Kemajuan teknologi informasi dan dunia maya, secara tidak langsung melahirkan positif dan negatif, salah satunya vandalisme siber (kekerasan siber).

lamurionline.com -- ERA globalisasi dunia memicu banyak perubahan dalam kehidupan pascal modernisasi. Perubahan gaya hidup yang berorientasi pada teknologi dan kemajuan informasi telah berdampak dan menjadi tantangan bagi nilai-nilai, budaya, pemikiran dan gaya hidup yang disatukan oleh adat istiadat, etika ketimuran dan agama.

Dunia berubah begitu cepat sebagai akibat dari ledakan teknologi informasi. Setiap hari berbagai penemuan baru dihasilkan dari inovasi teknologi. Teknologi dan informasi telah berhasil menghilangkan batas-batas suatu negara.

Teknologi informasi, bahkan,  berhasil mengubah bentuk pemikiran, ideologi, budaya dan berbagai elemen eksternal untuk memasuki ruang negara lain tanpa batasan dan kendali, sebagaimana pernah diramal John Naisbitt tahun 1990.

Kemajuan teknologi informasi dan dunia maya, secara tidak langsung melahirkan positif dan negatif, salah satunya vandalisme siber (kekerasan siber). Vandalisme sering dikaitkan dengan tindakan merusak properti publik atau bentuk aksi kejahatan yang merugikan orang.

Dengan munculnya perkembangan teknologi dan keterbukaan di internet, muncul pula ‘cyber vandalism’. Cyber ​​vandalism dan perundungan online adalah kejahatan digital menghadirkan tantangan sangat serius bagi komunikasi online.

Ada beberapa tahapan kejahatan siber dan perundungan online, mulai dari intrusi kecil hingga level kritis, seperti merusak sistem bisnis dan perangkat keras komputer serta meretas informasi di situs web dan media sosial.

Tidak dipungkiri, saat ini bertebaran pengguna dunia maya yang terjebak dalam vandalisme untuk menarik perhatian dan mendapatkan pengaruh. Termasuk kebiasaan menyebarkan berita negatif dan serangan rasial yang seolah menjadi tren saat ini.

Banyak orang suka mengubah fakta, untuk membuat lelucon,  menfitnah, mengalihkan perhatian, bahkan secara sengaja melakukan perundungan dengan mempermalukan orang lain. Salah satu yang marak adalah serangan ras atau etnis, baik China atau Arab.

Di bawah ini tantangan di dunia siber yang bisa melahirkan perilaku kejahatan alias vandalisme siber.

Validitas informasi

Tidak semua orang paham dan sabar menggali infomasi. Yang banyak, orang lebih suka menikmati, tanpa menelusuri lebih jauh.

Padahal, berdasarkan dalil ayat Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS: AL-Hujurat: 6)

Informasi yang akurat dan benar penting untuk memastikan bahwa tidak ada distorsi dan kepalsuan fakta. Apalagi dalam soal ilmu agama.

Para penjahat informasi dan pelaku vandalisme siber, biasanya selalu mencari cara untuk menyimpang dan melakukan kebohongan untuk tujuan menyesatkan orang lain. Karena itu, tidak seharusnya semua informasi kita terima, apalagi jika cuma di medsos, whatsApp, atau Facebook.

Para penikmat informasi sejati, perlu sedikit berpayah-payah, misalnya merujuk ke sumber aslinya untuk memverifikasi informasi dan menghindari kebingungan. Efek terburu-buru dari praktik ini adalah banyak pencari informasi dengan mudah mempercayai materi yang diperoleh dari internet, walah hoaks.

Referensi informasi ke internet saja tanpa verifikasi akan menimbulkan masalah tentang kebenaran faktual informasi tersebut.

Penjelajahan Web Negatif

Ketertarikan dan kesukaan mengunjungi situs-situs yang tidak bermoral dan tidak menguntungkan berdampak negatif terhadap perkembangan jiwa dan raga manusia. Kecanduan situs web negatif memicu kerusakan martabat, nilai-nilai kepribadian, hasutan untuk kejahatan seksual, masalah hukum, hubungan interpersonal bahkan pemborosan uang serta waktu.

Adanya situs-situs porno yang mudah diakses oleh siapa saja termasuk anak sekolah, remaja dan dewasa berdampak negatif terhadap perubahan nilai dan gaya hidup mereka. Tugas pemerintah adalah melakukan pencegahan vandalisme siber dan larangan.

Termasuk pemblokiran, penerapan hukum. Namun itu saja tidaklah cukup.

Agar banyak generasi terselamatkan dari kekerasan siber atau vandalisme siber, para orang tua harus memperkenalkan sejak dini ke pada anak-anak kita budaya malu, dan perilaku menghindari zina.

Jika tidak dilakukan sejak dini, bagaimanapun, mereka akan menghadapi dunia informasi yang sangat terbuka, di mana orang tua tidak mampu lagi memantaunya.

Kecanduan internet negatif ini difokuskan pada kecanduan cybersex dan perjudian kompulsif. Materi yang berhubungan dengan seks tersebar di internet dengan berbagai dimensi dan ilustrasi.

Pornografi  juga ada di aplikasi, chatroom  yang mengakibatkan perubahan nilai-nilai dan gaya hidup. Pendidikan Islam jelas mencegah ummat dari melakukan aktivitas maksiat ini sejak dini. Pendidikan akhlak menurut Islam adalah pembentukan jiwa dan kepribadian umat Islam yang mampu menjaga dan menjauhi perbuatan-perbuatan buruk, termasuk browsing situs-situs porno.

Menyebarkan Fitnah dan Gosip

Fitnah dan gosip adalah bumbu paling diminati di dunia maya.  Vandalisme siber jenis ini gejala utama adalah tersebarnya fitnah dan gossip di dunia maya.

Salah satu kekacauan kehidupan berbangsa dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini adalah tersebarnya Buzzer Rp, para buzzer yang dibayar untuk tujuan politik. Mereka lebih ganas dari kanker.

Tersebarnya fitnah melalui website, sms, mms, meme –terutama pada saat musim pemilu—jelas menantang etika,  hidup bermasyarakat dan bernegara. Menurut ajaran Islam, menyebarkan fitnah adalah vandalisme siber dan kejahatan yang sangat besar.

Pencemaran nama baik mempengaruhi harkat dan martabat seseorang dan keluarganya. Firman Allah dalam Al-Qur’an yang artinya:

وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ

“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.” (QS: Al-Baqarah: 191)

Problem Remaja

Salah satu ciri generasi millennial adalah ketertarikan terhadap gadget. Teknologi internet dan alat komunikasi, mendorong mereka untuk menghabiskan waktu  berjam-jam di internet, warnet, dan memegam telepon genggam.

Program seperti chat, video game, sms, mms, 3G dan berbagai aktivitas yang melaluinya membawa efek dan tantangan tersendiri. Kegilaan para remaja ini menantang orang tua, tidak sedikit siswa yang bolos sekolah, menyalahgunakan uang jajan, suka meminjam uang teman, mencuri karena kecanduan games.

Setiap orang tua adalah pemimpin bagi anak-anaknya. Menurut ajaran Islam setiap pemimpin bertanggung jawab atas pengikutnya.

Kontrol dan perawatan yang berkelanjutan diperlukan untuk memastikan bahwa anak-anak tidak terlibat dalam masalah sosial.  Di negeri komunis China saja, pemerintah bisa tegas memberi waktu pembatasan penggunaan jam internet untuk anak, apalagi di negeri dengan penduduk mayoritas Muslim?

Aktivitas Perjudian

Salah satu penyakit yang muncul akibat era internet adalah pelacuran bahkan perjudian online. Video game berorientasi perjudian mendapatkan perhatian di kalangan orang dewasa dan remaja. Padahal kegiatan perjudian dilarang Islam.

Perubahan Gaya Hidup dan Polusi Bahasa

Pepatah Melayu mengatakan: “Si Kurik Adalah Kendi, Yang Merah Adalah Kisah, Yang Indah Itu Budi, Yang Indah Itu Bahasa”

Bagaimanapun pengaruh teknologi informasi yang menular dalam kehidupan modern saat ini jelas telah berhasil mengubah paradigma sosial budaya dan bahasa komunikasi. Penjajahan budaya hidup Barat dalam aspek pakaian, makanan, minuman, perilaku, hiburan telah mengubah identitas manusia.

Pakaian adat setiap ras dan bangsa hanyalah pakaian formal suatu acara atau hajatan. Ini bukan lagi pakaian sehari-hari yang bisa dibanggakan.

Makanan seperti kue tradisional ditukar dengan makanan impor dengan berbagai merek terkenal dunia. Salah satu hal yang menarik dalam isu ini terjadi tanpa disadari, yaitu kerusakan berbahasa.  Sebagaimana belakangan ini memunculkan aneka ragama istilah, dan bahasa anak milenial yang tidak pernah di temui di zaman sebelumnya.

Karena tidak dapat disangkal bahwa diperlukan standar etika yang komprehensif dan komprehensif di zaman sekarang ini untuk mengendalikan dan “menangani” dampak era digital dan siber.  Agar datangnya tekonologi dan informasi tetap menjadikan kita masih menjadi insan yang beradab.* (Hidcom)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top