Sosok profil tokoh kali ini kami angkat dari perjalanan responden kami ke Pulo Nasi Kecamatan Pulo Aceh, suatu daerah terpencil di tengah lautan Hindia ujung barat Sumatra, Tepatnya di Gampong Alue Riyeung. Beliau cukup terkenal dengan kegiatan dakwahnya dalam hal amar ma’ruf nahi mungkar yang selalu berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dengan panggilan nama beliau Tgk. Ghaibi A. Rani. Dalam kehidupan sehari-hari yang cukup bersahaja selalu mengajak masyarakat di Pulo Nasi umumnya agar selalu belajar agama dan shalat berjama’ah tiap waktu. Kediaman beliau juga pernah dihantam gelombang tsunami pada akhir tahun 2004 yang lalu sehingga rumahnya hancur lebur disapu gelombang dasyat tersebut. Setelah itu beliau mengungsi ke Kota Jantho. 

Setelah dua bulan di Jantho kembali ke Pulo Nasi untuk berbenah diri dan membuat rumah baru yang saat ini termasuk rumah yang asri di gampong tersebut dengan dinding rumah yang serba putih yang bermakna suci dan bersih menurutnya. Di Rumah Tgk. Ghaibi ynag beristrikan Mardhiah ini seorang Tenaga Perawat di Puskesmas Pembantu Pulo Nasi, juga dibuka praktek pengobatan untuk pasien yang sakit. Selain itu beliau yang dikenal ramah, sopan dan pemurah selalu menerima tamu-tamu penting dari berbagai kalangan termasuk para Dosen IAIN Ar-Raniry Banda Aceh dan juga dari organisasi islam lainnya. Beliau juga dikenal mempunyai hubungan dengan Yayasan Pendidikan Islam seluruh Aceh. 

Yang tak kalah uniknya di rumah beliau tersusun rapi sekitar 600 judul buku Agama Islam dalam rak lemari untuk selalu dipelajarinya. Pendidikan beliau tidak begitu tinggi, tetapi berkat terus belajar dan mempelajari secara otodidak ilmunya dapat dihandalkan terbukti dengan adanya pengajian ibu-ibu pada tiap ganto Jum’at dan pengajian remaja dan anak-anak pada malam hari sehingga dengan istilah lain rumah beliau sebagai Islamic Centernya Pulo Nasi. Bila ada tamu-tamu yang datang ke tempat beliau, maka selalu dikirim ke mesjid-mesjid baik sebagai khatib Jum’at maupun tausiah ataupun sekedar kultum ba’da maghrib. Selain itu beliau juga sebagai pimpinan TPQ Al-Ikhlas Alue Riyeung serta imam rawatib di mesjid Alue Riyeung yang berdekatan dengan rumahnya. Dalam hal ini beliau mempunyai motto hidup “Yang biasa belum tentu benar, tapi yang benar mari kita biasakan” . Begitulah beliau. 

Responden : 
1. Mukam Zahri, S.Ag (Mantan Penyuluh Agama Islam Fungsional Pulo Aceh) 
2. Abrar, S.Pd (Redaktur Lamuri)
SHARE :
 
Top