Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat


Abu Bakar Ash-shiddiq seorang yang sangat dekat dengan Rasulullah saw, sehingga namanya begitu megah dan terkenal diseluruh pelosok negeri. Keberkahan Rasulullah saw telah mengangkat derajat dan nama mulia Abu Bakar dalam sejarah peradaban Islam. 

Siapa yang tidak mengenal Abu Quhafah. Berkat kemashuran anaknya Abu Bakar Ash-Shiddiq, nama Abu Quhafah menjadi harum ke dunia keberkahan. Ayah dari khalifah pertama ini terlambat mendapatkan hidayah untuk memeluk Islam, tetapi bukan berarti tidak sama sekali.   

Dalam peristiwa penaklukan kota Mekah, Rasulullah saw membebaskan semua kaum musyrik dan tidak melakukan peperangan sama sekali, meskipun pasukan sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Bahkan, beliau mengajak kaum musyrik secara lemah lembut untuk segera masuk Islam. 

Sementara yang lain dipersilahkan meninggalkan kota Mekah tanpa syarat sambil mengatakan, "Kalian bebas." Peluang besar untuk balas dendam terhadap dirinya dan kaumnya tidak dilakukan, karena Rasulullah saw tidak pernah mengambil kesempatan kekerasan kepada orang-orang yang sudah tidak berdaya. 

Sikap Rasulullah saw tersebut menjadi pemikat bagi mereka untuk masuk agama suci. Salah seorang diantaranya yang mendapat petunjuk adalah Abu Quhafah. Dia ayah dari Abu Bakar Ash-shiddiq, sang  sahabat Rasulullah yang terbaik. 

Mari kita buka tabir kisah Islamnya Abu Quhafah, orang tua beruntung ini.

Sekian lama Abu Quhafah dalam kesyirikan, sudah tiba saatnya ia berhijrah. Saat penaklukan kota Mekah terjadi, orang tua renta ini berkata kepada putri bungsunya, "Bawakan aku ke gunung Abu Qubis." Kondisi matanya yang sudah buta, sehingga ia tidak dapat melihat apa-apa. Sampai di gunung Abu Qubis ia bertanya kepada putrinya, "Apa yang engkau lihat di bawah sana? Putrinya menjawab, "Aku melihat kumpulan warna hitam." Lalu Abu Quhafah berkata, "Itu adalah pasukan berkuda."

Tak lama kemudian putrinya kembali berkata, "Wahai ayah, aku melihat ada orang berlalu lalang dihadapannya." Abu Quhafah  berkata, "Ia adalah pemimpin pasukan yang mengatur pasukan berkuda." Putrinya berkata lagi, "Kini warna hitam itu sudah menyebar." Abu Quhafah berkata, "Pasukannya sudah berjalan. Bawakan aku kembali ke rumah."

Kemudian, mereka pun  meninggalkan gunung Abu Qubis. Di tengah perjalanan menuju ke rumah, Abu Quhafah dan putrinya bertemu dengan pasukan berkuda tersebut. Salah seorang dari mereka telah merampas kalung emas milik putri Abu Quhafah hingga terputus. Mereka tidak berdaya dengan perlakuan tersebut. 

Dalam bukunya Muhammad Sang Inspirator Dunia, Dr.' Aidh al-Qarni menulis, setelah peristiwa fathu' Mekah, pintu hati Abu Quhafah pun disinari cahaya keberuntungan. Abu Bakar menuntun ayahnya menghadap Rasulullah saw untuk membaiatkannya. 

Melihat kedatangan orang yang dihormatinya itu, Rasulullah saw segera berkata, "Wahai Abu Bakar, mengapa engkau tidak membiarkan ayahmu di rumah saja, biarkan aku yang mendatanginya?" Abu Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, ia lebih berhak untuk berjalan menenuimu dari pada engkau berjalan menemuinya." Lalu Rasulullah saw memberikan tempat duduk dihadapannya dan mengusap dada Abu Quhafah sambil berkata, "Masuklah ke dalam Islam." (HR. Ahmad)

Maka, dengan sinar Ilahiyah  Abu Quhafah masuk Islam dengan suka cita. Betapa bahagianya Abu Bakar ketika itu. Keinginan yang sudah sangat lama dirindukan kini terwujud. Melihat kegembiraan sang sahabat yang sangat dicintainya, maka Rasulullah saw memberikan ucapan selamat kepada Abu Bakar.  

Hidayah akan diberikan oleh Allah Swt bagi orang-orang yang memiliki kesucian hati. Cepat atau lambat kebahagiaan itu pasti akan datang. Nikmat terbesar di antara nikmat-nikmat yang besar, karena tanpa hidayah, kesucian hati tidak akan dapat diraih. 

Mari kita syukuri nikmat yang paling sempurna ini, yaitu nikmat iman dan Islam. Berbahagilah menjadi orang-orang mukmin dan muslim. Insya Allah dapat  menjamin kebahagiaan dunia hingga akhirat.

Editor: Sayed M. Husen

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top