Lamurionline.com—Banda Aceh. Perhelatan Aceh Film Festival (AFF) Jum’at (25/12) berlangsung sukses di Gedung ACC Sultan Selim II Banda Aceh. Sehari sebelumnya juga digelar pemutarannya di GOR Escape Building Kampung Lambung Meuraksa, Banda Aceh. Berdasarkan pantauan Lamurionline.com banyak para film maker muda Aceh ambil bagian dalam perhelatan ini. Termasuk film maker Nasional. 

Direktur Aceh Film Festival 2015, Azhari, pada pembukaan Aceh Film Festival 2015 mengatakan Aceh Film Festival ini terbuka secara nasional dan menerima banyak film baik fiksi maupun dokumenter dengan tema-tema menarik dari para pembuat film dari seluruh Indonesia seperti Makassar, Padang, Jawa Barat, dan Malaysia. Festival ini akan berlangsung sampai 26 Desember 2015 dan akan memilih dua film terbaik dari kategori fiksi dan dokumenter. 

Selain itu, setelah menonton film juga diadakan sesi diskusi bersama sutradaranya. Menurut Azhari, atau yang akrab disapa Ayi, direktur AFF. Panitia awalnya menerima 120 film yang disubmit sendiri oleh peserta. “Film maker yang mensubmit di AFF ini berasal dari Yogya, Sulawesi, Jawa Timur, Bandung, Bogor, Jakarta, Jawa Tengah, Palembang, Bengkulu, Medan, Riau dan Aceh,” ungkap Ayi. 

Seterusnya, lanjut Ayi, film ini dikurasi oleh dua kurator film AFF yaitu Fauzan Santa dan Gading Hamonangan. 

Azhari menambahkan Festival film ini menjadi awal yang penting bagi dunia film di Aceh dan dihadiri oleh para beberapa pekerja film tingkat nasional yang sudah terlibat jauh dalam proses produksi karya sinema. Misalnya, Ismael Basbest, sutradara muda yang baru merilis film “Mencari Hilal” dan terpilih sabagai nominasi film terbaik di arena Festival Film Indonesia (FFI) 2015. 

Dengan cara ini katanya, perkembangan film di Aceh akan diberi catatan-catatan berharga yang sangat boleh menjadi tambahan energi kreatif untuk memperdalam kualitas estetik dalam segala elemen film seperti skenario, pemeranan, tata artistik, tatasuara, tatarias, tatakamera dan pencahayaan. 

Selain itu Festival pertama ini juga memiliki program lain seperti gampong film sebagai wahana mendekatkan kembali film-film alternatif pada masyarakat, Aceh Bak Mata Donya yang memutar film produksi luar Aceh tentang Aceh dan Temu Komunitas yang mempertemukan komunitas film seluruh Aceh. 

Sebelumnya kompetisi ini bernama Festival Film Aceh (FFA) yang berpusat di Jakarta. Namun tahun ini AFF perdana di Aceh dengan mengusung tema bebas kategori film dokumenter dan film fiksi. 

Untuk diketahui perkembangan film di Aceh selama satu dasawarsa setelah bencana tsunami mulai menunjukkan tingkat perkembangan drastis, baik secara ide cerita maupun teknis sinematografi. Pencapaian ini harus dipertaruhkan dan dipertahankan sebagai salah satu cara untuk membicarakan Aceh ke dunia yang lebih luas dengan juga memberi ruang apresiasi bagi film-film dari luar Aceh. Semoga. (Abr/Hrn/Red)
SHARE :
 
Top