Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat


Sebelum Rasulullah saw diutus sebagai Rasul, negeri Arab masih menyembah patung berhala. Patung tersebut dijadikan sesembahan karena dianggap sebagi tuhan. Mereka beranggapan, pada patung tersebut memiliki kekuatan yang dapat membawa keberkahan kepada umat manusia. 

Ketika Rasulullah saw  diangkat menjadi Rasul, beliau mendapat tantangan berat dalam menghadapi penyembah berhala. Kepercayaan kaum Yahudi  terhadap berhala begitu kuat dan mendarah daging, sehingga tidak dapat dibendung. Padahal, pada berhala tersebut tidak memiliki kekuatan sama sekali. Jangankan memberi kekuatan kepada orang lain, bergerak saja ia tidak mampu. \

Dalam pengajian mingguan kaum ibu di Dayah Thalibul Huda Bayu, Abi Hasbi Albayuni menyampaikan, orang pertama sekali yang membawa patung berhala ke kota Mekah adalah seorang pemuka Quraisy terkenal bernama Amru bin Lubay. 

Ketika pergi ke negeri Syam, Amru bin Lubay membeli patung tersebut. Lalu dibawa ke Mekah dan diletakkan di dalam Ka'bah. Patung yang disebut sebagai berhala ini diberi nama Hubbal. Setelah itu, ia memerintahkan kepada seluruh penduduk Mekah untuk menyembah dan menjadikannya sebagai tempat pemujaan. 

Karena Ubay seorang tokoh yang dapat memberi pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat Quraisy, maka tidak ada seorangpun yang berani menentang kemauannya. Sejak saat itulah penduduk Mekah menyembah patung berhala. 

Selanjutnya, hal tersebut disusul oleh para pemuka Quraisy lainnya, sehingga mereka berduyun-duyun  membawa patung-patung ke Mekah untuk dijadikan tuhan. Setelah adanya Hubbal dengan ukuran besar, ada juga Latta dan Uzza. Tiga patung ini dianggap sebagai patung keramat yang tidak dapat ditandingi kekuatan dan kehebatannya.

Selain itu, ada juga  patung-patung lain yang semakin lama semakin bertambah. Masing-masing pemuka Quraisy mencari sensasi diri dengan mendatangkan patung-patung berhala lainnya dalam jumlah yang  banyak. Ada yang besar dan ada yang kecil. Semua patung diletakkan di dalam Ka'bah untuk disembah dengan merendahkan diri.

Saat terjadi penaklukan kota Mekah yang disebabkan kaum Yahudi mengingkari perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah memerintahkan kepada kaum Yahudi agar segera meninggalkan kota Mekah tanpa pertumpahan darah. Mereka tidak ada pilihan selain pergi dengan membawa keluarga dan harta benda, kecuali bagi mereka yang mau beriman dan masuk Islam. 

Ketika penaklukan itu terjadi, Rasulullah saw mendapati 300 ribu patung berhala yang berada di dalam Ka’bah. Beliau memerintahkan para sahabat untuk menghancurkan semua patung berhala dan membersihkan Ka'bah dari kesesatan tersebut, sesuai firman Allah Swt dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 81, "Dan katakanlah, ketika datang kebenaran maka lenyaplah kebatilan."

Dalam dialog antara Rasulullah dengan jin Islam, jin mengutarakan bahwa pada setiap tubuh patung terdapat makhluk jin. Para jin bersemayam di sana, sehingga terkesan memiliki aura mistik. Ia memengaruhi penyembah agar tetap setia dan menganggapnya keramat. 

Abi Hasbi menuturkan, suatu ketika, Rasulullah saw pergi ke Thaif. Lalu beliau memerintahkan Khalid bin Walid untuk menghancurkan patung berhala sesembahan penduduk Thaif. Seketika setelah dihancurkan, tiba-tiba keluarlah jin perempuan yang bersemayam dalam tubuh patung tersebut. Hal tersebut sebagai bukti bahwa setiap patung berhala dihuni oleh para jin. 

Bagi mereka yang memuja patung berhala, maka sudah pasti ia memuja jin. Hal yang tidak seharusnya dilakukan manusia, karena yang berhak dipuja dan disembah hanyalah Allah semata, Sang yang Maha Segalanya. Allah lah yang telah mencipatakan dunia dan isinya. 

Abi Hasbi berpesan,  sebaiknya tidak  menyimpan sejenis patung di dalam rumah, karena dapat menghalangi masuknya Malaikat rahmat ke rumah orang muslim. Apalagi, jenis patung sempurna yang memiliki kepala hingga kaki, tentu akan lebih berbahaya, sebab dalam patung tersebut dapat bersemayam jin yang bisa membawa pengaruh buruk terhadap umat manusia. 

Untuk itu, mari kita  menghindahi diri dari pengaruh-pengaruh yang dapat terjerumus kepada kesesatan dan keburukan.

Editor: Sayed M. Husen

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top