Oleh : Sayed Muhammad Husen

Puasa Ramadhan menghitung hari. Dia akan segera tiba. Kita akan menyambutnya dengan suka cita. Sebab di bulan itu ummat Islam sedunia berpeluang besar meningkatkan berbagai ibadah pribadi dan sosial. Semua bertekad dapat menyelesaikan puasa selama 30 hari tanpa cacat dan pada ujungnya mendapat gelar muttaqin (insan yang taqwa).

Setelah setahun berselang puasa tahun lalu, tentu saja, beberapa hal terkait fikih puasa patut kita belajar kembali. Kita segarkan kembali pengertian, syarat dan hikmah puasa. Kita ulang kaji hal-hal-hal yang membatalkan puasa atau mengurangi pahalanya. Dengan pengetahuan yang memadai tentang puasa, diyakini akan semakin sempurnalah puasa kita.

Beberapa masjid, kelompok pengajian dan bahkan Masjid Raya Baiturrahman (MRB) melalui halaqah rutin telah mengulang kembali pengajaran tentang puasa dan hikmahnya, sehingga hal ini cukup membantu jamaah/masyarakat muslim untuk memasuki bulan suci Ramadhan. Sementara sebagian lagi ummat Islam yang belum berinisiatif belajar lagi tentang puasa, kita harap dapat segera melakukannya. Waktu masih cukup tersedia.

Kita berharap masing-masing pribadi muslim proaktif menjumpai ustaz/teungku untuk menyegarkan kembali pengetahuan tentang dasar diwajibkan ibadah puasa, syarat sah puasa, dan hal-hal yang membatalkan pusa. Bisa juga dengan memperbanyak bacaan melalui buku, kitab atau akses pengetahuan puasa melalui internet.

Demikian juga badan keislaman, pemerintah, dan nonpemerintah, sepatutnya menyebarkan pengetahuan dan motivasi tentang puasa dengan berbagai cara. Sehingga masyarakat muslim Aceh memasuki bulan suci Ramadhan dengan kesiapan fisik, mental, dan finansial. Yang penting lagi, membangun iklim yang kondusif untuk belajar dan mengurangi ketegangan politik pasca pemilu.

Muslim pembelajar dan iklim yang kondusif untuk belajar sebenarnya harus diciptakan dalam semua hal. Tidak hanya dalam konteks puasa Ramadhan saja. Kita berharap, tradisi belajar di kalangan ummat terus tumbuh dan berkembang dengan baik, dengan cara menghidupkan tradisi membaca, menghadiri majelis-mejelis ilmu dan mengakases berbagai sumber ilmu keislaman. Dengan tradisi inilah ummat Islam akan meningkatkan kapasitas dan kesadaran, serta menjadi ummat terbaik di permukaan bumi.

Sumber: Gema Baiturrahman
SHARE :
 
Top