Oleh Sri Suyanta Harsa


sumber ilustrasi: okezobe lifestyle
Muhasabah 20 Rajab 1441 
Saudaraku, dalam berislam, pola hidup bersih baik lahir maupun bathin bukan saja tuntutan idealitas normatif tetapi realitas mensejarah yang harus terus diperjuangkan dalam setiap pentas kehidupan. Dengan pola hidup bersih, menjadi prasyarat hidup yang benar-benar islami, sehingga lebih sehat membahagia. 

Mewabahnya virus, katakanlah virus corona seperti yang mengemuka akhir-akhir ini atau suatu penyakit tidaklah berdiri sendiri, tetapi selalu terhubung erat dengan sunnatullahNya yang terpelihara. Di antara sunnatullahNya, sesiapapun yang menjaga kebersihan (lahir dan batin), maka akan sehat (lahir dan batin). Prasa prinsip yang sangat populis berbunyi "bersih pangkal sehat. Karena sehat itu sangat penting, maka Islam mengusung doktrin kebersihan adalah bagian iman. Dalam konteks ini ada sebuah riwayat yang artinya, dari Abu Mas'ud ra, Nabi Muhamnad saw bersabda, buanglah sisa-sisa makanan di gigimu, karena perbuatan itu adalah kebersihan, dan kebersihan itu akan mengajak (menggiring) kepada iman, dan iman itu akan bersama orang yang memilikinya dalam surga. (HR. At-Thabrani)

Berdasarkan normativitas di atas secara nyata dikatakan bahwa kebersihan jalan tol menuju menguatkan iman. Dengan demikian mafhum mukhalafahnya orang yang tidak bersih dan tidak menjaga kebersihan sejatinya tidak beriman secara sempurna. Oleh karena itu secara populis dinyatakan bahwa bersih dalam Islam merupakan bagian dari iman. Artinya di antara sifat dan sikap orang beriman adalah bersih dan menjaga kebersihan. Jadi kotor dan sikap membiarkan ketidakbersihan menyebabkan tidak sempurnanya keimanan seseorang.

Dari Abu Malik Al-Asy’ariy berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Kesucian adalah syarat iman.” (HR. Muslim). Agama Islam itu adalah (agama) yang bersih/suci, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang yang suci.” (HR. Baihaqi).

Dalam tatanan umum, kita juga sering diajarkan betapa pentingnya kebersihan, sehingga ada ungkapan bersih itu sehat, bersih itu indah, bersih itu selamat, menjaga kebersihan itu ibadah dan ungkapan-ungkapan senada lainnya. Jadi sarana terciptanya kesehatan, keindahan, kenyamanan, dan keselamatan adalah mengupayakan kebersihan.

Pola hidup bersih mestinya mewujud dalam seluruh aspek kehidupan. Secara fisik, kebersihan meliputi kebersihan badan yaitu kebersihan seluruh panca indera terutama mulut, kebersihan badan sehingga tidak menimbulkan bau tidak sedap, kebersihan pakaian baik pakaian dalaman maupun luar, kebersihan rumah kediaman seperti kebersihan ruang tamu, dapur, kamar tidur, kamar mandi juga toilet, dinding, langit-langit plafon, pintu, jendela, teras, halaman, pekarangan, selokan, jalan di seputar rumah, dan kebersihan tempat beraktivitas hari-hari seperti kantor, toko, warung, kantin, di atas kendaraan dll.

Dalam menjaga kebersihan fisik, kita mesti rajin berwudhuk, cuci tangan,  rajin mandi, sikat gigi dan atau setidaknya berkumur-kumur, agar mulut tidak bau karena sisa-sisa makanan yang terselip di antara gigi satu dengan lainnya (slilit) atau menjaga jangan sampai air liur tak bisa diatur, keluar tanpa disadarinya. Bila hal ini terjadi dapat mengganggu interaksi dengan sesama. Demikian juga tentang bau badan/pakaian karena biang keringat.

Bila saat pergi dan pulang beraktivitas dengan kendaraan pribadi, juga harus diperhatikan. Karena ia sudah "melayani dan menvasilitasi" antar jemput kita ke tempat kerja, maka juga harus dijaga kebersihannya. Setidaknya kain lap yang tersedia dipastikan jelas gunanya. Jangan sampai debu melapisi kendaraan sehingga mudah ditulisi. Di samping itu, kebersihan dan kerapian lingkungan tempat bekerja (kantor, toko dll) tentu harus dijaga, apalagi sebagai tempat melayani publik.

Saat membeli, memilih, memasak dan mengonsumsi makanan minuman, kebersihan juga menjadi sangat penting. Bukan saja bahan atau materi makanan dan minuman halalan thayiban yang harus bersih dan steril dari kuman-kuman penyakit, tetapi saat memasak juga harus sempurna. Belum cukup di sini, mestinya kita juga tidak israf, tidak berlebihan. 

Sebagai umat yang berperadaban, orang Islam tidak akan pernah mengonsumsi makanan dan minuman yang haram dan yang tidak baik, baik dari zatnya sendiri, maupun cara memperoleh dan cara memasaknya. Dalam iman Islam diyakini, apapun yang dilarang pasti membahayakan dan itu jumlahnya hanya sedikit saja, misalnya darah, bangkai, babi, anjing, binatang buas, bertaring, menjijikkan, khamar dan yang memabukkan lainnya. Seelebihnya makanan dan minuman yang tidak bisa disebutkan jumlah dan ragamnya merupakan karunia Allah yang halal thayiban dan aman dikonsumsi selama tidak israf.

Ketika berhasil menciptakan kebersihan dan memeliharanya seperti kebersihan/kerapian alam surga yang pernah disinggahi oleh Adam Hawa (baca manusia), maka lingkungan akan heigenis terasa sehat menyehatkan, indah dan enak mata memandang. Lihatlah gambaran surga yang diilustrasikan dalam al-Qur'an dimana lingkungannya bersih, rapi, dan heigenis. Panorama dan pemandangannya indah dan mengundang decak kagum hamba-hambaNya. Kebersihan fisik lahiriyah ini menjadi prasyarat bagi kesehatan jasmani. Jasmani kita akan tumbuh kembang dengan baik dan seimbang.

Di samping kebersihan fisik lahiriyah, Islam juga menuntun kita untuk menjaga kebersihan (baca kejernihan) akal pikiran. Hal ini sangat penting agar buah pikiran dan ide gagasannya juga lurus tidak nyleneh apalagi ngiri. Akal yang bersih adalah akal yang sehat, fasilitas yang disediakan Allah bagi manusia untuk berpikir sehingga dapat semakin mendekatkan dirinya kepadaNya. Jadi akal sehat adalah akal yang diberdayakan untuk berpikir sehingga dekat dengan Allah.

Akal pikiran yang bersih dari anasir yang kotor dan menjijikkan memungkinkan dapat berpikir dengan baik, sehingga nelahirkan ide ayau gagasan yang baik-baik. Pikiran yang kotor hanya akan dipenuhi oleh bisikan hawa nafsu dan bisikan setan, sehingga mengajak berpikir kepada yang buruk dan menjijikkan.

Akal pikiran yang bersih akan bekerja dan melahirkan ide dan gagasan yang baik dan bermanfaat bagi hidup dan kehidupan diri, keluarga dan sesamanya.

Secara bathiniyah, kebersihan meliputi kebersihan niat dalam melakukan aktivitas apapun niatnya tulus dan suci mengharap ridha Allah semata, kebersihan hati yakni hati yang tulus ikhlas, hati yang terpelihara, husnudzan, tidak menyimpan dendam, iri, dengki, apalagi sombong. Jadi hati yang sehat adalah hati yang tunduk pada Allah.

Bersih hati akan mewujud dalam perilaku sehari-hari yang juga bersih, rapi, sopan, santun, bernartabat, bermanfaat, nenda5angkan kemaslahatan bagi srluas-luasnya hidup dan kehidupan, baik diri, keluarga maupun sesama dan alam sekitarnya.

Ketika berhasil menjaga kebersihan (fisik, akal dan hati) seperti gambaran terhadap balasan bagi orang-orang yang bersih hatinya di surga dan seperti yang pernah disinggahi oleh Adam Hawa (baca manusia), maka kehidupan akan terasa bahwa segala aktivitasnya bermakna dan tidak ada yang lagha apalagi sia-sia. Lihatlah gambaran surga yang diilustrasikan dalam al-Qur'an dimana penduduknya dalam kebahagiaan dan selalu dalam kesibukan yang bermakna.

Allah berfirman yang artinya ...sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri (Qs. Al-Baqarah 222)

Dalam ranah sosial, kebersihan dimaknai sebagai  keterhindaran dari kotoran/dosa sosial atau kejahatan yang dapat dikenai sanki hukuman. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bila seseorang disebut sebagai orang bersih maka yang dimaksudkan adalah orangnya clear and clean, orang baik yang bersih dari jeratan hukum, alias tidak pernah melakukan pelanggaran hukum, sehingga hidupnya aman, selamat dan bahagia.

Secara praktis, untuk mewujudkan kebersihan, kita bisa mulai dari sekarang dari yang kecil, dari diri kita sendiri, baru memberi pengertian pada anggota keluarga kita, lalu meluas dengan mengajak sesama untuk bersama-sama. Malah dalam Islam, di samping menuntun kita agar menjaga kebersihan tetapi juga kesucian. Bersih dan suci merupakan dua hal yang berkaitan meski dapat dibedakan. Bila bersih terhindar dari kekotoran, maka suci terhindar dari hadas sehingga dapat melaksanakan ritual ibadah mahdhah.

Allah Maha Bersih menyukai kebersihan, Allah Maha Indah menyukai keindahan, Allah Maha Suci menyukai kesucian. Oleh karenanya mewujudkan kebersihan, mengukuhkan keindahan, dan memeluk kesucian agar meraih kasih sayang Allah.

Ketika hidup bersih, fisik bersih, lingkungan bersih,  hati bersih, perilaku sosial bersih sudah mewujud dalam kehidupan kita, maka sudah selayaknya kita mensyukuri nikmatNya dengan hati, lisan dan perbuatan nyata. Pertama, mensyukuri dengan hati yakni meyakini bahwa hidup bersih itu adalah hidupnya orang-orang yang bermartabat hebat dan terhorma. Kedua, mensyukuri dengan lisan yakni memperbanyak melafalkan alhamdulillahi rabbil'alamin. Semoga Allah menganugrahi kemampuan krpada kita untuk selalu dalam hidup bersih. Ketiga, mensyukuri dengan tindakan nyata, yakni mengukuhkan kebersihan dalam hidup dan kehidupan kita. Dimulai dari bersih diri, bersih pakaian, jernih akal pikiran, dan bening hati. Dari diri sendiri kemudian meluas ke istri atau suami, anak-anak, saudara-saudara dan seterusnya.

Adapun dzikir kondisoning agar hati diliputi rasa ridha sehingga senantiasa dapat bersyukur kepada Allah ta'ala adalah membasahi lisan dengan ya Allah ya Quddus, ya Allah ya Allah Haafidz. Ya Allah yang maha suci maha memelihara, tunjukilah kami hamba-hambaMu ini agar dapat mengukuhkan pola hidup bersih, bersih lahir dan bersih hati kami. Aamiin ya Rabb
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top