Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA

Di antara amalan yang paling utama pada bulan Ramadhan adalah tadarus Alquran. Tadarus Alquran adalah aktivitas interaksi dengan Alquran, baik dengan membacanya, memahaminya, mengkhatamkannya, mendengarnya, mentadabburinya, menghafalnya dan mempelajarinya. Selama ini tadarus Alquran dipahami oleh kebanyakan orang hanya sebatas membaca dan mengkhatamkan Alquran, padahal tidak demikian.
Tadarus Alquran merupakan ibadah yang paling digalakkan pada setiap saat, terutama pada bulan Ramadhan sesuai dengan sunnah Nabi saw. Nabi saw mengisi hari-hari Ramadhan dengan bertadarus Alquran. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra disebutkan bahwasanya Rasulullah saw selalu bertadarus Alquran dengan malaikat Jibril as pada setiap hari bulan Ramadhan (HR. Bukhari dan Muslim). Terlebih lagi Alquran diturunkan di bulan Ramadhan sehingga dinamakanlah bulan Ramadhan dengan bulan Alquran.
Makna ruhiah inilah yang dipahami oleh para ulama salafusshalih (sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in) sehingga mereka meninggalkan aktivitas dunia mereka di bulan Ramadhan, termasuk pengajian mereka untuk bertadarus Alquran. Di bulan Ramadhan, mereka mengkhatamkan Alquran setiap sepuluh hari atau tiga kali khatam. Ada yang mengkhatamkannya setiap sepekan atau empat kali khatam. Ada yang mengkhatamkannya lima kali, tujuh kali dan bahkan ada yang mengkhatamkannya dalam setiap tiga hari atau sepuluh kali.
Sebagai bulan Alquran, Ramadhan menuntut kita untuk mempertegaskan kembali komitmen kita sebagai seorang muslim terhadap Alquran dengan cara berinteraksi dengannya (tadarus Alquran). Tadarus Alquran ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
Pertama, membaca bacaan Alquran. Hendaklah kita membaca Alquran setiap saat khususnya dalam bulan Ramadhan ini. Membaca Alquran hukumnya wajib ‘ain, karena tuntutan iman. Seseorang dikatakan muslim ketika beriman dengan Alquran. Beriman kepada Alquran itu tidak cukup dengan meyakini kebenaran Alquran dan meyakininya sebagai petunjuk dan pedoman hidup, namun juga dituntut membacanya, memahaminya, mengkhatamkannya, mendengarnya, menghafalnya, dan mempelajarinya. Inilah bukti keimanan kita terhadap Alquran.
Maka sangatlah disayangkan jika ada seorang muslim yang malas membaca Alquran atau jarang membacanya, bahkan tidak pernah. Seharusnya dia malu mengaku sebagai seorang muslim. Seorang muslim sepatutnya membaca Alquran kapanpun dan di manapun dia berada, terlebih lagi di bulan Ramadhan yang penuh keberkahan. Bila dalam bulan yang berkah yang dilipat ganda pahala ibadah padanya ini kita masih malas membaca Alquran, maka bagaimana lagi di bulan lainnya? Sepatutnya dengan keberkahan dan berbagai keutamaan Ramadhan memberikan motivasi dan semangat kepada kita untuk membaca Alquran setiap hari.
Selama ini kita mampu membaca surat kabar atau majalah dalam waktu 20-30 menit setiap hari. Bahkan kita mampu mengkhatamkan buku setebal Alquran seperti buku novel, cerpen, roman, buku kuliah dan sebagainya hanya dalam waktu beberapa hari. Namun, kenapa kita tidak mampu membaca Alquran dalam sehari dalam waktu 20-30 setiap hari? Kenapa kita tidak mampu mngkhatamkannya dalam beberapa hari? Padahal membaca Alquran mendapat pahala, syafaat pada hari kiamat dan memasukkan ke surga. Tidak demikian halnya dengan bacaan lainnya seperti buku kuliah, novel, komik, surat kabar, majalah dan sebagainya.
Kedua, mengkhatamkan Alquran. Hendaklah kita mampu mengkhatamkan Alquran beberapa kali di bulan Ramadhan ini, minimal sekali khatam. Untuk mengkhatamkan Alquran sekali khatam maka kita harus mampu membaca satu juz setiap harinya. Jika kita mampu membaca dua juz setiap hari maka kita bisa mengkhatamkannya dua kali. Jika kita mampu membaca tiga juz perhari berarti tiga kali khatam dan seterusnya. Oleh karena itu, para ulama dan orang-orang yang shalih mampu mengkhatamkan Alquran pada bulan Ramadhan sebanyak empat kali, lima kali, enam kali bahkan ada yang mengkhatamkan sepuluh kali selama bulan Ramadhan.
Mengkhatamkan Alquran beberapa kali selama bulan Ramdhan tidaklah sulit jika kita punya tekat dan komitmen. Membaca satu juz dengan bacaan tartil hanya memakan waktu 40 sampai 50 menit, tidak mencapai satu jam. Masih banyak tersisa waktu (23 jam lagi) yang bisa kita gunakan untuk urusan dunia dan berbagai ibadah lainnya. Jika kita mampu membaca 2 jam setiap hari, maka kita bisa khatam dua kali selama Ramadhan. Jika kita mampu membaca 3 jam setiap hari maka kita mampu khatam tiga kali, dan seterusnya.
Ketiga, memahami Alquran dan mentadabburinya. Hendaknya kita paham terhadap bacaan Alquran yang kita baca. Paling tidak, kita paham bacaan surat Al-Fatihah dan surat-surat yang kita baca dalam shalat setiap hari. Memahami Alquran dapat dilakukan dengan cara membaca terjemahan Alquran dan tafsir ayat tersebut, sehingga kita paham makna Alquran yang kita baca. Memahami Alquran perlu dan penting, agar kita dapat mengamalkannya. Mengamalkan Alquran tidak mungkin dilakukan tanpa memahami pesan-pesan Alquran tersebut.
Begitu pula dengan memahami Alquran dapat dilakukan dengan cara tadabbur Alquran yaitu memahami makna ayat secara per kata dan kalimat ayat Alquran, memahami tafsirnya (penjelasannya), dan isi kandungannya. Tadabbur Alquran bisa juga bermakna menghayati isi kandungan Alquran. Dalam Alquran terdapat hukum-hukum dan kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu yang mesti diambil ibrah (pelajaran) sebagai petunjuk untuk kehidupan kita.
Keempat, menghafal Alquran. Menghafal Alquran penting dan perlu. Pahalanya surga bagi penghafal Alquran jika dia mengamalkan apa yang dihafalnya itu. Tidak hanya bagi dirinya, namun juga bisa memberi syafaat kepada orang tuanya pada hari Kiamat nanti. Oleh karena itu, orang tua patut bersyukur jika anaknya hafal Alquran. Orang tua harus memberi perhatian dan motivasi kepada anaknya untuk hafal Alquran, agar dia mendapat saham pahala dan syafaat.
Menghafal Alquran tiga puluh juz sangat dianjurkan. Jika tidak mampu, minimal juz tiga puluh. Surat-surat pendek dalam juz tiga puluh ini perlu dihafal untuk dibacakan dalam shalat. Terlebih lagi jika kita menjadi imam shalat. Para ulama shalafusshalih mampu hafal Alquran tiga puluh juz dalam usia kanak-kanak seperti imam Syafi’i hafal Alquran pada umur 7 tahun. Itulah modal kesuksesan mereka di dunia dan di akhirat.
Sangat disayangkan, saat ini banyak muslim yang mampu menghafal lagu dan musik, namun kita tidak mampu menghafal Alquran. Seorang muslim sepatutnya menghafal Al-Quran, karena Alquran itu petunjuk hidup. Alquran memberi petunjuk kepada kita agar kita selamat dan bahagia di dunia dan akhirat, sedangkan musik dan lagu menjauhkan kita dari petunjuk. Al-Quran memasukkan kita ke surga, sedangkan lagu dan musik tidak. Bahkan lagu dan musik bisa memasukkan kita ke neraka dengan melakukan maksiat dengannya, melalaikan ibadah, mengumbarkan syahwat dan mempertontonkan aurat. Al-Quran memberi ketenangan, sedangkan lagu dan musik tidak. Jika seseorang merasa tenang dengan lagu dan musik, berarti dia sudah jauh dari petunjuk.  Itu hanya ilusi dan talbis iblis (perangkap iblis). Alquran memberi syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat, sedangkan lagu dan musik tidak memberikan syafaat. Inilah perbedaan Alquran dengan musik dan lagu yang saling bertentangan dan mustahil disatukan.
Musik dan lagu tidak ada manfaatnya sama sekali, bahkan membawa kepada maksiat dan dosa. Maka sudah sepatutnya kita tinggalkan. Coba perhatikan, di mana ada maksiat, di situ ada musik dan lagu. Maksiat itu biasanya diawali dan dihiasi dengan musik dan lagu. Oleh karena itu, tempat-tempat maksiat seperti bar, klub malam, kafee dan lainnya diputar lagu dan musik sehingga timbul maksiat seperti pergaulan bebas, dansa-dansi, joget, main wanita, pacaran, minum-minuman keras, judi sampai kepada zina. Ini akibat musik dan lagu.
Kelima: Mendengar Alquran. Mendengar Alquran perlu dan penting. Selain mendapatkan pahala, mendengar Alquran juga menenangkan hati. Bagi orang yang menghafal Alquran, mendengar Alquran sangat membantu dalam menguatkan hafalannya. Mendengar Alquran juga dapat menjaga kita dari gangguan syaithan. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu mendengar Alquran di mana pun kita berada, baik di rumah, di mobil, di kantor dan tempat lainnya. Agar hidup kita tenang dan bahagia. 
Jika kita dalam keadaan sibuk sehingga tidak sempat membaca Alquran, maka kita bisa mendengarkan Alquran melalui televisi, kaset/CD murattal, handphone, dan media elektronik lainnya. Tinggalkan siaran atau tontonan televisi yang menyajikan siaran yang tidak ada manfaatnya seperti lagu, musik, film dan sinetron. Inilah sumber penyakit iman dan akhlak. Pilihlah televisi islami yang senantiasa menyajikan Alquran dan kajian agama seperti televisi rodja, surau, weshal, insan, ummat dan lainnya.
Sangat disayangkan, ada sebahagian muslim yang merasa tenang dan terhibur dengan lagu, musik, film dan senetron yang melalaikan kita dari ibadah dan mengumbarkan syahwat serta mempertontonkan aurat. Mereka tidak merasa tenang dengan membaca dan mendengar Alquran yang merupakan petunjuk hidupnya.  Padahal Allah Swt berfirman: ...Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”. (Q.S Ar-Ra’d: 28). Bahkan Alquran tidak dibaca dan tidak pula didengar. Bila demikian halnya, bagaimana mungkin seseorang mendapatkan petunjuk jika jalan untuk mendapat petunjuk itu tidak ditempuh. Mustahil mereka bisa memperoleh petunjuk dari Allah Swt. Pepatah Arab mengatakan, “Kamu mengharapkan keselamatan, namun kamu sendiri tidak mau menempuh jalan keselamatan tersebut. Bagaimana mungkin perahu berlayar diatas daratan?
Keenam: mempelajari Alquran. Hendaklah kita mempelajari Alquran setiap waktu, khususnya di bulan Ramadhan ini. Mempelajari Alquran wajib, agar bisa diamalkan. Alquran merupakan petunjuk hidup manusia untuk mencapai kebahagian dan keselamatan di dunia dan akhirat. Alquran mengatur segala kehidupan manusia baik persoalan agama, ekonomi, sosial, politik, negara dan sebagainya. Oleh karena itu, Rasulullah saw sangat menggalakkan kita untuk mempelajari Alquran. Rasulullah saw bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarinya.”. (HR. Al-Bukhari).
Alquran memberi petunjuk kepada kita menuju kebahagian dunia dan akhirat. Selain itu, juga memberikan kelapangan rezki dan keberkahan hidup. Maka wajib dipelajari isi kandungannya atau ajarannya agar dapat diamalkan. Bila Alquran ditinggalkan, di mana bukti pengakuan kita sebagai seorang muslim yang beriman kepada Alquran? Tidakkah kita malu kepada Allah yang telah mencurahkan nikmat-Nya yang begitu banyak kepada kita, namun kita meninggalkan Alquran dengan kesibukan mencari materi atau harta semata? Padahal, harta dan kemewahan dunia ini tidak dapat memberikan jaminan kebahagiaan di dunia apalagi akhirat.
Demikianlah bentuk-bentuk tadarus Alquran digalakkan setiap waktu, terutama di bulan Ramadhan ini. Semua bentuk tadarus Alquran di atas bertujuan untuk mengamalkan Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Membaca, memahami, menghafal dan mempelajari Alquran tidak akan bermanfaat bila tidak ada pengamalan terhadap Alquran. Meskipun demikian, mengamalkan Alquran tidak mungkin terwujud bila tidak membaca dan memahami Alquran itu sendiri. Oleh karena itu, aktifitas tersebut diatas sangat terkait satu sama lainnya
Sebagai penutup, mari kita memperbanyak tadarus Alquran setiap saat, khususnya di bulan Ramadhan ini. Bulan Ramadhan merupakan momentum yang sangat tepat untuk mempertegas kembali komitmen kita sebagai seorang muslim terhadap Alquran. Berbagai keutamaan Ramadhan sejatinya mampu memotivasi kita untuk memperbanyak tadarus Alquran. Semoga ibadah tadarus Al-Quran kita di bulan Ramadhan ini diterima Allah Swt dan semoga kita menjadi orang yang bertakwa yang senantiasa bertadarus Alquran dan mengamalkannya. Amin..!

Penulis adalah Ketua Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Pengurus Dewan Dakwah Aceh & Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara.

SHARE :
 
Top