Oleh: Dr. H. Akhyar Mohd. Ali, S.Ag., M.Ag

Pembimbing Haji Daerah (PHD) Kloter 07 BTJ 2025

Kelompok Terbang (Kloter) BTJ-12 Aceh yang membawa 129 jamaah haji dan tergabung bersama jamaah dari Sumatera Utara, telah mendarat dengan selamat pada tanggal 9 Juli di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar. Kloter ini sekaligus menjadi kloter terakhir dari Aceh yang pulang ke tanah air pada musim haji 2025.

Secara keseluruhan, musim haji tahun ini segera berakhir, ditandai dengan hampir selesainya seluruh penerbangan pemulangan jamaah haji. Penerbangan terakhir jamaah haji Indonesia dari Bandara Prince Muhammad bin Abdul Aziz Madinah dijadwalkan pada 11 Juli 2025.

Peran Strategis Alumni Haji

Haji dan zakat merupakan dua rukun Islam yang diwajibkan, namun keduanya mendapat respon yang berbeda dari umat Islam. Animo masyarakat untuk menunaikan haji begitu tinggi, hingga membuat sebagian orang rela menunggu antrean selama 30 hingga 40 tahun. Sebagian rela mengeluarkan biaya lebih besar untuk berhaji khusus atau haji furada, demi mempercepat keberangkatan mereka ke Tanah Suci. Padahal, dari sisi biaya maupun penyelenggaraan, haji jauh lebih berat dibanding zakat.

Semangat membayar zakat tidak sebanding dengan semangat menunaikan haji. Menurut estimasi Islamic Development Bank (IDB), potensi zakat Indonesia diperkirakan bisa mencapai Rp100 triliun per tahun. Namun kenyataannya, baru sekitar Rp1,5 triliun yang berhasil dihimpun setiap tahun. Ini menunjukkan adanya kesenjangan yang perlu dikaji lebih dalam: mengapa masyarakat Muslim Indonesia lebih terdorong untuk menunaikan ibadah haji, tetapi kurang termotivasi dalam menunaikan zakat?

Jamaah haji Indonesia setiap tahun tidak kurang dari 221.000 orang, jumlah yang sangat besar, baik dari segi kuantitas maupun potensi strategisnya. Sebagian besar dari para hujjaj ini adalah tokoh-tokoh kunci di masyarakat. Dalam budaya Indonesia, mereka menempati posisi elit, dihormati karena berhasil menunaikan rukun Islam kelima yang memerlukan kesiapan fisik, mental, dan materi. Para hujjaj bukan hanya dikenal sebagai orang yang mampu secara finansial, tapi juga seringkali menjadi tokoh agama, budaya, bahkan politik.

Tidak sedikit di antara mereka terpilih menjadi ketua paguyuban, pimpinan organisasi sosial keagamaan, bahkan ikut dalam kontestasi pemilihan kepala daerah. Identitas haji yang tersemat dalam nama mereka menjadi simbol sosial yang bernilai tinggi. Dalam pergerakan massa pun, kehadiran para hujjaj sering diperhitungkan karena sensitivitas mereka terhadap isu-isu keagamaan yang lebih kuat. Pengalaman spiritual mereka selama berada di depan Ka'bah, di Mas'a Shafa dan Marwa, serta di tempat-tempat bersejarah lainnya, membekas dalam kesadaran mereka, membentuk rasa keagamaan yang dalam. Seseorang yang sekuler sekalipun, ketika telah menginjakkan kaki di sekitar Ka’bah, akan tersentuh sisi primordial keagamaannya.

Membangun Produktivitas 

Pertanyaannya, bagaimana para hujjaj ini dapat menggerakkan produktivitas sosial dan ekonomi umat serta bangsa? Jika komunitas haji bersatu padu membangun masa depan umat yang ideal, maka kekuatan itu sangat mencukupi untuk menciptakan perubahan besar.

Asumsikan jumlah hujjaj Indonesia sekitar 10% dari total penduduk Muslim yang berjumlah 220 juta jiwa, maka terdapat sekitar 22 juta orang alumni haji di Indonesia. Di Aceh, dengan rata-rata 4.000 jamaah haji setiap tahun, berarti setiap tahun bertambah sekitar 400 orang alumni haji atau sekitar 10%.

Bila potensi besar ini dioptimalkan, minimal para hujjaj dapat menjadi pelopor kebaikan di komunitasnya masing-masing: penggerak shalat berjamaah di meunasah dan masjid, penggerak majelis taklim, serta pendorong semangat berinfak dan membayar zakat.

Sebanyak 400 alumni haji yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Aceh setiap tahunnya, tentu berpotensi menjadi lokomotif yang kuat dalam membangun dan menghidupkan nilai-nilai spiritual keagamaan di tengah masyarakat. Ini akan menjadi kontribusi luar biasa bagi nanggroe indatu tercinta.

Semoga para alumni haji mampu menjaga spirit ibadahnya, tidak hanya dalam urusan pribadi, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi kehidupan umat dan bangsa. Wallahu a’lam bish-shawab.

SHARE :

0 facebook:

 
Top