Lamurionline.com--Pemilu Indonesia sangat menjadi perhatian publik khususnya untuk partai politik yang mengharuskan 30  caleg perempuan untuk ikut pemilu ligislatif.

Hal ini menjadi gumereng tersendiri buat partai politik karena kurang kader perempuan sehingga pengurus partai politik harus mencari dan meloby ibu-ibu dan pemudi untuk bisa ikut menjadi peserta pemilu. Untuk menyelamatkan partai politik supaya lulus kuota 30 persen caleg perempuan. 
 
Ilustrasi
Hal ini merupakan sebuah jebakan serius buat perempuan yang terpengaruh loby pengurus partai untuk menbantu menjadi caleg, Berbeda dengan kader partai politik atau perempuan yang sudah menyiapkan diri ikut dalam pesta demokrasi politik jauh-jauh hari sebelum pemilu.

Dari beberpa teman-teman yang terjebak ajakan menjadi caleg perempuan akan terbebani ketika memasuki masa kerja partai yang memerintahkan semua caleg dan pengurus partai mencari suara masyarakat.

Kita semua tau namanya politik sudah pasti ada taktik dan modal untuk biaya kampanye seperti cetak kartu nama, spanduk, baliho, bener dan biaya pemasangannya yang terjadi di lapangan besar biaya pemasangan dari pada biaya cetak spanduk. 

Kondisi ini menjadi gumerang buat caleg perempuan yang terjabak ajakan partai politik mereka serba salah, gak memasang spanduk dipertanyakan baik oleh masyarakat maupun oleh pengurus partai politik dan begitu juga sebaliknya dia harus mengeluarkan uang sendiri untuk memajukan partai partai politik karena sebagai caleg padahal untuk biaya makan sendiri aja susah.

Aneh nya partai seakan lepas tangan dengan permasalahn caleg perempuan yang sudah terjabak dalam partai politik.

Seharusnya elit-elit pokitik melindungi caleg-caleg perempuan yang mau ikut terlibat sebagai peserta pemilu bukan malah membuat caleg perempuan menderita gara-gara korban jebakan politik elit-elit pengurus partai politik. Semoga dengan tulisan ini bisa menjdi pelajaran buat kita semua dalam mengikuti pesta demokrasi/perpolitikan di Indinesia. (Rahmi Fajri, pengiat sosial)
SHARE :
 
Top