Hari Santri Nasional 2022 diharapkan menjadi momentum bagi kaum santri untuk meningkatkan kompetensi guna menjawab tantangan masa depan. Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Dr  KH Ahmad Kusyairi Suhail mengatakan, penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri merupakan bentuk pengakuan negara terhadap peran dan kontribusi santri  dan ulama menghantarkan kemerdekaan Indonesia dan mempertahankannya melawan penjajah.  

Menurut Ahmad Kusyairi, kaum santri harus bersiap menghadapi berbagai tantangan masa depan. Di antara tantangan bagi santri di masa depan adalah bagaimana para santri menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, khususnya kemajuan teknologi dan digitalisasi yang tak terbendung. Menurutnya, para santri perlu hadir dengan ide-ide cerdas dan dakwah-dakwah solutifnya menghadapi kompleksitas problematika umat dan bangsa. Karena itu, santri pun diharapkan terus memperkuat kompetensinya di berbagai bidang. 

"Aspek atau kompetensi yang perlu diperkuat oleh santri dalam menghadapi tantangan masa depan, di antaranya penguatan kompetensi keilmuan, khususnya yang berkaitan dengan digitalisasi dakwah dan memaksimalkan medsos dengan konten-konten positif. Terus lantang menyuarakan dakwah Islam rahmatan lil alamin. Semangat melakukan perbaikan, melakukan transformasi dan terus melakukan perubahan dan inovasi tiada henti. Penguatan spiritual menjadi aspek utama dan prioritas yang harus diperkuat, karena santri yang taat dapat membangun bangsa yang kuat," kata Ahmad Kusyairi kepada Republika.co.id. 

Ahmad Kusyairi mengatakan, pemerintah harus terus mendukung peningkatan kapasitas santri, sehingga bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan di masa depan. Diantaranya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan peningkatan kompetensi santri, khususnya yang berkaitan dengan digitalisasi teknologi dan media sosial, menambah kuota beasiswa bagi program santri berprestasi, hingga mengangkat santri menjadi duta-duta perdamaian.

"Sedangkan pesantren harus selalu membuka diri dengan pembaruan kurikulum pendidikan yang membuat santri dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak yang bisa menyiapkan santri menjadi insan yang tidak hanya memiliki nilai kebergunaan bagi dirinya, melainkan juga memiliki nilai kebergunaan bagi orang lain, umat dan bangsa," katanya. 

Satu hal penting dalam peningkatan kompetensi santri adalah dengan membudayakan literasi, menjadikan membaca sebagai kewajiban harian, dan revitalisasi perpustakaan pesantren atau dayah. Bagaimana mungkin santri meningkat kemampuannya dan memahami perkembangan zaman digitaliasi, sementara bacaannya sangat terbatas dan akses internet yang lelet. 

Untuk ini, diperlukan penciptaan lingkungan belajar yang memberi ruang santri membaca dan akses informasi yang seluas-luasnya. Pesantren harus menyediakan fasilitas perpustakaan, komputerisasi dan jumlah buku/kitab yang terus meningkat setiap tahun. Lingkungan belajar yang kondusif ini tentu saja disertai pengawasan guru dan pengasuh yang efektif.  

Kita pun menyaksikan dukungan negara belum cukup memadai terhadap revitalisasi perpustakaan pesantren dan pengadaan buku/kitab. Kenyataannya, tidak semua manajemen pesantren memiliki kemampuan finansial untuk meningkatkan pelayanan perpustakaan, menyediakan laboratorium komputer dan fasilitas intrenet. Dalam hal inilah pentingnya dukungan negara.

Dengan demikian peringatan Hari Santri akan memberi arti penting bagi peningkatan peran dan kompetensi santri. Peningkatan peran dilakukan dengan kepedulian santri terhadap problematika dakwah yang semakin berat di tengah perkembangan teknologi informasi, pada sisi lain supaya peran ini dapat dilakukan dengan baik, maka kompetensi santri harus terus ditingkatkan. Inilah maknanya peringatan hari santri setiap tahun, bukan hanya serimoni pakai kain sarung dan peci. (smh)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top