Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Kontemplasi Sang Guru


Karamah kejadian luar biasa yang diberikan  Allah kepada para wali-Nya. Kelebihan ini  tidak diberikan kepada sembarangan manusia, hanyalah orang-orang  tertentu yang mendapatkan kelebihan dan kemuliaan istimewa ini. 

Dalam bukunya 14 Wanita Mulia Dalam Sejarah Islam, Azhari Ahmad Mahmud mengisahkan seorang wanita mulia yang hidup pada masa tabiin. Ia berada di rumah penuh berkah bersama suaminya yang seorang ahli ibadah, Shilah bin Usyaim. Dikaruniai seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia meneladani sikap kedua orang tuanya yang beradab,  taat dan berbudi luhur.

Wanita zuhud ini kebanggaan para wanita ahli ibadah. Dia adalah Mu'adzah binti Abdullah al-Adawiyah,  seorang wanita agung yang  salihah. Keluarga ini disatukan dalam ikatan ukhuwah penuh cinta dan kasih sayang karena Allah.

Menurut Azhari, wanita hebat ini tergolong seorang waliullah, ia memiliki kelebihan luar biasa yang disebut karamah.  Kelebihan ini hanya dimiliki oleh orang-orang suci yang telah teruji kesalihannya. Mereka orang-orang pilihan Allah yang telah dijamin ketaatan dan kezuhudannya.  

Diantara kelebihan wanita ini, bahwa setiap doanya dikabulkan  Allah Swt, sehingga tidak sedikit orang yang datang untuk meminta keberkahan darinya. Mereka berkunjung kepadanya dan meminta didoakan dengan hajatnya masing-masing. Mu'adzah memenuhi hajat mereka dengan cara-cara tertentu. Mendoakannya dalam kebaikan menuju jalan takwa. 

Mu'adzah seorang wanita yang menghindari diri dari kesombongan dan keangkuhan. Ia memiliki kebaikan dan kemuliaan yang sempurna. Di samping itu, ia juga seorang pelopor wanita yang patut diteladani keluhuran budinya. 

Bunda hebat ini seorang yang sabar dalam menerima takdir Allah Swt. Ketika suami dan anaknya meninggal dunia dalam suatu peperangan melawan kaum kafir, ia bersabar dan tetap berbakti. Untuk melepaskan kematian keduanya sekaligus, tentu membuat hatinya  hancur berkeping, namun ia tetap sabar dan tabah dengan berserah diri kepada Allah Swt.

Di saat kaum wanita datang bertakziyah atas kematian suami dan anaknya, ia berkata, "Selamat datang wahai saudaraku, bila kalian datang untuk mengucapkan selamat kepadaku, maka aku sambut kedatangan kalian. Tapi jika kalian datang selain untuk itu, maka pulanglah."

Sungguh Mu'adzah  termasuk seorang wanita akhirat dan bukan wanita dunia. Ia menyibukkan diri dengan urusan akhirat, dengan memetik cahaya kesucian dan mengambil faedah dari pendidikan dari  Ummul Mukminin Sayidah Aisyah. Ia menyerap ilmu dari orang-orang suci para sahabat Rasulullah saw. 

Musibah yang menimpanya, membuat  kesalihannya semakin meningkat. Bahkan, sejak kepergian sang suami, ia tidak pernah tidur di atas sebuah hamparan. Baginya tidur hanyalah sebatas mempersiapkan energi dalam beribadah kepada Sang Khalik semata. 

Mu'adzah memiliki cita-cita yang sangat agung. Ia berharap Allah akan menyatukan kembali dengan anak dan suaminya di dalam surga kelak. Bahkan, ia juga bercita-cita ingin berjumpa dengan Allah Azza Wajalla. Oleh karenanya, dengan teguh ia menjalankan ketaatan untuk mencapai cita-cita tersebut tanpa kata menyerah. 

Azhari menulis, wanita karamah ini pernah mengungkapkan apa yang ada di benaknya. Ia berkata,  "Demi Allah, aku tidak menginginkan hidup hanya untuk kesenangan dan kenikmatan dunia. Aku ingin hidup di dunia agar bisa beribadah kepada Allah Swt  dengan segenab kemampuannya. Semoga Allah Swt menyatukanku dengan suami dan anakku di surga."

Ia juga pernah mengungkapkan, "Aku sudah menemani dunia ini selama tujuh puluh tahun, namun tidak aku dapatkan sedikitpun kesenangan dalam mata hatiku." Sehingga dengan pengakuan  lisannya ia juga berkata, "Wahai kematian, engkau datang pada saatnya dan engkau berkunjung atas kerinduan."

Saat kematiannya  semakin mendekat  ia tidak bersedih, karena akan meninggalkan dunia ini. Namun ia bersedih, karena harus melepaskan hari-hari yang dilewati dengan tahajud dan bertafakur kepada Allah Swt.

Ruh karamah dan mulia ini pun pergi ke alam keabadian pada tahun 83 Hijriyah dengan membawa segenab simpanan dan titipan yang dititipkan Allah kepadanya. Ruh ini tidak pernah menzalimi sipapun walau seberat biji atom. Semoga Mu'adzah binti Abdullah al-Adawiyah akan bertemu dengan zat yang Maha Membalas kebaikan. (editor: smh)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top