Oleh : Sayed Muhammad Husen

Apapun bentuk kekerasan mestilah segera dihentikan. Bahkan dihentikan sebelum kekerasan itu terjadi atau dilakukan. Terorisme, radikalisme dan bentuk-bentuk lain kekerasan tak sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Ummat manusia dengan motif kemanusian yang dimilikinya dipastikan tak setuju dengan penghilangan sifat-sifat insaniah di permukan bumi, apalagi kemudian kemanusiaan diganti sifat-sifat animal.

Karena itulah, ketika manusia sedang beribadah di dalam masjid lalu diberondong dengan senjata, mendapat protes seluruh penjuru dunia. Protes itu terjadi spontan, karena kekerasan yang dilakukan tidak sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Protes tidak lagi melihat faktor agama dan ras. Sebab, yang paling esensi adalah melindungi siapapun yang sedang beribadah kepada Tuhannya.

Bagi kita, kekerasan yang terjadi di berbagai penjuru dunia adalah pertanda manusia belum berhasil membangun tatanan kehidupan yang seimbang antara kebutuhan materi dan ruhani. Pemenuhan materi yang tak terkendali seringkali menjerumuskan manusia pada sikap dan tindakan yang tak beradap. Tak mampu menghargai kebutuhan manusia lain.

Tatanan kehidupan yang mengabaikan ruhani juga mengakibatkan kerusakan serupa. Manusia yang sedang dilanda krisis ruhani, sangat mungkin melupakan nilai-nilai agama, kearifan sosial dan menomorduakan pembangununan peradaban. Ketika itulah manusia kehilangan jati diri sebagai manusia, dan yang mengemuka adalah kehidupan yang saling merusak, membunuh dan memusnahkan sesama manusia.

Dalam kondisi seperti ini, Islam hadir sebagai agama dan ideologi yang menawarkan solusi kemanusiaan sejak 14 abad lalu. Islam mengajarkan keseimbangan materi dan ruhani, menghapus perbudakan (eksploitasi sesama manusia) dan mengatur etika perang, yang sebelumnya dilakukan untuk saling membunuh. Islam kemudian menjadi referensi masyarakat dunia dalam mengelola perbedaan, anti kekerasan dan perang yang beretika.

Lalu, ketika kekerasan dalam bentuk teror dan pembunuhan keji dipertontontan di dalam masjid di New Zealand, siapa sebenarnya yang belum selesai memahami penghargaan terhadap manusia dan kemanusiaan. Siapa yang sesungguhnya teroris. Justru Islamlah yang pantas diberi label agama damai dan anti kekerasan. Sungguh Islam tak mengajarkan teror dan terorisme.

Sumber: Gema Baiturrahman
SHARE :
 
Top