Oleh: Juariah Anzib S.Ag

Penulis Buku Kontemplasi Sang Guru


Indahnya hidup dibawah naungan pohon keimanan disertai taman ketaatan. Dihiasi pula lingkaran cahaya cinta dan kesucian yang dibarengi manisnya kehidupan wara' didampingi sifat zuhud. Seorang wanita hebat yang hidup di masa tabiin. Patut diangkat namanya yang harum dalam sejarah peradaban Islam. 

Keluarga Sirin, adalah  keluarga yang tidak memiliki jabatan dan kedudukan serta kebanggaan nasab. Akan tetapi keluarga ini dikenal dengan kehebatan dan  kemuliaannya. Karena para  penghuninya memiliki sifat-sifat keutamaan dalam keilmuan dan ahli ibadah serta wara.'

Dalam bukunya 14 Wanita Mulia Dalam Sejarah Islam, Azhari Ahmad Mahmud  mengkisahkan tentang  seorang gadis kecil. Ia hidup di rumah yang penuh keharuman iman dan indahnya ketaatan. Rumah yang diterangi dengan  gemerlapnya cahaya Al Quran suci. Mukjizat terbesar nubuwah Rasulullah saw. 

Hafshah binti Sirin, memiliki keutamaan sebagai seorang wanita istimewa dalam hal ibadah, zuhud dan wara'nya. Kemuliaan yang telah nampak sejak ia berumur 12 tahun. Di usia dini Hafshah telah mempelajari ilmu Al Quran, baik bacaan maupun pemahaman isinya.

Dengan kecerdasannya, putri yang hebat dan rajin menuntut ilmu ini faham tentang ilmu Al Quran dan mengerti isinya. Ia  mengamalkan kandungan Al Quran dalam kehidupannya. Ia tumbuh kembang berdarah dagingkan  perintah dan larangan Allah Swt berdasarkan Al Quran suci.  

Dari Al Quran pula Hafshah dapat memetik buah kenikmatan sehingga menjadi seorang wanita yang memahami agama. Ia  satu-satunya wanita zuhud dan wara' pada zamannya. Menjadi seorang guru besar dan berilmu tinggi bagi sekalian mukmin. 

Dalam penuturannya, Azhari menyebutkan, ada suatu hal yang menakjubkan banyak orang pada diri Hafshah. Muhammad bin Sirin, saudara kandung Hafshah, adalah seorang tokoh hebat yang dikenal keilmuan dan pengalamannya. Namun jika ia mendapatkan kesulitan dalam mengajarkan Al Quran ia berkata, "Pergilah kepada Hafshah dan tanyakan kepadanya bagaimana ia membacanya." 

Sungguh Putri Sirin seorang yang memiliki ilmu Al Quran andal yang dipadukan dengan amal. Ia seorang wanita shalihah yang mengutamakan kebanggaan yang tinggi dan tidak rela dirinya berada diderajat yang rendah. 

Wanita ahli ibadah ini selalu berada di ruang shalatnya,  kecuali untuk suatu keperluan atau tidur tengah hari. Wanita yang tak pernah lemah karena kewanitaan dan ketuaan usia ini selalu menyempatkan diri  berkomunikasi dengan sesama. Karena ia seorang pemimpin yang berilmu, guru yang hebat, penasihat yang lembut dan pendidik yang sukses. 

Hafshah selalu menebarkan pesona ilmunya kepada siapa saja. Bahkan diantara pengunjung yang datang kepadanya adalah murid Rasulullah saw dan pelayan beliau Anas bin Malik. Mereka yang ditinggal wafat Rasulullah saw. Meneruskan mencari ilmu tak kenal lelah.  Subhanallah. Sungguh tinggi kedudukanmu wahai Putri Sirin. 

Hafshah wanita sempurna yang berakhlak luhur, hingga pantas mendapatkan kesaksian dari orang-orang tentang keutamaan dan kemuliaannya. Bila malam telah gelap, dalam keheningan sunyi, ia menghidupkan malamnya  dengan cahaya Al Quran dan sinar tahajud. Kebahagiaan yang dirasakan saat ia tunduk kepada Allah di tengah gelapnya malam. Terkadang lampunya padam, akan tetapi rumahnya tetap terang hingga pagi hari, sungguh suatu keajaiban. 

Menurut penuturan Azhari, ibu mulia ini melahirkan anak yang mulia pula. Hudzail bin Hafshah.  Seorang anak yang  berpendidikan terbaik, serta  berbakti kepada ibunya. Ia selalu membuat ibunya bahagia. Mengumpulkan  kayu bakar dan mengupas kulitnya untuk persiapan musim dingin demi sang ibu. 

Di saat musim dingin tiba, Hudzail menyalakan kayu-kayu yang telah dikupas agar tidak berasap. Dengan tujuan  menghangatkan tubuh sang ibu dari dinginnya malam. Ia juga memeras susu unta miliknya dan mengantarkan kepada ibunya. Meskipun terkadang ibunya sedang berpuasa. Sehingga susunya disedekahkan kepada orang lain.  

Hafshah seorang wanita penyabar. Allah Swt telah  menguji wanita shalihah ini dengan kematian anaknya Hudzail. Dengan tegar dan sabar ia merelakan ketentuan Allah. Tidak berkeluh kesah, meskipun mengoyak hati  dan jiwanya. Apalagi Hudzail seorang anak yang berbakti, sudah tentu membuat hatinya terluka dan hancur berkeping. Namun hanya  Allah satu-satunya tempat ia  menyandarkan diri. 

Mutiara-mutiara indah menghiasi jiwa wanita shalihah ini. Itulah sifat-sifat mulia yang belum tentu mampu dimiliki oleh semua wanita. Bukanlah harta dan kemewahan yang menjadi kebangaannya, akan tetapi kebenaran iman, ketaatan, keikhlasan dan kecerdasan pikirannya serta tekat yang kuat. 

Putri Sirin menghabiskan hari-harinya dengan ketaatan. Meninggalkan semua kenikmatan dunia dan berusaha menyimpan amalan-amalan yang kekal lagi baik dengan selalu mengingat hari kematiannya. 

Ia mengharapkan kematiannya dengan  mempersiapkan diri  menghadapi tibanya hari yang dinantikan. Ia menghabiskan siang dan malam dengan pahala yang banyak dan simpanan amalan berlimpah. 

Suatu hari, Anas bin Malik bertanya kepadanya, "Dengan apa kamu menginginkan kematianmu?" Ia menjawab "Dengan penyakit kusta/lepra", maka Anas berkata, "Sesungguhnya penyakit itu adalah saksi bagi setiap muslim."

Akhirnya pada tahun 110 Hijriyah, wanita mulia hiasan  tabiin yang berilmu, ahli ibadah dan penyabar inipun meninggal dunia. Ia berpulang dengan keindahan yang hakiki, menjadi ikon bagi wanita yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya. Dialah Hafshah binti Sirin. Semoga Allah Swt meridhai putri Sirin dan menyatukannya bersama orang-orang yang dekat dengan Allah Swt.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top