Banda Aceh – Setiap tanggal 21 April, secara nasional merayakan Hari Kartini, karena dianggap dia lah sosok perempuan Indonesia patut ditauladani. Namun tidak dengan Aceh. Bagi sebagian orang Aceh, Kartini itu tidak menjadi suatu kebanggan, karena Aceh memiliki Kartini sendiri yaitu Cut Nyak Dhien dan beberapa tokoh perempuan lainnya.
Ketua Institut Peradaban Aceh (IPA), Haekal Afifa Meminta Pemerintah Aceh untuk merumuskan "Hari Perempuan Aceh" sebagai pemersatu dan membangun Spirit Perempuan di Aceh yang lebih hebat dan lebih baik dari sebelumnya.
“Kami melihat, dijadikannya Kartini sebagai icon di Indonesia, khususnya di Aceh sebagai upaya dalam menghilangkan nilai-nilai perjuangan wanita Aceh yang lebih tangguh dari Kartini,” ujar Haekal kepada The Globe Journal secara tertulis, Sabtu (20/4/20130.
Selain itu katanya lagi, kenapa harus kartini yang menjadi kebanggaan indonesia saat ini, padahal banyak juga sosok perempuan yang tangguh di daerah-daerah lain seperti Martha Christina Tiahahu (Maluku), Herlina Efendi (Irian), dan Emmy Saelan (Sulawesi Selatan).
“Indonesia adalah negara multikultural yang tidak bisa disatukan hanya dengan satu Icon seperti Kartini. apalagi Kartini juga bukan satu-satunya Pejuang perempuan di Indonesia,” tandasnya lagi.
Seharusnya, Kartini tidak dipaksakan untuk dirayakan secara nasional. Karena seorang Kartini tidak akan pernah bisa menyatukan Indonesia yang luas. Hal ini harus dipahami agar tidak terjadi konflik budaya yang lebih besar di Indonesia.
“Kami melihat sosok Kartini hanya kader yang diciptakan Belanda. hal itu terlihat ketika aktivis Belanda seperti H.H. Van Kol, C.Th. Vandeventer dan Estella Zeehandelaar dan lain-lain berupaya untuk mengekspos Surat-surat Kartini melalui berbagai media saat itu,” tutupnya.[006-R]
SHARE :
 
Top