Oleh: Supiati, S. Ag., M. Sos 

Ayahanda Ibrahim As adalah salah satu figur penting dalam sejarah agama Islam. Dalam Islam, ia dianggap sebagai seorang Nabi yang diutus oleh Allah untuk membimbing umat manusia ke jalan yang benar. Kisah tentangnya diceritakan dalam Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, serta dalam berbagai literatur keagamaan.

Salah satu peristiwa penting dalam kehidupan Nabi Ibrahim (Ibrahim As) adalah ketika ia diuji oleh Allah dengan perintah untuk menyembelih putranya, Ismail, sebagai bentuk pengabdian dan kesetiaan kepada-Nya. Ibrahim As menaati perintah tersebut, namun Allah kemudian menggantinya dengan seekor domba sebagai pengganti Ismail, sebagai tanda kepatuhan Ibrahim As dan sebagai ujian imannya.

Kisah Ibrahim As mengajarkan banyak pelajaran tentang kepatuhan kepada Allah, kesabaran, dan keimanan yang kokoh. Ia juga dianggap sebagai bapak para nabi dalam agama Islam, dan keturunannya dianggap sebagai salah satu keluarga yang terberkati. Keinginan Ayahanda Ibrahim As untuk menyelamatkan keluarganya menuju surga (Jannah) merupakan bagian dari cita-citanya untuk mengikuti kehendak Allah dan mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.

Ibrahim As memimpin keluarganya dengan contoh yang baik dalam mengikuti ajaran Allah dan menjalankan perintah-Nya, dengan harapan agar mereka semua dapat memperoleh keselamatan dan keberkahan di dunia dan di akhirat.

Perjuangan Ibrahim As yang menjalankan perintah Allah dengan penuh keikhlasan dan pengorbanan diungkapkan dalam Al-Qur'an dan hadist. Kisahnya menjadi inspirasi bagi umat Islam dalam memahami makna kesetiaan kepada Allah, kepatuhan, keikhlasan, dan pengorbanan.

Anak sebagai Aset Komersil

Menggunakan anak sebagai "lahan komersial" adalah konsep yang sangat tidak etis dan tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan tanggung jawab orang tua. Anak-anak tidak boleh dipandang atau diperlakukan sebagai aset untuk keuntungan finansial atau komersial. Sebagai gantinya, tugas orang tua adalah untuk memberikan perlindungan, perawatan, pendidikan, dan kasih sayang kepada anak-anak mereka.

Menggunakan anak sebagai lahan komersial dapat mencakup berbagai praktik yang merugikan, seperti memaksakan anak untuk bekerja demi keuntungan keluarga, memanfaatkan citra atau bakat anak untuk tujuan komersial tanpa memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan anak, atau bahkan menjual anak-anak untuk keuntungan finansial pribadi.

Dalam banyak masyarakat dan sistem hukum, menggunakan anak sebagai lahan komersial dianggap sebagai bentuk eksploitasi anak yang melanggar hak-hak anak dan dapat mengakibatkan dampak psikologis dan emosional yang serius bagi anak-anak tersebut.

Sebagai gantinya, orang tua bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak anak, memastikan bahwa anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak, memiliki kesempatan untuk berkembang secara optimal, dan tumbuh menjadi individu yang sehat secara fisik, mental, dan emosional.


Anak sebagai Aset Akhirat

Menyikapi anak sebagai "aset akhirat" merujuk pada pemahaman bahwa anak-anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus diurus dan dibimbing dengan baik agar kelak menjadi bekal bagi orang tua di akhirat. Konsep ini mencerminkan pentingnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak-anak mereka sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral.

Dalam Islam, anak-anak dianggap sebagai anugerah dan tanggung jawab yang besar bagi orang tua. Mereka merupakan karunia dari Allah yang harus dihormati, dilindungi, dan dibimbing dengan baik agar tumbuh menjadi individu yang beriman, bertakwa, dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan dan pembinaan moral anak-anak menjadi fokus utama bagi orang tua, karena hal ini akan mempengaruhi kehidupan mereka di dunia dan di akhirat.

Menganggap anak sebagai "aset akhirat" menekankan pentingnya orang tua untuk memberikan perhatian tidak hanya terhadap kebutuhan fisik dan materi anak-anak, tetapi juga terhadap kebutuhan spiritual dan moral mereka. Orang tua diajak untuk membimbing anak-anak dalam memahami ajaran agama, mengamalkan nilai-nilai kebaikan, dan mengembangkan akhlak yang mulia.

Dengan memandang anak sebagai "aset akhirat", orang tua diharapkan untuk bertanggung jawab secara penuh terhadap pendidikan dan pembinaan anak-anak mereka, sehingga kelak di akhirat, mereka dapat menjadi sumber kebahagiaan dan kebanggaan bagi orang tua mereka, serta mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan abadi di sisi Allah SWT.


Dalam masyarakat modern, orang tua biasanya lebih memprioritaskan pendidikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan anak-anak mereka daripada memanfaatkan mereka sebagai alat untuk keuntungan komersial. Orang tua biasanya berusaha memberikan perlindungan, bimbingan, dan dukungan kepada anak-anak mereka agar dapat berkembang secara optimal dan mencapai potensi mereka yang terbaik. Serta memberikan contoh yang baik dan memperkenalkan nilai-nilai moral serta etika kepada anak-anak mereka.

Jadi, kisah Ibrahim As memberikan contoh luar biasa tentang pengorbanan dan kesetiaan kepada Allah, dalam konteks kehidupan modern, orang tua lebih sering dianjurkan untuk memberikan perlindungan, kasih sayang, dan dukungan kepada anak-anak mereka, serta membimbing mereka untuk menjadi pribadi yang baik dan sukses secara moral dan sosial.

Menciptakan figur Ayahanda Ibrahim As dalam konteks masa kini, yang melawan segala tantangan, akan menciptakan sosok yang penuh dengan keimanan, ketabahan, dan kebijaksanaan. Berikut adalah gambaran tentang sosok tersebut:

1. Keteguhan Iman: Seperti Ibrahim As, figur ini akan memiliki iman yang kuat kepada Allah SWT. Meskipun dihadapkan pada berbagai ujian dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari, ia tetap teguh pada kepercayaan dan keyakinannya kepada Allah.

2. Pemimpin Keluarga: Sebagai kepala keluarga, ia akan menjadi teladan bagi keluarganya dalam menjalankan ajaran agama dan nilai-nilai moral. Ia akan memimpin keluarganya dengan kasih sayang, keadilan, dan kearifan, serta memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan dan pembinaan spiritual anak-anaknya.

3. Pengorbanan dan Pengabdian: Seperti Ibrahim As yang rela mempersembahkan putranya atas perintah Allah, figur ini juga siap untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi kebaikan keluarga dan kepatuhan kepada ajaran agama.

4. Kedermawanan dan Keadilan: Ia akan mempraktikkan kedermawanan dan keadilan dalam hubungan dengan sesama. Figur ini akan terlibat dalam berbagai kegiatan amal dan sosial untuk membantu sesama yang membutuhkan, serta memastikan bahwa hak-hak orang lain dihormati dan dilindungi.

5. Pendukung Perubahan yang Positif: Figur ini akan menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat, berjuang untuk keadilan, persatuan, dan kemajuan bersama. Ia akan menginspirasi orang lain untuk berbuat baik dan memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungan sekitarnya.

6. Kesabaran dan Kebijaksanaan: Seperti Ibrahim As yang memiliki kesabaran dan kebijaksanaan dalam menghadapi cobaan hidup, figur ini juga akan bersikap sabar dan bijaksana dalam menghadapi segala rintangan dan ujian yang muncul dalam perjalanan hidupnya.

Dengan mengikuti jejak Ayahanda Ibrahim As dan mengaplikasikan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang beliau ajarkan, figur Ayahhanda Ibrahim As masa kini akan menjadi teladan yang memotivasi dan menginspirasi banyak orang dalam menjalani kehidupan dengan penuh keimanan, ketabahan, dan kebijaksanaan.

Penulis merupakan Penyuluh Agama Madya Kemenag Kota Banda Aceh

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top