Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat


Abdurrahman Bin Auf seorang sahabat Rasulullah saw yang kaya raya,  hartanya berlimpah ruah.  Namun kekuatan akidahnya melebihi dari harta yang ia miliki. Harta tidak mempengaruhi kesempatannya untuk beribadah dan beramal shalih. Bahkan dengan harta ia manfaatkan untuk meningkatkan ketaatan dan ketakwaan kepada Sang Yang Maha Pencipta. 

Abdurrahman bin Auf tidak cinta dunia. Sebagai bukti sebagaimana disampaikan Ust Afrizal Sofyan M.Ag pada khutbah Jumat yang saya simak secara online di fb Remaja Masjid Asy-Syuhada Lampanah, diakses 24 Agustus 2023, bahwa Abdurrahman bin Auf menginginkan dirinya menjadi orang miskin. Iya selalu berdoa kepada Allah, "Ya Allah, berikanlah aku kehidupan yang miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin." Hal ini ia lakukan karena ingin menyaingi sahabatnya Mus'ab yang syahid dalam perang Uhud. Seorang yang kaya raya tetapi meninggal dalam kemiskinan. Kain kafan tidak mencukupi untuk menutupi jasadnya yang kaku.

Ketika terjadi perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf berusaha menjadi miskin. Ia menyumbangkan sebagian besar hartanya untuk keperluan perang. Yakni sebesar 200 uqiyah, lebih kurang seukuran 6 milyar. Perang Tabuk yang menghabiskan waktu selama 50 hari, tentu memerlukan bekal yang tidak sedikit.

Ust Afrizal menyampaikan, ketika itu di Madinah sedang musim kurma. Kesibukan perang membuat mereka tidak sempat memanen kurma yang sudah masak. Sehingga semua kurma yang ada di Madinah membusuk. Kerugian petani kurma sangat besar. 

Kondisi tersebut dimanfaatkan Abdurrahman bin Auf. Ia bergumam dalam hatinya, "Inilah kesempatanku untuk menjadi miskin." Lalu Abdurrahman membeli semua kurma busuk yang ada di Madinah dengan harga normal. Tidak kurang sedikitpun walau sudah busuk. Hal tersebut membuat orang-orang Madinah bergembira, termasuk Abdurrahman sendiri selaku pembeli. 

Kehendak Allah terjadilah suatu petaka yang melanda negeri Yaman. Rakyatnya  terkena wabah penyakit menular yang cukup berbahaya. Setelah di teliti, ternyata obatnya adalah kurma busuk. Kepanikan raja Yaman sehingga ia mengutus perdana menteri ke Madinah. Mencari Abdurrahman bin Auf yang konon kabarnya telah membeli semua kurma busuk yang ada di kota Madinah. 

Untuk itu perdana menteri Yaman menemui Abdurrahman bin Auf untuk membeli kurma. Mereka mengambilnya dengan  harga 10 kali lipat dari harga yang dibelikan Abdurrahman. Karena keadaan darurat dengan niat membantu sesama, maka Abdurrahman menjualnya. Lalu ia kembali bergumam dalam hatinya, "Aku gagal lagi menjadi orang miskin." Demikian tutur Ust Afrizal. 

Abdurrahman telah  menyumbangkan sebagian besar hartanya dalam perang Tabuk. Ia juga sudah membeli kurma busuk dengan harga tinggi. Namun hartanya bukan berkurang malah semakin bertambah banyak. Upaya apapun yang dilakukan Abdurrahman namun tetap tidak berhasil menjadi miskin. Karena Allah tidak menghendaki ia miskin.

Kini yang menjadi pertanyaan adalah mengapa hal tersebut terjadi? Jawabannya tidak lain hanyalah karena keikhlasan. Allah tidak mengizinkan Abdurrahman bin Auf miskin, karena ia seorang dermawan. Jika ia miskin, maka siapa lagi yang akan menyantuni fakir miskin, membiayai perang dan kebutuhan sosial lainnya. Jika Allah tidak berkehendak maka apapun usaha manusia tidak akan terwujud. 

Keinginan Abdurrahman bin Auf ingin menjadi miskin cukup beralasan. Selain meneladani sahabatnya Mus'ab yang syahid dalam perang Uhud, ia juga khawatir dengan pertanggungjawaban hartanya di akhirat nanti. Karena orang yang memiliki harta yang banyak akan dihisab lebih lama dari mereka yang tidak berharta. Ia harus mempertanggung jawabkan hartanya dihadapan Allah Swt. Dengan cara apa harta diperoleh dan kemana dibelanjakan? Ia takut tidak mampu mempertanggung jawabkannya. 

Demikian kisah Abdurrahman bin Auf. Seorang yang kaya raya, namun menginginkan hidup miskin karena kecintaan kepada akhirat. Kebalikan dari manusia pada umumnya yang mengincar harta. Barangsiapa mengejar dunia maka akhirat tidak akan diperoleh. Akan tetapi Abdurrahman mencari akhirat sehingga dunia mengincarnya. 

Mari mengincar dunia dan akhirat secara bersamaan.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top