Ketika ku melewati sebuah perkotaan
Hatiku sendu, sedih...

Pemandangan yang terbentang dihadapanku

Buat hatiku luluh

Ada seorang sosok mungil yang berdiri kaku

Diam dalam seribu kata

Kuhampiri dia

Dia berbalik ketika melihat langkahku

Aku ragu tuk menyapanya

Ia terperanjat

Ia membisu

Ku coba selangkah demi selangkah

Datang mendekatinya

Ia sepertinya takut, dan berlari bersembunyi

Dibalik bayangan kelam

Ku coba lagi,

Memberanikan diri

Memanggilnya lembut

Dia menoleh, menatapku penuh tanya

Mungkin,

Ada perasaan yang dapat ku tafsirkan disini

Dari balik balik bola matanya yang coklat itu

Memancarkan suatu rahasia yang sulit ia

ungkapkan

Tetesan keringat bercampur air mata basahi

pipinya

Bibirnya bergetar

Seakan ada yang ia ingin ucapkan

Ku rengkuh ia dalam pelukan

Tanganku mengelus lembut

Jelbab yang terurai kusam

Lalu, ku bisik sebuah pertanyaan,

Apa yang telah terjadi adik kecilku?

Dengan terisak dan terbata-bata

Ia menjawab....

Lapar, haus, kasih sayang,

Harapan, impian.. sirna, suram, gelap dan

pudar

Karena perlumuran hati

Tak tartahan lagi

Ia terpaksa berlari

Meninggalkan sanak famili

Memang terasa di Qalbuku

Sepertinya...

Ada yang hilang dari hidupnya

Istana itu...

Tak bedanya, layaknya padang pasir,

Sepi..... sunyi.......

Ayah dan Ibunya sibuk sendiri bercerai berai

Akhirnya ia pun pergi

Berharap kasih sayang kembali dan dapat ia

jumpai disini

Kasih sayang yang ia impikan

Perhatian yang dibutuhkan

Apakah ia harus dapatkan semua itu ditempat

ini?

Tempat yang penuh kehancuran

Pergaukan yang tak diharapkan

Dalam hati kecilku berbisik

Mungkinkah ini salahnya, atau siapa yang

salah

Ingin ia dapatkan kembali kasih sayang dan

impian

Layaknya mentari yang terang.


(Pengarang adalah santri MAS IPB Pompes

Oemar Diyan, Juara II Lomba Puisi Lamuri

Art Festival 2012)
SHARE :
 
Top