, walimatul safar) tuan rumah menyediakan menu makanan yang relatif melimpah, dan enak-enak. Dengan denikian secara eksternal mengkodisikan dan menyediakan kesempatan "makan banyak", apalagi bersinergi dengan faktor internal yakni "suka makan". 

Meskipun tubuh sebenarnya sudah menolaknya, tetapi karena masih enak di mulut, maka ya akhirnya makan dan makan, kalaupun istirahat ya untuk makan lagi. Apalagi dalam sehari bisa jadi memperoleh undangan kenduri lebih dari satu, misalnya pas hari Sabtu atau Ahad pada bulan-bulan favorit. Padahal daya tampung tubuh ada batasnya; yang mengendap di perut saja belum diproses,  karena sering dapat undangan kenduri maka akan ditambah makan lagi. Mungkin inilah yang kemudian menjadikan seseorang itu tumbuhnya bukan ke atas tetapi ke samping kiri kanan bahkan ke depan alias obesitas.

Sekiranya kebutuhan mengonsumsi makan seperlunya saja yakni sesuai kebutuhan tubuh saja, makan dan minumlah kamu tapi jangan berkebihan, niscaya pertumbungan fisik dan perkembangan phikhisnya akan seimbang. Imam Ghazali, menasihati bahwa sederhana terhadap makanan dan minunan merupakan asas bagi kesehatan yang baik. Dengan demikian mafhum mukhalafahnya, ekstremitas dalam hal makan berarti mengundang masalah kesehatan. Apalagi bila kita cermati di antara penyakit dan masalah kesehatan lainnya yang dialami oleh banyak orang adalah disebabkan oleh makanan dan minuman. Bisa saja karena salah memilih makanan atau minuman yang dikonsumsi, bisa karena pola makannya yang salah, bisa karena berlaku boros makan minum alias israf atau berlebihan.

Mulut memang hanya satu berbeda dengan mata, lubang hidung, telinga, tangan, dan kaki ada yang kiri dan kanan sehingga sepasang.Tapi justru yang satu ini kerjanya bisa melebihi yang sepasangan, makanya mulut sering banyak ngomong dan ngunyah makanan. Karena banyak mengunyah makanan maka perut menjadi laksana lautan, semua jenis makanan dan minuman bisa masuk dan dimasukkan, bisa larut dan dilarutkan di dalamnya. Di sinilah kemudian sering kita dengar bahwa mulut adalah organ tubuh yang paling kotor (makanya bila bersin harus ditutup agar aroma buruknya tidak menyebar), dan lumbung penyakitnya ada di perut.

Demikian juga dalam hal berdandan dan berpakaian. Allah juga sudah berpesan dalam firmanNya yang artinya Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (Qs. Al-A'raf 31)

Indah dan cantik atau tampannya seseorang tidaklah bergantung pada dandanan dan pakaian yang mencolok karena harga mahalnya sehingga membedakannya dengan lainnya, tetapi pada kesederhanaan sikap dan akhlakul karimahnya.

Islam menuntun dan menuntut umatnya agar makan, berdandan dan berpakaian seperlunya saja. Ketika prinsip sederhana ini dapat dikukuhkan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita layak mensyukurinya.

Pertama, mensyukuri dalam hati, dengan meyakini sepenuhnya bahwa berlaku seperlunya (baca ederhana) dalam maksn, berdandan dan berpakaian nerupakan akhlakul karimah yang justru  berwibawa ketimbang bersikap berlebihan karensnya. Kedua, mensyukurinya  dengan memperbanyak ucapan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Semoga Allah memelihara kita dari sikap rakus dan boros terhadap dalam makan, berdandan dan berpakaian. Ketiga, mensyukuri dengan tindakan konkret. 

Mengonsomsi makanan atau minuman yang halalan thayiban, halal cara memperolehnya, halal jenis makanan dan halal memprosesnya menjadi makanan minunan siap saji merupakan hal-hal yang harus ditaati. Di samping itu hanya mengonsumsi makanan dan minuman memiliki kandungan gizi, kemanfaatannya bagi tubuh dan kemaslahatan perilakunya bagi yang mengonsumsinya. Dan yang paling penting adalah tidak boros, tidak berlebih-lebihan (israf) saat mengonsumsi. Demikian juga halnya dalam berdandan dan berpakaian. 

Sehubungan dengan tema muhasabah hari ini, maka zikir pengkodisian hati penyejuk kalbu guna menjemput hidayahNya adalah membasahi lisan dengan lafal ya Allah ya Hakim . Ya Allah, zat yang maha bijaksana, tunjukilah kami ke jalan keridhaanMu ya Rabb. Aamiin.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top