Karya .Linafajri

 


Kicauan burung dan dentingan bel bersautan pagi itu

 Nenek renta tertatih mengusir dedaunan manja

 yang bertebaran dihalaman Sekolah.

Wajah letihnya si Nenek terpapar jelas ,

Namun mimpinya mengais rezeki halal menghilangkan lelah rentanya.

Beberapa siswa berkeliaran diluar kelas, karena guru belum beranjak kekelas.

Kelas-kalas sepi penghuni, musim masih liar belum jua bersahabat akibat corona belum jua usai.

 

Bel baru usai murid masih bertebaran belum jua masuk ruangan.

Si Nenek masih mengais daun dengan sapu tuanya,

“hati mulai merintih karena semua abai,

 semua lalai, ……….

Si nenek pun usai kerjanya, bergegas pulang.

 

 Lantas!! diri tinggal terpaku sendiri,

Padahal ini waktu Literasi,  kecewa pada raga …,

Asa dan budaya tak disiplin waktu.

                Dan …” lagi-lagi  kecewa,   bangkitlah,

“mulailah dari diri”, dan kini tekat membara. 

  lorong kelas yang terhampar panjang

Seakan tanpa tepi,  tak ada jua  yang berliterasi,

   Kecewa..kecewa,  waktu berlalu sudah,

Namun tak ada yang berubah, tak banyak yang peduli,

 ‘kini terpaku dalam kesendirian, merenung tentang,”literasi”,

Tentang anak Negeri yang belum tau arah kemana bermimpi,

Tanpa sadar ku ambil polpen ditasku dan buku kerja harianku,

Tanpa henti polpen bergerak ditangan ku , menulis tentang, “hati” rindu literasi,

 dan ku akhiri, “puisi ku” dengan mimpi, karena ,” Mimpi,” Ku” adalah ,” Mimpi Anak Negeri”

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top