Oleh: Armiya, S.Pd, Gr

Guru SLB TNCC

Guru memegang peran sentral sebagai fasilitator, motivator, dan inovator dalam proses pendidikan. Dalam mewujudkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan, seorang guru dituntut kreatif, terutama ketika mengajar siswa di Sekolah Luar Biasa (SLB). Keragaman kemampuan dan tantangan belajar siswa di SLB memerlukan pendekatan unik. Pembelajaran yang monoton dan verbalistik seringkali tidak efektif diterapkan, karena tidak memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam dan spesifik.

Menjawab tantangan mendasar ini, salah satu langkah nyata yang dapat dilakukan guru dengan merancang dan membuat media peraga sendiri. Media peraga yang dikembangkan secara mandiri oleh guru memiliki keunggulan tersendiri. Ia dirancang secara spesifik berdasarkan hasil asesmen mendalam terhadap kebutuhan belajar individual siswa.

Peran Kunci Guru 

Para guru di SLB TNCC menyadari, untuk menjembatani materi pelajaran yang seringkali bersifat abstrak, siswa membutuhkan alat bantu yang konkret. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah dijangkau di lingkungan sekitar, guru menciptakan media yang berdampak transformatif bagi peserta didik.

Bagi siswa, media ini terbukti mampu meningkatkan motivasi belajar, membuat suasana kelas lebih hidup, dan yang terpenting, menyederhanakan materi kompleks, sehingga lebih mudah dipahami dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Media peraga berfungsi sebagai solusi menciptakan pembelajaran yang efektif dan jauh dari kata membosankan. Sementara bagi guru, media peraga berfungsi sebagai pemandu yang visual, memastikan setiap langkah pembelajaran berjalan terstruktur dan terukur.

Landasan Teoritis 

Pengembangan media peraga, khususnya di SLB TNCC, bukan sekadar inisiatif, melainkan didukung oleh teori-teori pendidikan yang kuat. Pertama, berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Banyak siswa SLB, terlepas dari usia kronologis, belajar paling efektif pada tahap operasional konkret. 

Menurut Piaget, pada tahap ini, anak membutuhkan objek atau pengalaman nyata (konkret) dalam memahami konsep-konsep abstrak.

Guru tidak bisa hanya menjelaskan konsep tentang "banjir" atau "metamorfosis" secara lisan. Dengan menciptakan media peraga 3D atau miniatur, guru secara langsung menyediakan pengalaman konkret yang dibutuhkan otak siswa untuk memproses informasi baru secara efektif.

Kedua, berdasarkan teori kerucut pengalaman Edgar Dale (1969). Model ini mengurutkan pengalaman belajar dari yang paling konkret (dasar kerucut) hingga yang paling abstrak (puncak kerucut). Teori ini menegaskan, semakin konkret pengalaman belajarnya, semakin besar pemahaman dan penguasaan yang diperoleh, menekankan pentingnya pengalaman langsung (doing) dan penggunaan media.

Media peraga yang dirancang guru, seperti simulasi banjir, secara langsung menempatkan siswa di dasar kerucut Dale, mereka terlibat aktif (doing) alih-alih hanya mendengar (hearing).

Tahapan Profesional 

Patut digarisbawahi, pembuatan media di SLB TNCC tidak dibuat secara asal-asalan. Setiap media harus melalui proses yang terstruktur dan profesional untuk menjamin efektivitasnya, sebagai bagian integral dari program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di sekolah.

Tahapan pembuatan media peraga di SLB TNCC sebagai berikut: Tahap pertama, melakukan asesmen kebutuhan. Guru melakukan asesmen dan mengidentifikasi kesulitan belajar spesifik siswa pada materi tertentu.

Tahap kedua, penyusunan proposal. Guru menyusun formulir pengajuan media yang komprehensif. Form ini berisi analisis masalah, tujuan pembuatan media, rancangan visual media, sasaran, estimasi bahan, dan langkah penggunaan media peraga.

Tahap ketiga, penilaian dan persetujuan kepala sekolah. Kepala Sekolah menilai form pengajuan, berfokus pada efektivitas media dalam memecahkan masalah belajar siswa dan keselarasan dengan tujuan kurikulum.

Tahap keempat, pengembangan dan implementasi. Setelah disetujui, guru mengembangkan media tersebut, mengimplementasikannya di dalam kelas, dan kemudian mendesiminasikan kepada rekan guru lainnya melalui wadah komunitas belajar SLB TNCC.

Guru Sebagai Perancang 

Sebenarnya, banyak media peraga inovatif yang telah dinilai dan berhasil diimplementasikan di kelas-kelas SLB TNCC. Kehadiran media-media ini adalah jawaban nyata dari tantangan bahwa mengajar siswa di SLB tidaklah mudah, namun bukan berarti tidak bisa.

Pengembangan media peraga ini menegaskan kembali peran esensial guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi sebagai perancang pengalaman belajar (instructional designer). Dengan melakukan asesmen yang tepat dan mengikuti proses pengembangan yang terstruktur, guru bisa menciptakan alat bantu yang spesifik sesuai kebutuhan siswanya. 

Pada akhirnya, media peraga buatan guru merupakan langkah nyata untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi setiap siswa, terutama siswa istimewa di SLB.

Editor: Sayed M. Husen

SHARE :

0 facebook:

 
Top