Kapusdiklat Administrasi Kementerian Agama Republik Indonesia Drs. H. Saeroji, MM saat membuka kegiatan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dan Diklat Teknis Substantif Guru Fikih Madrasah Ibtidaiyah di Aula Balai Diklat Keagamaan Aceh, Selasa (7/8/2018). Dok. Humas dan Protokol BDK Aceh
LAMURIONLINE.COM I BANDA ACEH - Balai Diklat Keagamaan Provinsi Aceh menggelar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kepemimpinan Tingkat IV dan Diklat Teknis Substantif Guru Fikih Madrasah Ibtidaiyah (MI), di Aula kantor tersebut. 

Kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh Kapusdiklat Administrasi Kementerian Agama Republik Indonesia Drs H Saeroji MM dan turut dihadiri oleh Prof Dr Ilyasa' Abubakar atas nama Rektor UIN Ar-Raniry dan juga perwakilan dari LAN Aceh.

Untuk Diklat Kepemimpinan Tingkat IV diikuti oleh 30 orang peserta dari unsur Kemenag Kab/Kota dan Perguruan Tinggi di Provinsi Aceh dan berlangsung mulai 6 Agustus - 26 November 20l8.

Sedangkan Diklat Teknis Substantif Guru Fikih tingkat Madrasah Ibtidaiyah diikuti oleh 30 orang guru dari berbagai daerah di Aceh berlangsung mulai 6 - 11 Agustus 2018.

Hal tersebut disampaikan oleh Humas dan Protokol BDK Aceh Nazarullah ZA SAg MPd, Selasa (7/8).

“Iya saat ini BDK Aceh sedang menyelenggarakan Diklat PIM Tingkat IV dan Diklat Guru Fikih tingkat Madrasah Ibtidaiyah. Kita berharap penyelenggaran Diklat ini dapat berlangsung dengan sukses,” kata Nazarullah.

Sementara itu Kapusdiklat Administrasi Kementerian Agama Republik Indonesia Drs H Saeroji MM dalam sambutannya saat membuka acara mengatakan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV merupakan prasyarat untuk menduduki jabatan yang ketentuannya itu di atur dalam Peraturan Menteri Agama (PMA). Tujuannya untuk membentuk kepemimpinan operasional dimana Pejabat esolan IV adalah sebagai pelaksana di lapangan.


”Pejabat Esalon lV sebagai Pimpinan Operasional diharapkan dapat menjalankan tugasnya lebih baik lagi usai mengikuti Diklat PIM Tingkat lV ini,” kata Saeroji.

Ia menjelaskan ada tiga teori tentang kepemimpinan. Yaitu secara teori genetis, manusia lahir sebagai pemimpin dan menurut sosial, pemimpin itu harus dibentuk dan secara ekologis, pemimpin itu adalah bakat. Maka bakat itu harus dibina secara terus menerus agar menjadi pemimpin yang didambakan di lingkungan Kementerian Agama. 

“Secara terarah dan terstruktur, Diklat PIM Tingkat IV dilaksanakan untuk terbentuk pemimpin-pemimpin yang handal. Dan diklat Kepemimpinan ini diharapkan dapat mendorong perubahan ke arah yang lebih baik. Setelah mengikuti diklat PIM Tingkat lV dan seiring penambahan Tunjangan Kinerja 80% ke depan, saya mengharapkan agar semua pejabat esolon lV ini dapat lebih lagi meningkat kinerjanya dan harus lebih berprestasi,” ujar Saeroji. (mur/naz)
SHARE :
 
Top